Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
INDONESIA mengikuti beberapa langkah yang dilakukan Tiongkok dalam menangani persoalan polusi. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi.
Ia mengungkapkan hal itu karena Tiongkok sudah terbukti berhasil mengendalikan masalah polusi dalam waktu singkat. Pada 2013 lalu, Tiongkok menjadi tuan rumah Asian Youth Games.
Kala itu, kondisi polusi Tiongkok juga tengah mengalami perburukan. Namun, pemerintah Tiongkok bisa mengendalikan polusi ke tingkat yang baik dalam kurun waktu tujuh tahun. Itu lebih cepat dibandingkan Amerika Serikat yang menghabiskan waktu selama 24 tahun untuk mencapai titik yang sama dengan Tiongkok.
Berdasarkan pengamatan, ada beberapa langkah strategis yang dilakukan Tiongkok saat itu. Di antaranya memasang lebih dari 1.000 alat monitor kualitas udara dengan harga murah untuk memantau hotspot polusi.
Baca juga: Gunakan Water Mist, Dinas LH Harap Mampu Kendalikan Polusi sebelum KTT Asean
“Lalu mereka mengirimkan mobile reference monitor ke lokasi-lokasi untuk analisis mendalam apa yang menjadi sumber polusinya tersebut. Kemudian sample-sample tadi diintegrasikan dalam satu sistem informasi, dan mereka menyampaikannya ke publik melalui TV, broadcast, website, koran dan aplikasi messanger,” kata Imran dalam Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (30/8).
Di Indonesia sendiri, pengendalian di sektor kesehatan tengah digalakkan oleh pemerintah. Mencontoh langkah Tiongkok, Kemenkes pun kini tengah berproses memasang alat pengukur PM2,5 secara realtime di 674 puskesmas yang ada di Jabodetabek.
Baca juga: Polusi Udara, Integrasi Angkutan Umum Dinilai Jadi Solusi
“Hal itu dilakukan untuk mengetahui kualitas masing-masing titik, akan direkam dan sistemnya dibuat informasi terpadu agar bisa diakses masyarakat,” ucap Imran.
Selain itu, Kemenkes juga tengah menyiapkan alat-alat di lab rujukan untuk mengidentifikasi jenis polutan guna mengetahui sumber polutan. Beberapa alat yang akan disediakan adalah high volume air sampler (HVAS) yang berfungsi untuk pengambilan sample dan deteksi kadar PM2,5. Saat ini tersedia 4 unit di Jakarta dari UPT Labkesmas Tier 4 Kemenkes. Akan diperluas di seluruh Labkesda Provinsi
Lalu ada gas chromatography mass spectrimetry (GCMS) untuk mengidentifikasi berat molekul senyawa polutan PM2,5. Saat ini tersedia UPT Labkesmas Tier 4 Kemenkes dan Labkesda DKI Jakarta. Dan akan diperluas di seluruh Labkesda Provinsi
Lalu ada X-Ray flouresence (XFR) untuk identifiaski bentuk molekul senyawa polutan PM2,5. Saat ini tidak tersedia di Kemenkes tapi tersedia di Lab BRIN. Kemenkes akan berkolaborasi dengan BRIN. Dan fourier transform infra red (FTIR) untuk identifikasi jenis ikatan kimia senyawa polutan PM2,5.
“Lalu seperti yang dilakukan di Tiongkok, sensor pendeteksi kadar PM2,5 secara real time itu, titik-titik yang paling tingginya akan didatangi dengan mobile air polution sample (MAPS) dan dilakukan pengambilan sample dan dibawa ke lab rujukan untuk diperiksa sumber PM2,5-nya,” beber dia.
Di samping itu, Kemenkes juga telah menyiagakan sebanyak 674 puskesmas di Jabodetabek, 66 RS di Jabodetabek dan RSUP Persahabatan untuk menangani kasus ISPA yang berpotensi dialami masyarakat akibat polusi udara.
“Dari hasil uji statistik memang setiap peningkatan PM2,5 akan diikuti peningkatan sinyal sindrom pneumonia,” imbuh dia.
Kepada masyarakat pun telah disebarluaskan mengenai edukasi pencegahan ISPA. Di antaranya imbauan pengecekan kualitas udara melalui aplikasi atau web Kemenkes.
Selain itu, imbauan untuk menutup ventilasi ruangan, menggunakan penjernih udara dan segera berobat bila muncul gejala pernapasan.
Guru Besar Universitas Yarsi Tjandra Yoga Aditama menilai, peningkatan kapasitas puskesmas dibutuhkan untuk menangani kasus ISPA yang meningkat di tanah air.
“Akan baik kalau di semua puskesmas di Jakarta dan sekitarnya dibuat semacam pojok polusi yang dapat memberi informasi kepada masyarakat terkait dengan berbagai polusi udara di wilayahnya,” beber Tjandra.
“Kalau ada peningkatan kasus ISPA, maka tentu Puskesmas bisa memberi pengobatan yang baik. Bila perlu dilakukan rujukan ke RSUD DKI atau. RS lainnya di wilayah Jakarta,” pungkas dia. (Z-10)
Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di urutan ke-2 terburuk di dunia dengan angka 177 atau masuk dalam kategori tidak sehat.
Kualitas udara Jakarta tercatat tidak sehat bagi kelompok sensitif pada Senin (22/7) pagi ini seperti dinyatakan dalam laman IQAir, Msyarakat disarankan mengenakan masker saat keluar rumah.
Konsentrasi PM 2.5 di Jakarta saat ini setara 12,2 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (16/7) pagi masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif dan Jakarta menduduki peringkat keenam sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Kualitas udara di Jakarta pada Senin (15/7) pagi masuk kategori tidak sehat dan menduduki posisi kelima sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Kualitas udara di DKI Jakarta kembali menjadi salah satu yang terburuk di dunia atau masuk kategori tidak sehat setelah beberapa hari sebelumnya membaik.
DORONG peningkatan penerapan ekonomi sirkular dalam keseharian demi menjaga kelestarian lingkungan yang sangat dibutuhkan untuk mengakselerasi proses pembangunan dan tumbuh kembang.
Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengajak masyarakat mendorong pemerintah untuk melahirkan upaya penanganan polusi secara serius.
Bila polusi udara tidak terselesaikan, masalahnya akan menyangkut pada kesehatan, pemborosan, hal-hal yang sifatnya negatif bagi kualitas hidup kita.
Biru Voices 2024 mengedepankan peran aktif orangtua dalam menyampaikan dampak polusi udara terhadap kesehatan anak dan keluarga
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved