Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Kisah Nabi Khidir Alaihissalam menjadi kisah yang mempunyai tempat penting di hati umat Islam.
Kisah Nabi Khidir a.s. diceritakan dalam Al-Qur'an, yakni pada Surat Al-Kahf ayat 65-82. Bukan hanya itu, sosok Nabi Khidir a.s. juga beberapa kali disebutkan dalam hadis.
Kendati demikian, banyak pendapat mengenai sosok misterius yang satu ini. Ada yang menyebutkan bahwa Nabi Khidir a.s. bukanlah seorang nabi, tetapi hanya hamba saleh yang diberkahi kebijaksanaan besar, rahmat, dan ilmu.
Namun, ada pula yang menyebutkan bahwa Nabi Khidir a.s. adalah seorang nabi. Terlebih jumlah nabi Allah Swt sangat banyak dan yang wajib diketahui adalah 25 saja.
Seperti apa kisahnya? Berikut kisah Nabi Khidir a.s. selengkapnya.
Baca juga: Kisah Nabi Zulkifli a.s. Lengkap, Raja yang Sabar dan Mampu Menahan Godaan Iblis
Kisah Nabi Khidir a.s. tidak lepas dari kisah kehidupannya, salah satunya adalah mengenai silsilah keluarga dan julukannya.
Nabi Khidir merupakan keturunan dari Nabi Nuh a.s. dari jalur Sam.
Ada banyak pendapat mengenai kisah Nabi Khidir a.s. Banyak yang menyebutkan bahwa "Khidir" atau "Khidr" bukanlah nama dari sang nabi. Itu adalah sebuah julukan yang mempunyai arti "hijau".
Dijuluki seperti itu karena Nabi Khidir a.s. mempunyai keistimewaan, yakni sebuah mukjizat yang diturunkan padanya yang dapat mengubah tanah gersang menjadi subur dan menghijau.
Hal ini tertera dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Hadis tersebut berbunyi, yang artinya:
“Sesungguhnya Khidir disebut Khidir lantaran setiap beliau salat di atas hamparan kulit putih, maka hamparan itu tiba-tiba berubah menjadi hijau.”
Baca juga: Kisah Nabi Harun a.s. yang Menjadi Juru Bicara Nabi Musa a.s.
Kisah Nabi Khidir a.s. dengan Nabi Musa a.s. menjadi kisah yang sering diceritakan. Kisahnya sendiri dijelaskan dalam Surat Al-Kahf ayat 60-82. Meski tidak disebutkan Nabi Khidir, para ulama sepakat bahwa hamba Allah yang bertemu dengan Nabi Musa a.s. tersebut adalah Nabi Khidir a.s.
Kisah ini bermula saat Nabi Musa a.s. ditanya oleh kaumnya mengenai siapa orang yang paling berilmu. Nabi Musa a.s. yang terkenal cerdas pun menyebut bahwa dirinya adalah orang yang paling berilmu.
Tak lama, Allah Swt pun memberi peringatan kepada Nabi Musa a.s. dan menyebutkan bahwa ada seorang hamba-Nya yang lebih berilmu daripada Nabi Musa a.s.
Menyadari kesalahannya, Nabi Musa a.s. bertaubat, meminta maaf, serta meminta petunjuk untuk bertemu dengan hamba Allah berilmu yang dimaksud.
Allah Swt pun memberi petunjuk kepada Nabi Musa a.s. Ia memerintahkan Nabi Musa a.s. untuk membawa seekor ikan dan sekiranya ikan tersebut hilang, di sanalah Nabi Musa a.s. akan bertemu dengan hamba-Nya, yakni Nabi Khidir.
Setelah mendapat petunjuk dari Allah Swt, Nabi Musa a.s. pun mengembara bersama dengan seorang pembantunya. Hingga akhirnya, ikan yang dibawa oleh pembantunya Nabi Musa a.s. lompat ke sebuah lautan dan hilang.
Pembantu tersebut pun memberitahu Nabi Musa a.s. atas hilangnya ikan tersebut dengan cara yang tidak biasa. Nabi Musa a.s. tersadar bahwa lautan tersebut adalah tempat pertemuannya dengan Nabi Khidir a.s.
Nabi Musa a.s. kemudian bertemu dengan sesosok laki-laki yang berdiri di sebuah batu tempat bertemunya dua lautan. Di sini, Allah Swt memanggil Nabi Khidir a.s. sebagai hamba-Nya yang dianugerahi rahmat dan ilmu dari sisi-Nya.
"Lalu, mereka berdua bertemu dengan seorang dari hamba-hamba Kami yang telah Kami anugerahi rahmat kepadanya dari sisi Kami. Kami telah mengajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami." (QS. Al-Kahfi (18) ayat 65).
Kemudian, Nabi Musa a.s. menyampaikan keinginannya untuk berguru kepada Nabi Khidir a.s.
"Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) dari apa yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?"
“Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku. Bagaimana engkau akan sanggup bersabar atas sesuatu yang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentangnya?” jawab Nabi Khidir a.s. kepada Nabi Musa a.s.
“Insyaallah engkau akan mendapatiku sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apa pun," kata Nabi Musa a.s.
Akhirnya, Nabi Khidir a.s. menerima Nabi Musa a.s. sebagai "murid"-nya dengan syarat jangan menanyakan apa pun sampai ia menerangkannya sendiri kepada Nabi Musa a.s.
Nabi Musa a.s. kembali menyanggupi syarat tersebut dan kemudian mereka kembali mengembara melakukan perjalanan naik sebuah perahu.
Kemudian, Nabi Khidir a.s. melubangi perahu tersebut dan membuat Nabi Musa a.s. keheranan. Nabi Musa a.s. pun bertanya, "Apakah engkau melubanginya untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh, engkau telah berbuat suatu kesalahan yang besar."
Mendengar pertanyaan Nabi Musa a.s., Nabi Khidir a.s. mengingatkan kembali syarat yang diajukannya. Nabi Musa a.s. tersadar dan meminta maaf kepada Nabi Khidir a.s.
Kemudian, berjalanlah keduanya hingga mereka bertemu dengan seorang anak. Lalu, dibunuhnya anak tersebut oleh Nabi Khidir a.s. yang kembali membuat Nabi Musa a.s. kaget hingga melontarkan pertanyaan.
Nabi Khidir a.s. kembali mengingatkan Nabi Musa a.s. dan lagi-lagi, Nabi Musa a.s. meminta maaf atas sikapnya tersebut. Nabi Musa a.s. pun berjanji bahwa jika setelahnya masih bertanya tentang sesuatu, Nabi Khidir a.s. diperbolehkan untuk meninggalkannya.
"Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu. Sungguh engkau telah mencapai batas (yang wajar dalam) memberikan uzur (maaf) kepadaku,” ujar Nabi Musa a.s.
Nabi Khidir a.s. dan Nabi Musa a.s. kembali melanjutkan perjalanan hingga sampailah ke suatu negeri dan meminta perjamuan kepada penduduk negeri tersebut. Namun, penduduk tersebut tidak mau menjamu keduanya.
Kemudian, Nabi Khidir a.s. dan Nabi Musa a.s. mendapati dinding salah satu rumah penduduk negeri tersebut hampir roboh dan kemudian Nabi Khidir a.s. menegakkannya. Di sini, Nabi Musa a.s. memberikan pernyataannya, "Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu.”
Mendengar Nabi Musa a.s. berkata seperti itu, Nabi Khidir a.s. mengatakan bahwa inilah saatnya ia berpisah dengan Nabi Musa a.s. Namun, sebelum berpisah, Nabi Khidir a.s. menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya kepada Nabi Musa a.s.
“Inilah (waktu) perpisahan antara aku dan engkau. Aku akan memberitahukan kepadamu makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya," kata Nabi Khidir a.s.
"Adapun perahu itu adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. Maka, aku bermaksud membuatnya cacat karena di hadapan mereka ada seorang raja (zalim) yang mengambil setiap perahu (yang baik) secara paksa."
"Adapun anak itu (yang aku bunuh), kedua orang tuanya mukmin dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya untuk durhaka dan kufur. Maka, kami menghendaki bahwa Tuhan mereka menggantinya (dengan seorang anak lain) yang lebih baik kesuciannya daripada (anak) itu dan lebih sayang (kepada ibu bapaknya)."
"Adapun dinding (rumah) itu adalah milik dua anak yatim di kota itu dan di bawahnya tersimpan harta milik mereka berdua, sedangkan ayah mereka adalah orang saleh. Maka, Tuhanmu menghendaki agar keduanya mencapai usia dewasa dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Aku tidak melakukannya berdasarkan kemauanku (sendiri). Itulah makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya,” terang Nabi Khidir a.s. kepada Nabi Musa a.s.
Baca juga: Kisah Nabi Syuaib a.s. yang Diutus untuk Kaum Madyan yang Membangkang
Kisah Nabi Khidir a.s. tidak hanya sebatas kisah hidupnya saja, tetapi juga sosoknya yang misterius yang konon masih hidup hingga kini dan sampai akhir zaman.
Benarkah Nabi Khidir a.s. hidup hingga hari ini sampai kiamat nanti?
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Nabi Adam a.s. berdoa kepada Allah Swt untuk memanjangkan usia orang yang menguburkan jasadnya. Disebutkan doa tersebut dikabulkan Allah Swt dan yang menguburkan jasad Nabi Adam a.s. adalah Nabi Khidir a.s.
Sehingga, Nabi Khidir a.s. mempunyai umur panjang yang hidup hingga hari ini bahkan sampai kiamat nanti.
Kendati demikian, riwayat lain justru membantah hal tersebut. Disebutkan Nabi Khidir a.s. sama seperti manusia pada umumnya, yakni mempunyai "waktu"-nya tersendiri.
Diriwayatkan dari Ali bin Musa ar-Ridha dan Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Abu Bakar an-Naqqasy dalam tafsir-nya mengungkapkan bahwa Nabi Khidir telah meninggal dunia.
Abu Bakar an-Naqqasy juga menambahkan bahwa Imam Bukhari pernah ditanyai ihwal “Apakah Nabi Khidir masih hidup?” dan Imam Bukhari menolak pendapat yang menyatakan bahwa Nabi Khidir masih hidup dengan hadis, “Di penghujung seratus tahun ke depan, tidak tersisa seorang pun di atas muka bumi ini.” (HR. Al-Bukhari).
Terlepas dari dua pendapat tersebut, yang harus dipercaya adalah Nabi Khidir a.s. merupakan hamba Allah Swt yang dianugerahi rahmat dan ilmu dari Allah Swt dan pernah hidup di bumi ini.
Baca juga: Kisah Nabi Ilyasa a.s. Secara Lengkap dari Masa Dakwah Hingga Wafatnya
Itu tadi kisah Nabi Khidir a.s. yang mendapat tempat istimewa di hati umat Islam di seluruh dunia.
Beberapa tindakan yang dilakukan oleh Nabi Khidir a.s. memiliki hikmah yang tidak dapat dipahami oleh akal manusia.
Sehingga, kita harus mengimani bahwasannya Nabi Khidir a.s. mencerminkan kebijaksanaan dan rahasia Allah yang tidak terbatas.
Bagaimana asbabun nuzul Surat Al-A'la, apa saja kandungan dan keutamaannya, serta teks sekaligus terjemahannya? Berikut uraiannya yang dikutip dari berbagai sumber.
Surat Al-Buruj diturunkan setelah Surat Asy-Syams di Mekah sehingga tergolong Surat Makiyah. Ia diberi nama Al-Buruj, karena merujuk pada lafaz yang terdapat pada ayat pertama dari surat ini.
Al-Insyiqaq berarti terbelah/terbagi yang diambil dari ujung ayat pertama. Surat yang terdiri atas 25 ayat ini termasuk Surat Makiyah dan diturunkan sesudah Surat Al-Infithar.
AL-MUTHAFFIFIN merupakan surat ke-83 dalam juz 30 atau juz amma yang terakhir dalam Al-Qur'an. Surat ini terdiri atas 36 ayat dan termasuk dalam golongan Surat Makiyyah.
AL-INFITHAR berada di urutan surat nomor 82 pada kitab suci Al-Qur'an. Surah ini terdiri dari 19 ayat dan termasuk dalam juz ke-30 atau juz amma.
Salah satu surat dalam Juz 30 Al-Qur'an ialah At-Takwir. Artinya ialah menggulung. Surat yang terdiri atas 29 ayat ini termasuk dalam golongan surat Makiyah atau turun di Mekah.
Murid harus memberitahu kepada guru serta petugas dalam sekolah jika ada orang tidak dikenal datang menjemput.
Ratusan anak mengerubungi Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko saat bermain kuis Pancasila dalam puncak perayaan Hari Anak Nasional di Istora Papua Bangkit.
Jumlah siswa baru yang terus menurun dikarenakan angka kelahiran juga rendah.
Tingkatkan transparansi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) di setiap lembaga pendidikan untuk mewujudkan proses seleksi yang adil dan akuntabel bagi setiap warga negara.
Sang Buddha telah mencontohkan perilaku toleran pada khotbahnya yakni Upali Sutra. Ketika itu Sang Buddha memutuskan menerima seorang pemuda bernama Upali
Dunia pendidikan di Indonesia masih dihadapkan pada sejumlah tantangan. Salah satunya ialah perlunya peningkatan literasi dan numerasi bagi para peserta didik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved