Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PSIKOLOG dari Universitas Indonesia A Kasandra Putranto menjelaskan peran orangtua sangat penting untuk mencegah terjadinya upaya manipulasi orang dewasa yang ingin melecehkan anak maupun remaja atau yang biasa disebut fenomena child grooming.
Menurut Kasandra, orangtua perlu memberi pemahaman tentang pentingnya keterbukaan hingga menciptakan komunikasi yang baik karena anak belum mempunyai pola pikir yang matang dan mampu mengambil keputusan secara pribadi.
"Menghindari child grooming memerlukan peran dan kerja sama dari seluruh anggota keluarga. Orangtua diharapkan untuk berpartisipasi secara aktif untuk mengawasi dan mengajari anak," kata Kasandra, Jumat (3/3).
Baca juga: Tips Mengajari Anak Memasak Sejak Dini dari Sisca Soewitomo dan Chef Desi
Tidak hanya itu, Kasandra juga mengatakan orangtua juga perlu mengajarkan tentang consent dan hubungan romantis.
Meskipun anak belum berkencan, orangtua perlu menjelaskan tentang kapan waktu yang tepat untuk berpegangan tangan, berpelukan, dan berciuman atau terlibat dalam aktivitas seksual di waktu yang tepat agar anak lebih bijaksana.
Kasandra menjelaskan, umumnya, upaya grooming tersebut dilakukan melalui tindakan yang diam-diam menghanyutkan karena tidak disertai dengan kekerasan dalam upaya untuk akses seksual dan mengontrol korban.
Baca juga: Pola Asuh Bisa Cegah Anak Alami Sindrom Metabolik
"Fenomena child grooming ini terjadi karena dua faktor pendukung. Yang pertama adalah faktor internal. Faktor ini terjadi melalui diri korban dan pelaku (groomer) itu sendiri. Faktor internal dari korban adalah mudahnya penerimaan yang dilakukan oleh korban terhadap pelaku (groomer)," kata Kasandra.
Lebih lanjut, Kasandra memaparkan adanya trauma masa lalu, seperti penolakan oleh lawan jenis seusia membuat pelaku memilih mendekati dan menjalin hubungan dengan anak di bawah umur, karena pelaku berpikiran tidak akan adanya penolakan dari anak di bawah umur.
"Dalam fenomena child grooming ini, korban adalah anak di bawah 18 tahun, yang berarti memiliki pola pikir yang belum matang sehingga rentan untuk mengambil suatu keputusan. Faktor internal dari pelaku adalah adanya gangguan kejiwaan yang dialami oleh pelaku," sambungnya.
Baca juga: Pemilihan Popok Bisa Hindari Bayi Anda dari Ruam Kulit
Selain itu, faktor tidak seimbangnya hormon estrogen membuat pelaku merasa terangsang oleh anak di bawah umur dibandingkan lawan jenis seusia.
"Kemudian faktor eksternal penyebab adanya child grooming adalah kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh orangtua kepada anaknya dalam memberikan fasilitas gadget dan menggunakan media sosial," pungkas Kasandra. (Ant/OL-1)
Apabila orangtua tidak biasa mengenalkan variasi makanan kepada anak maka anak akan cenderung memilih mengonsumsi makanan tertentu.
Orangtua mestinya sejak dini membiasakan diri untuk memenuhi kebutuhan anak, secara fisik maupun emosi, dengan berkomunikasi di dalam pengasuhan.
Orangtua disarankan melarang anak usia di bawah satu tahun menatap layar gawai serta membatasi waktu layar anak usia satu sampai tiga tahun maksimal satu jam.
Dengan memberikan banyak pilihan aktivitas selama mengisi liburan akan membuat tamu semakin betah tinggal di Midtown Residence Jakarta.
Anak-anak lebih rentan terhadap hipotermia karena tubuh mereka yang lebih kecil kehilangan panas lebih cepat dibandingkan orang dewasa.
Usia remaja itu kan masa-masa ingin tahu yang tinggi. Kalau kita larang, mereka malah akan semakin penasaran dan mencari tahu sendiri.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsumsi alkohol oleh ayah juga bisa berdampak pada kesehatan janin.
Selain 16.314 anak, 10.980 wanita, 885 petugas medis, 165 jurnalis, dan 79 personel pertahanan sipil juga tewas dalam serangan Israel.
"Kakak-kakaknya yang ngajar dan semuanya baik banget. Belajarnya juga enggak bikin bosen karena ada gimnya,"
Rumah Cita-cita ingin berkontribusi membantu anak-anak yang berada di sekitar Kampung Pemulung, Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang menerima nutrisi dan stimulasi yang tepat selama 1000 HPK memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dan keterampilan sosial yang lebih baik.
Sebagai orangtua kita harus mempersiapkan anak yang bepergian sendiri dalam menghadapi berbagai situasi yang di luar kendali orangtua.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved