Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
MANTAN Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan penyakit antraks merupakan bagian dari penyakit zoonosis, penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia. Karena itu, Tjandra menyarankan agar penyakit ini ditangani dengan pendekatan One Health.
Pendekatan tersebut tidak hanya berbicara mengenai bagaimana pentingnya menjaga kesehatan manusia, akan tetapi juga pentingnya mengkondisikan hewan serta melakukan konservasi yang ada di lingkungan sekitarnya. Penerapan konsep One Health juga diharapkan bisa menurunkan penyebaran zoonosis serta berbagai resiko yang ditimbulkan dari mengonsumsi hewan liar.
“Antraks (Anthrax) merupakan penyakit hewan menular yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Antraks umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya serta dapat menular ke manusia. Penyakit ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Karena itu butuh pendekatan One Health untuk mengatasinya. Perlu ada kerja bersama mengendalikan kesehatan manusia, kesehatan hewan dan kesehatan lingkungan,” ujar Tjandra dalam keterangannya, Rabu (5/7).
Baca juga: Kabupaten Bantul Lakukan Langkah Pencegahan Masuknya Antraks dari Gunungkidul
“Bakteri penyebab antraks, apabila terpapar udara, akan membentuk spora yang sangat resisten terhadap kondisi lingkungan dan bahan kimia termasuk desinfektan tertentu dan dapat bertahan di dalam tanah, sehingga kadang-kadang antraks juga disebut penyakit tanah,” jelas Tjandra.
Manifestasi penyakit antraks pada manusia, kata Tjandra ada tiga jenis. Pertama ialah antraks kulit. Penyakit ini merupakan jenis antraks yang paling sering terjadi, tetapi tidak berbahaya.
Baca juga: 11 Warga Konsumsi Daging Antraks, 3 Diantaranya Meninggal Dunia
“Kata antraks memang bermakna ‘arang’ dalam bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korban akan berubah hitam,” ujarnya.
“Jenis kedua adalah antraks pencernaan serta yang ketiga adalah antraks paru atau pernapasan, yang juga pada sebagian kasus dapat menjadi berat, menyebabkan syok serta meningitis dan bahkan kematian,” imbuhnya.
Selain itu, Tjandra juga meminta agar masyarakat tidak menyembelih atau mengonsumsi daging dari hewan ternak yang telah terdeteksi antraks. Berdasarkan pengalamannya, Tjandra menyebut sampai saat ini masih banyak masyarakat yang tidak mengerti bagaimana penularan penyakit tersebut. Sehingga hewan yang sakit itu justru dipotong dan dikonsumsi manusia.
“Penularan antraks dari binatang yang sakit ini malahan dipotong dan dikonsumsi manusia. Sesuatu yang perlu terus diberi pemahaman ke masyarakat luas agar jangan terus berulang seperti kejadian di Gunungkidul yang berujung pada kematian,” tegasnya. (Dis/Z-7)
Indonesia kembali memperlihatkan komitmennya dalam mendukung negara-negara berkembang dengan mengadakan Workshop Manajemen Inseminasi Buatan (IB).
HEWAN ternak di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, banyak ditemukan yang tidak layak untuk kurban pada Idul Adha 1445 H. Hasil pantauan tim DKPP Klaten, terutama faktor kurang umur.
Akibat pengurungan yang ekstrem, mereka mengalami tingkat stres dan frustasi yang tinggi dan lebih rentan terhadap penyakit yang menyiksa.
Pendelegasian tim QC ini merupakan upaya Human Initiative dalam menjaga kualitas amanah dalam memfasilitasi ibadah kurban tahun ini.
Kebutuhan hewan ternak untuk kurban pada hari raya Idul Adha 1445 hirjiah tersebut tercukupi karena stok hewan ternak di Sulteng melimpah.
RIBUT perkara permasalahan hewan ternak yang mati diduga diracun, seorang adik kandung di Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, dengan tega telah menembak kakak kandungnya sendiri.
Peneliti Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan BRIN Tri Ujilestari menjelaskan soal kriteria dan penanganan daging kurban yang aman, sehat, utuh, dan halal.
PEMERINTAH Kabupaten (Pemkab) Wonogiri melakukan sejumlah antisipasi seiring munculnya kasus sapi antraks di Gedangsari, Gunung Kidul, Yogyakarta.
KASUS antraks kembali muncul di Gunungkidul dan Sleman, Yogyakarta. Saat ini Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta, melakukan pengawasan ketat pada lalu lintas hewan ternak.
Untuk mencegah antraks, selain menjaga kesehatan sapi dan kebersihan kandang, vaksinasi untuk menjaga kekebalan tubuh hewan ternak juga perlu dilakukan.
Kasus suspect Antraks kembali muncul di sana, tepatnya di Dusun Kayoman, Kabupaten Gunungkidul dan Dusun Kalinongko, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
PENYAKIT antraks kembali muncul di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, tepatnya di Kapanewon Gedangsari. Seorang warga ditengarai suspek penyakit antraks.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved