Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
PEMERINTAHAN Donald Trump menaikkan 'taruhan' dalam perang dagang dengan Tiongkok pada Selasa (10/7) dengan menerapkan 10% tarif tambahan impor Tiongkok senilai US$200 miliar.
Para pejabat AS merilis daftar ribuan impor Tiongkok yang ingin pemerintah 'pukul' dengan tarif, termasuk ratusan produk makanan serta tembakau, bahan kimia, batu bara, baja, dan aluminium.
Ini juga termasuk barang-barang konsumen mulai dari ban mobil, furnitur, produk kayu, tas dan koper, makanan anjing dan kucing, sarung tangan bisbol, karpet, pintu, sepeda, ski, tas golf, kertas toilet, dan produk kecantikan.
"Selama lebih dari setahun, Pemerintahan Trump dengan sabar mendesak Tiongkok untuk menghentikan praktik tidak adil, membuka pasar, dan terlibat dalam persaingan pasar yang sebenarnya," kata Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer saat mengumumkan tarif yang diusulkan.
"Untuk mengatasi keprihatinan kami, Tiongkok telah mulai membalas terhadap produk AS. Tidak ada pembenaran untuk tindakan tersebut," katanya dalam sebuah pernyataan.
Pekan lalu, Washington memberlakukan tarif 25% atas impor Tiongkok senilai US$34 miliar. Kemudian Beijing menanggapinya dengan mencocokkan tarif dengan jumlah yang sama dari ekspor AS ke Tiongkok.
Investor khawatir perang dagang yang meningkat antara dua ekonomi terbesar dunia ini dapat memengaruhi pertumbuhan global.
Presiden Donald Trump telah mengatakan ia akhirnya dapat mengenakan tarif atas barang-barang Tiongkok senilai lebih dari US$500 miliar (kira-kira sejumlah total impor AS dari Tiongkok tahun lalu).
Daftar baru yang diterbitkan pada Selasa menargetkan lebih banyak barang konsumen daripada yang tercakup di bawah tarif yang diberlakukan pekan lalu. Hal ini meningkatkan ancaman langsung kepada konsumen dan perusahaan ritel.
Tarif tidak akan dikenakan sampai periode dua bulan komentar publik pada daftar yang diusulkan habis. Tetapi beberapa kelompok bisnis AS dan anggota parlemen senior dengan cepat mengkritik langkah tersebut.
Ketua Komite Keuangan Senat Orrin Hatch, anggota senior Partai Republik mengatakan, bahwa pengumuman itu tampak sembrono dan bukan pendekatan yang ditargetkan.
Kamar Dagang AS mendukung pemotongan pajak domestik oleh Trump dalam upaya untuk mengurangi regulasi bisnis, tetapi mereka kritis terhadap kebijakan tarif agresif Trump.
“Tarif adalah pajak, simpel dan sederhana. Memaksakan pajak atas produk lain senilai US$200 miliar akan meningkatkan biaya keperluan sehari-hari bagi keluarga Amerika, petani, peternak, pekerja, dan pencipta lapangan kerja. Ini juga akan menghasilkan tarif pembalasan, yang selanjutnya melukai pekerja Amerika," kata juru bicara Chamber.
Asosiasi Pemimpin Industri Ritel, kelompok lobi yang mewakili pengecer terbesar AS mengatakan Presiden telah melanggar janjinya untuk memberi 'rasa sakit maksimum di Tiongkok, rasa sakit minimum pada konsumen.'
"Keluarga Amerika adalah orang-orang yang dihukum. Konsumen, bisnis dan pekerjaan Amerika bergantung pada perdagangan, yang tersisa di perang dagang global yang meningkat," kata Hun Quach, kepala kebijakan perdagangan internasional.
Tidak ada reaksi segera dari pemerintah Tiongkok.
Meskipun itu bukan reaksi langsung terhadap langkah baru dari pemerintahan Trump, surat kabar berbahasa Inggris resmi China Daily mengatakan dalam sebuah editorial bahwa Beijing harus melawan Washington.
"Tiongkok tidak memiliki pilihan selain memadamkan api dengan api. Itu harus dengan tegas melawan kembali sambil mengambil langkah-langkah yang tepat untuk membantu meminimalkan biaya untuk perusahaan domestik dan lebih lanjut membuka ekonominya untuk investor global," katanya. (AFP/OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved