Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SAAT anak mengalami kejang-kejang, sebaiknya orang tua jangan terburu-buru menyimpulkan bahwa anak terkena epilepsi.
Dokter spesialis anak, Irawan Mangunatmadja, mengatakan ada perbedaan antara kejang yang menandakan epilepsi dan kejang bukan epilepsi.
Epilepsi merupakan gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik yang berlebihan di otak. Epilepsi lebih dikenal masyarakat dengan sebutan penyakit ayan.
Penyebab epilepsi pada anak bisa karena kerusakan otak akibat sang ibu yang terinfeksi, kekurangan oksigen atau mengalami gizi buruk.
Baca juga: Sonata Mozart ini Diklaim Bermanfaat bagi Penyandang Epilepsi
Kata Irawan, kejang yang disebabkan epilepsi ditandai dengan gerakan seluruh tubuh, gerakan bola mata dan wajah ke satu sisi.
Selain itu ia juga mengatakan kejang pada epilepsi terjadi berulang.
“Kita bisa membedakan gerakan kejang-kejang yaitu dari gerak bola matanya. Kalau ada gerakan seluruh tubuh dan gerakan bola mata ke satu sisi, mungkin saja itu terkena epilepsi,” kata Dokter Spesialis Anak, Irawan Mangunatmadja, Jum’at (25/3) dalam diskusi Instagram Live RSCM Kencana.
Ia juga menjelaskan, kejang epilepsi terjadi berulang selama beberapa detik sampai menit.
Kejang yang dialami anak juga harus dipastikan dengan ciri-ciri yang sama. Jika kejang berlangsung lama, lebih dari hitungan menit, kata Irawan bisa dipastikan itu bukan epilepsi.
Baca juga: Ini Mitos Epilepsi yang Salah Kaprah
Irawan menuturkan ada ciri yang khas dari anak yang terkena epilepsi. Orang tua bisa memperhatikan saat anak sedang bermain.
Apabila anak yang sedang asyik bermain lalu tiba-tiba termenung, berhenti sejenak kurang lebih selama 20 detik dengan bola mata yang disebutkan tadi, dan itu terjadi berulang, Irawan menyarankan untuk segera konsultasikan ke dokter untuk memastikan apakah anak terkena epilepsi.
Anak dengan gangguan perkembangan otak akan lebih rentan. Harapan kesembuhannya hanya 20 persen dibandingkan anak yang terkena epilepsi tanpa gangguan perkembangan otak.
“Jadi kalau perkembangan anak itu normal, harusnya dia bisa tumbuh sempurna. Sekitar 70%-80% dia bisa tumbuh sempurna dan sembuh.
Tetapi kalau dia ada gangguan, maka ya itu yang 20 persen itu. Anak harus memerlukan pengobatan yang jangka waktunya lebih panjang dan menggunakan beberapa jenis obat,” jelas Irawan. (H-2)
Salah satu fungsi yang sangat berguna adalah pelacakan langkah. Penelitian menunjukkan bahwa menetapkan target langkah harian dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan kematian dini.
Penerbitan PP Kesehatan ini akan mengancam keberlangsungan hidup 9 juta pedagang di pasar rakyat yang menyebar di seluruh Indonesia
Maka dari itu, kalian perlu menghilangkannya dengan beberapa cara di bawah ini. Cara mengatasinya pun tidak sulit dan bisa dilakukan sendiri.
Biasanya oatmeal ini dikonsumsi saat pagi hari untuk sarapan. Tidak heran oatmeal dikonsumsi sebelum memulai aktivitas, karena dalam kandungannya makanan ini memiliki nutrisi tinggi.
Dokter spesialis penyakit dalam Rudy Kurniawan mengatakan sarapan dengan karbohidrat tetap diperlukan untuk membantu mempersiapkan metabolisme tubuh.
Terlepas dari kemajuan dalam sektor kesehatan, masalah over treatment atau perawatan berlebihan tetap menjadi isu signifikan di Indonesia.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsumsi alkohol oleh ayah juga bisa berdampak pada kesehatan janin.
Selain 16.314 anak, 10.980 wanita, 885 petugas medis, 165 jurnalis, dan 79 personel pertahanan sipil juga tewas dalam serangan Israel.
"Kakak-kakaknya yang ngajar dan semuanya baik banget. Belajarnya juga enggak bikin bosen karena ada gimnya,"
Rumah Cita-cita ingin berkontribusi membantu anak-anak yang berada di sekitar Kampung Pemulung, Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang menerima nutrisi dan stimulasi yang tepat selama 1000 HPK memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dan keterampilan sosial yang lebih baik.
Sebagai orangtua kita harus mempersiapkan anak yang bepergian sendiri dalam menghadapi berbagai situasi yang di luar kendali orangtua.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved