Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Universitas Airlangga (Unair) kembali mengukuhkan empat pendidiknya menjadi guru besar pada Rabu (28/12). Keempat guru besar yang dikukuhkan adalah Prof. Sri Hartini dan Prof. Dyah Wulan Sari dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Prof. Ferdiansyah dari Fakultas Kedokteran, serta Prof. Iwan Sahrial dari Fakultas Kedokteran Hewan.
Rektor Unair Prof. Mohamad Nasih mengatakan bahwa empat guru besar yang baru saja dikukuhkan merupakan potensi yang luar biasa. Dengan tambahan guru besar tersebut bisa mendukung Unair dalam meningkatkan kualitas dan layanan pendidikan.
“Senang sekali. Alhamdulillah kita bisa mengukuhkan empat lagi guru besar, untuk tambahan energi kita semuanya dalam rangka mengantarkan Universitas Airlangga untuk bisa berkontribusi lebih baik lagi pada masa-masa yang akan datang,” ujar Prof. Nasih seperti dikutip laman Unair, Kamis (29/12).
Dia menyebut bahwa Indonesia memiliki potensi yang luar biasa. Penelitian - penelitian yang dilakukan civitas akademika Unair dapat membuka potensi Indonesia yang tersebar hampir di seluruh bidang.
“Profesor-profesor yang baru sudah berhasil mengidentifikasi bagaimana potensi itu ada. Tinggal kemudian bagaimana potensi-potensi ini menjadi sesuatu yang aktual dan bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia,” terang pakar akuntansi tersebut.
Hasil aktualisasi tersebut harus dikawal sampai bermanfaat di masyarakat. Prof. Nasih berharap, hasil inovasi civitas akademika Unair dapat secara riil berguna bagi masyarakat dan menembus pasar komersial. “Karena tanpa itu semuanya, hasil inovasi dan produksi hanya akan berhenti di atas meja,” tegasnya.
Di sisi lain, Prof. Nasih menyayangkan bahwa belum banyak masyarakat yang percaya dengan inovasi-inovasi baru dari para peneliti di perguruan tinggi. Hal itu menyebabkan hasil penelitian para profesor Indonesia tidak bisa dioptimalkan untuk kebutuhan masyarakat.
“Sesungguhnya persoalan utama kita bukan pada bagaimana kita memproduksi, tapi bagaimana produksi karya anak bangsa itu mendapatkan tempat terhormat. Masih banyak orang yang meragukan. Dan ketika masyarakat masih ragu, tidak ada kemanfaatan yang secara optimal bisa kita lakukan,” tuturnya.
Dia memberi contoh Vaksin Merah Putih dan sel punca (stem cell) yang dihasilkan oleh Unair. Perlu waktu lama bagi dua inovasi tersebut untuk terserap pasar dan bermanfaat bagi masyarakat. Padahal, kualitas Unair sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia tidak perlu diragukan lagi.
“Unair di bidang employability tidak kalah dengan perguruan tinggi lain, demikian juga dengan academic reputation kita, juga berada dalam posisi yang luar biasa,” ucapnya.
Lebih lanjut, dengan hadirnya empat guru besar baru, Prof. Nasih berharap bisa memperkuat iklim akademik dan kolaborasi. Hal itulah yang akan mendorong kepercayaan masyarakat pada inovasi anak bangsa.
“Kolaborasi adalah era kita semuanya. Tanpa kolaborasi kita tidak bisa menghasilkan apapun. Potensi kita sesungguhnya sangat luar biasa. Iklim akademik harus kita dorong dan tingkatkan secara terus menerus,” tandasnya. (OL-12)
PRESIDEN terpilih Prabowo Subianto (PS) peduli terhadap berbagai faktor yang mengancam keutuhan bangsa.
Meraih gelar profesor bukanlah perkara mudah. Perjalanan panjang dan komitmen tinggi diperlukan untuk memenuhi kualifikasinya.
Belasan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Kalimantan Selatan, melanggar integritas akademik serius dan terancam dicopot gelarnya.
Universitas Mercu Buana (UMB) melahirkan dua guru besar baru di bidang Ilmu Manajemen yaitu Ahmad Badawi Saluy dan Indra Siswanti.
Perubahan iklim dapat menjadi ancaman besar bagi ketahanan pangan nasional.
Buku yang berjudul Garuda & Trisula: Hubungan Indonesia-Ukraina 1946-2022 menggambarkan hubungan bilateral Indonesia-Ukraina.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved