Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
WILAYAH timur Indonesia lebih berpotesi mengalami kejadian gempa bumi dibanding dengan wilayah-wilayah lainnya. Pasalnya, di wilayah itu banyak sesar-sesar aktif yang membentang serta kompleksnya unsur tektonik. Hal itu diungkapkan oleh Guru Besar Geofisika dari Universitas Brawijaya Adi Susilo.
“Indonesia timur memang lebih rawan terhadap gempa bumi. Karena di sana lebih banyak sesar aktif dibandingkan Indonesia bagian barat,” kata Adi saat dihubungi, Minggu (12/11).
Adi menyebutkan, misalnya saja di wilayah Maluku. Menurut dia, wilayah tersebut terletak pada pertemuan beberapa lempeng bumi. Hal itu yang menyebabkan sering terjadinya gempa di wilayah Maluku.
Baca juga : Getaran Gempa Kupang Dirasakan Hingga Pulau Rote
“Gempa beruntun yang terjadi di Maluku juga disebabkan oleh jalur yang sama dengan gempa yang terjadi di wilayah Jawa. Jadi jalur itu membentang melewati Jawa, Maluku, Papua, sampai ke Filipina dan Jepang,” bebernya.
Selain itu, wilayah Maluku juga merupakan lokasi subduksi lempeng Indo-Australia. Subduksi ini berada di sepanjang Laut Banda yang menimbulkan potensi gempa pada kedalaman sedang hingga dalam.
Baca juga : Gempat Magnitudo 5,4 Guncang Kota Kupang
Di samping itu, faktor lainnya yang menyebabkan Maluku sering diguncang gempa berkekuatan tinggi ialah adanya aktivitas gunung berapi di Laut Banda akibat subduksi lempeng Indo-Australia.
“Selain itu, ada juga sesar Laut Seram yang merupakan bagian dari sesar Sorong. Sesar ini kemudian menyebabkan terjadinya gesekan yang menyebabkan gempa di permukaan,” ucap dia.
Namun demikian, Adi menyatakan seringnya intensitas gempa yang terjadi bukan berarti ada potensi gempa yang lebih besar lagi.
“Justru kalau sering muncul gempa, energinya sudah banyak dikeluarkan. Sehingga untuk daerah sekitar tersebut, potensi gempa besar cukup kecil. Tapi, untuk daerah Maluku lainnya yang jarang gempa, potensi gempa besarnya besar,” beber dia.
Menurut Adi, gempa bumi memang bukanlah bencana alam yang dapat diprediksi. Karenanya, perlu upaya-upaya mitigasi yang cukup untuk mengantisipasi kerugian dan korban jiwa dari adanya bencana tersebut. Salah satu yang perlu dilakukan ialah pemetaan sesar aktif. Menurutnya, masayarakat perlu mendapatkan edukasi mengenai zona rawan gempa dan bagaimana cara untuk menghadapi gempa bumi.
“Selain itu perlu juga dibuat bangunan tahan gempa. Gempa-gempa besar yang terjadi menjadi pembelajaran bahwa mitigasi dari sisi ketahanan bangunan menjadi penting. Mungkin untuk bangunan-bangunan tradisional itu sudah lebih dipersiapkan soal dampak, namun kini banyak bangunan rumah yang kerangkanya justru tidak tahan terhadap gempa. Karenanya itu perlu dipersiapkan,” beber Adi.
Dihubungi terpisah, staf pengajar di Kelompok Keahlian Geofisika Global, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung Endra Gunawan mengungkapkan, perlu adanya sistem peringatan dini, bukan hanya seismometer tapi juga data GPS untuk mengetahui pola deformasi yang terjadi.
“Dari data GPS ini kita bisa tahu sebenarnya bagaimana kondisi tektonik di wilayah tersebut. Apakah sudah release semua energi dengan gempa tersebut atau masih ada energi yang tersimpan,” ucap Endra.
“Selain itu, edukasi masyarakat. Suka atau tidak suka, Indonesia rawan gempa. Artinya, edukasi masyarakat menjadi krusial, apalagi apabila dissuport oleh kejadian gempa di komunitas masyarakat atau sekolah-sekolah,” pungkas Endra.
Gempa beruntun
Berdasarkan catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pekan ini terdapat sejumlah kejadian gempa bumi beruntun di wilayah Indonesia timur. Pertama, ialah gempa bekekuatan 7,2 magnitudo yang terjadi di wilayah Laut Banda, Maluku pada Rabu (8/11) pukul 11.52.53 WIB.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyatakan, gempa tersebut merupakan gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat adanya aktivitas deformasi batuan (kerak bumi) di dasar Laut Banda. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan geser.
“Hingga 11 November 2023, BMKG mencatat adanya 151 aktivitas gempa bumi susulan dengan magntudo terbesar 6,8 magnitudo,” ucap Daryono.
Selanjutnya, pada Rabu (8/11) pukul 14.23.47 WIB, wilayah Maluku Tengah diguncang gempa tektonik berkekuatan 5,1 magnitudo. Daryono menyatakan, gempa itu terjadi akibat adanya deformasi kerak bumi di bawah Pulau Seram.
Lalu, pada Rabu (8/11) pukul 19.04.32 WIB, wilayah Pantai Utara Sarmi, Papua, diguncang gempa tektonik dengan kekuatan 4,8 magnitudo.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan geser,” beber Daryono.
Teranyar, gempa terjadi di wilayah Kupang, Nusa Tenggara Timur pada Minggu (12/11) pukul 09.105.17 WIB dengan kekuatan 5,4 magnutudo. Gempa tersebut menimbulkan kerusakan ringan berupa retak rambut pada tembok dan beberapa rumah warga. (Z-5)
BADAN Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) akhirnya bisa memetakan sesar aktif yang menjadi pemicu gempa bumi di Kabupaten Sumedang Jawa Barat (Jabar) pada pergantian Tahun 2024.
Di Jabar dan wilayah lain Indonesia masih banyak sesar-sesar aktif yang belum teridentifikasi dengan baik sehingga berpotensi menimbulkan dampak serius ketika gempa bumi terjadi.
BMKG mengungkapkan gempa yang terjadi di Sumedang dipicu sesar aktif yang belum terpetakan.
BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi adanya tiga zona aktif gempa di wilayah Jawa Barat sejak 1 November 2023 hingga 9 Desember 2023.
GEMPA bumi tektonik melanda wilayah Mojokerto, Jawa Timur, pada Senin (19/6) pukul 20:44:01 WIB malam dengan kekuatan M=4,6 yang dipicu sesar aktif.
Getaran gempa terasa di semua wilayah di Kabupaten Kuningan.
Berdasarkan yang digambarkan oleh peta tingkat guncangan BMKG dan berdasarkan laporan dari masyarakat, gempa bumi ini dirasakan di wilayah Kuningan dengan Skala Intensitas III MMI, di Ciamis
Wilayah Pantai Timur, Sarmi, Papua, diguncang gempa tektonik dengan kekuata 5,3 magnutudo, pada Rabu (24/7) pukul 07.22.09 WIB. Itu tidak berpotensi tsunami.
GEMPA bumi Magnitudo 5 mengguncang Kabupaten Kepulauan Mentawai dan juga dirasakan di Kota Padang, Sumatra Barat, pukul 10.50 Wib, Selasa (23/7/24).
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap gempa bumi 5,7 magnitudo yang mengguncang wilayah Pantai Barat Sumatera, Pulau Nias Sumatera Utara
BPBD Sulawesi Utara memastikan tidak ada korban dan kerusakan usai diguncang gempa magnitudo 7.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved