Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
ASOSIASI ibu Menyusui Indonesia (AIMI) merilis laporan pelanggaran promosi atau pemasaran produk pengganti ASI di Indonesia selama masa pandemi Covid-19. Tercatat lebih dari 100 pelanggaran terhadap Kode Internasional yang dikembangkan oleh World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) selama kurun waktu April 2020-April 2021.
Konselor Menyusui AIMI sekaligus penyusun laporan, Lianita Prawindarti mengatakan. pola promosi produk pengganti ASI sangat masif pada masa pandemi. Perusahaan atau produsen memanfaatkan berbagai platform media digital, media sosial dan lainnya untuk bisa menjangkau produsen terutama kalangan ibu hamil dan menyusui.
Padahal sesuai Kode Internasional yang telah disahkan pada 1981, hal itu merupakan pelanggaran. Produsen ASI tidak diperbolehkan menggunakan pola-pola promosi layaknya produk lainnya. Artinya, produk pengganti ASI tidak boleh disamakan atau diidealkan dengan ASI.
Tercatat 9 perusahaan produsen pengganti ASI dan 7 produsen botol dot. Media digital, marketplace, laman, aplikasi, podcast, webinar. Kemudian di medsos sangat marak seperti Instragam.
"Jadi setidaknya ada 123 entries bukti pelanggaran, 16 kategori pelanggaran dengan 11 pasal kode dan 8 resolusi WHA (World Health Assembly) yang paling sering dilanggar," ungkapnya dalam Peringatan 40 Tahun Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI, Jumat (21/5).
Selain itu, dia juga mengatakan, masih ada kerja sama antara pemerintah dan perusahaan produk pengganti ASI selama pandemi. Hal itu tentu bisa mempengaruhi komitmen untuk menegakan atau mengawasi pelanggaran Kode Internasional. Begitu pula kerja sama dengan faskes atau RS yang juga menyebabkan minculnya potensi pelanggaran tersebut.
Dijelaskannya, berdasarkan Kode Internasional, produsen tidak boleh membuat stempel gratis pada produknya. Baik label maupun promosi tidak mengidealkan produk tersebut. Apalagi membuat klaim menyerupai ASI/ proses menyusui.
Lebih lanjut, dia mengatakan selama pandemi kondisi ibu menyusui sebenarnya cukup sulit. Para ibu sangat khwatir dengan penyebaran virus dan butuh waktu yang panjang untuk mengedikasi dan mengkampanyekan bahwa ibu menyusui tetap aman selama pandemi. Bahkan ibu yang positif covid pun masih bisa menyusui, masih bisa memberi ASI dengan prokes yang ketat.
Selain itu, pelayanan kesehatan terutama dalam mendukung ibu menyusui banyak yang terhambat karena puskesma dan RS lebih banyak fokus ke layanan covid. Artinya pelayanan terhadap ibu hamil dan menyusui menjadi tidak optimal.
Selama pandemi juga banyak ibu dan bayi tidak bisa memdapatkan kesempatan untuk IMD, rawat gabung dan segabagainya. Sehingga proses menyusui menjadi terhambat .
Baca juga : Nasyiatul Aisyiyah Siap Perkuat Kemensos Atasi Persoalan Anak
"Ditambah lagi prosmosi masif dilakukan oleh produsen formula, jadi itu sudah jatuh ketimpa tangga lagi. Ini kondisi yang sangat sulit. Impact-nya kita melihat semakin memprihantinkan," tuturnya.
Menurut Lianita, pelanggaran terjadi di Indonesia sudah mendapat perhatian dari sejumlah pihak dalam negeri maupun internasional. Pelanggaran itu dilakukan dengan pola-pola lama yang memanfaatkan peluang atau kondisi saat ini. Apalagi didukung oleh perkembangan teknologi.
"Trik-trik lama sudah ada sejak puluhan tahun, tapi oportunity-nya baru, kesempatannya baru karena sekarang dengan biaya lebih murah, promosi lewat medsos bisa dan menjangkau lebih luas. Ini pengaruhnya lintas generasi, apapun yang terjadi di hari ini, promosi hari ini efeknya bisa sampai sekian tahun ke depan," kata dia.
Ketua Umum AIMI Nia Umar membeberkan, pesan promosi dikemas relevan dengan situasi pandemi seperti bagaimana menjaga daya tahan tubuh anak serta menyikapi periode normal baru.
Produk juga semakin mudah diakses karena adanya kerja sama dengan berbagai lokapasar (marketplace) dan komunitas parenting yang memungkinkan produk lebih mudah diakses masyarakat dengan disertai berbagai hadiah, potongan harga, layanan bebas biaya kirim, dan beragam tawaran menarik khas promosi produk pengganti ASI.
Perusahan produk pengganti ASI kini sangat aktif memanfaatkan media digital dan media sosial, bukan hanya untuk menjangkau ibu hamil dan ibu bayi, tetapi juga kelompok masyarakat lain yang dianggap potensial. Perusahaan juga memanfaatkan situasi dengan memberikan berbagai bantuan dalam rangka mengurangi dampak pandemi kepada berbagai institusi pemerintah, fasilitas kesehatan, serta lembaga swadaya masyarakat.
Dia meminta institusi pemerintah aktif melakukan pengawasan dan penegakan Kode Internasional. Namun, justru menjadi mitra strategis bagi industri terutama selama pandemi.
“Dibutuhkan komitmen tegas dari pemerintah dan semua pihak untuk bisa mengadopsi Kode Internasional Pemasaran Produk Pengganti ASI serta Resolusi WHA terkait, agar bisa memberikan perlindungan yang komprehensif untuk ibu mampu menyusui anaknya," ucapnya
"Program dan strategi nasional yang bebas konflik kepentingan dari pengaruh industri di semua sektor juga penting dikedepankan agar ibu-ibu dan anak-anak Indonesia bisa mendapatkan hak kesehatan dasar mereka, yakni menyusui dan menyusu ASI," tandasnya. (OL-7)
UNTUK bisa menghasilkan air susu ibu (ASI) yang lancar, seorang ibu menyusui tidak hanya membutuhkan asupan makanan dan minuman yang cukup dan bergizi.
Asupan untuk bayi tercinta pastinya akan berasal dari air susu ibu atau ASI. ASI yang baik dan sehat tergantung dari konsumsi makanan sang ibu.
Salah satunya adalah masalah ASI. Biasanya ibu yang baru pertama kali melahirkan akan mengalami masalah pada ASI yang sulit untuk keluar dan disusui ke si buah hati.
Mengalami kesulitan dalam produksi ASI adalah hal yang umum dialami oleh banyak ibu menyusui. Untuk mengatasi masalah ini, pemilihan makanan yang tepat dapat menjadi solusi.
Belakangan ini, muncul pro dan kontra seputar apakah menyusui bayi lebih dari dua tahun memiliki dampak negatif pada kesehatan anak
KETUA Satgas ASI IDAI, Naomi Esthernita Fauzia Dewanto menyebut hingga saat ini belum ada penelitian untuk dampak maupun manfaat dari metode freeze-drying atau pengeringan beku ASI.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved