Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Keberadaan 12 jenis mamalia di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) terancam seiring meningkatnya aktivitas gunung api aktif yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah itu.
Berdasar penelitian mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Nurpana Sulaksono, 12 jenis mamalia itu meliputi monyet, kijang, landak, garangan, lutung, babi hutan, trenggiling, kucing hutan, lutung, biul, rase, dan tupai terbang.
"Menggunakan puluhan kamera jebakan, diketahui ada 12 jenis mamalia yang terancam. Sepuluh dari mereka adalah jenis mamalia darat. Yang paling banyak itu adalah monyet ekor panjang, kijang, landak, dan luwak," kata Nurpana Sulaksono melalui keterangan resmi UGM, Selasa (14/3).
Baca juga: Mengenal Kantong Semar, Tanaman Karnivora yang Dilindungi
Menurut Nurpana, gangguan alam yang mengancam keberadaan satwa liar di area Merapi memang terjadi secara periodik
itu tidak lebih berbahaya dari gangguan yang datang dari aktivitas manusia seperti kegiatan pengambilan rumput, pertambangan, dan aktivitas wisata.
“Gangguan paling tinggi terjadi pada habitat yang terdampak akibat gangguan aktivitas pertambangan. Habitat dengan tingkat gangguan tinggi itu cenderung direspons dengan kekayaan jenis dan keragaman jenis mamalia yang rendah. Pada habitat yang tidak terganggu justru cenderung memiliki kekayaan tinggi namun memiliki tingkat keragaman mamalia paling rendah akibat dominasi beberapa jenis satwa tertentu,” jelasnya.
Baca juga: Erupsi Merapi Selasa Pagi Mengarah ke Kali Krasak
Dari hasil penelitian itu, Nurpana merekomendasikan adanya pengukuran kondisi mamalia secara aktif dan berkelanjutan guna mengetahui dinamika dan perkembangan jumlah populasi dan habitat.
Selain itu, diperlukan juga upaya pengaturan waktu aktivitas pengambilan rumput oleh masyarakat.
"Pengaturan dilakukan untuk mencegah gangguan tidak melebihi ambang batas toleran yang dapat memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap satwa liar khususnya mamalia," kata dia.
Tidak kalah penting, menurut dia, pengamanan kawasan untuk mencegah aksi perburuan, melakukan pengaturan dan penertiban terhadap aktivitas penggalian batu dan pasir untuk mencegah terjadinya fragmentasi habitat.
"Pengambilan material batu dan pasir yang tidak terkendali bisa menyebabkan terputusnya konektivitas antar habitat," ucapnya.
Di TNGM, habitat paling luas dimiliki oleh kucing hutan yang menempati area 5.000 hektare.
Berikutnya, ada luwak menempati area 4.700 hektare dan kijang pada area 3.000 hektare, baik di luar maupun di dalam kawasan taman nasional itu. (Z-11)
Menyikapi perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Merapi, Pemerintah Kabupaten Sleman segera mengambil berbagai langkah antisipatif.
Senin (22/7) pukul 04.04 WIB, BPPTKG Yogyakarta melaporkan terjadinya awan panas guguran dari Gunung Merapi.
Sebanyak 43 guguran lava dari Gunung Merapi terjadi selama 12 jam.
WARGA lereng Gunung Merapi di Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu malam (6/7/2024), menggelar tradisi sesaji kepala kerbau dalam peringatan malam tanggal satu di Bulan Suro.
Sistem peringatan dini untuk mengantisipasi dampak bencana banjir lahar dingin pascaerupsi Gunung Marapi yang terletak di perbatasan Kabupaten Tanah Datar dan Agam, Provinsi Sumatra Barat.
Selama periode 12 jam dari hari Selasa hingga Rabu, Gunung Merapi mengalami 22 kali guguran lava yang semuanya mengarah ke barat daya.
Nenek moyang harimau berasal dari Asia, bukan Afrika. Mereka berevolusi dan beradaptasi dengan lingkungan Asia, sehingga memiliki karakteristik yang sesuai dengan habitat tersebut.
Seekor harimau Sumatra (Panthera tigris Sumatrae) ditemukan mati terjerat di Sigaruntang, Desa Sungai Pua, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Kamis (25/7).
BEA Cukai tunjukkan keseriusannya dalam penanganan perdagangan ilegal satwa dan tumbuhan Indonesia, melalui jalinan kerja sama internasional dengan Foreign Customs Attaché Club (FCAC).
Balai Besar KSDA Riau melakukan pelepasliaran seekor Harimau Sumatra berjenis kelamin betina bernama Puti Malabin di landscape Rimbang Baling Provinsi Sumatera Barat, pada Jum'at (28/6).
Lima satwa itu adalah empat landak jawa dan satu kukang.
Sebanyak tiga pelaku dibekuk di dua lokasi berbeda, dua orang di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dan satu orang di Kecamatan Guguk Panjang Kota Bukittinggi, Sumatera Barat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved