Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
KEUNIKAN arsitektur tradisional Bali (ATB) sangat menarik untuk diterapkan pada berbagai fungsi bangunan baru. Namun pada era kekinian dimana perkembangan sosial budayanya lebih general akibat pengaruh dari luar, penggunaan ornamen khas Bali hanya untuk pemberi wajah (fasad) atau sebagai persyaratan membangun di suatu lokasi untuk kepentingan tertentu.
Hal tersebut mengemuka dalam seminar 'Arsitektur Bali: Tradisi dan Kekinian' yang diselenggarakan secara daring, Kamis (18/2). Seminar yang diikuti peserta dari berbagai kalangan dari seluruh Indonesia ini digelar dalam rangka memperingati ulang tahun Majalah ASRINESIA ke-38 dan Kenari Djaja ke-56.
Menurut Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) I Ketut Rana Wiarcha, pihaknya telah mengingatkan berbagai pihak yang terlibat dalam proses pembangunan dapat mempertahankan ciri khas arsitektur Bali.
"Hal ini untuk menjaga kelestarian arsitektur tradisional Bali agar tetap terpelihara. Terlebih sektor budaya dan pariwisata terkait erat dengan arsitektur tradisonal," jelasnya.
Secara spesifik, arsitek I Gusti Lanang Wiantara dari Universitas Udayana menyampaikan latar belakang asta kosala kosali yang menjadi panutan bagi pelaku pembangunan bangunan tradisional Bali. "Banyak ketentuan yang mengikat pemilik dan bangunannya agar terjalin kebersamaan dengan penggunaannya," jelasnya.
Sedangkan arsitek I Putu Edy Semara yang merupakan lulusan Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN) Jakarta, menjelaskan bagaimana bangunan di Pulau Dewata pada era moderen seperti saat ini tetap harus memperhatikan arsitektur tradisional Bali.
"Hal ini diperlukan agar wajah arsitektur Bali ke depan tetap terjaga keindahannya untuk dinikmati anak cucu kita dan langgeng," ungkapnya. (RO/OL-15)
Sebanyak 60% lulusan bekerja sesuai dengan profesi mereka di bidang arsitektur dan 25% mampu membuka bidang usaha secara mandiri di bidang arsitektur.
Selain pameran, ARCH:ID 2025 juga menyelenggarakan konferensi internasional yang akan mengundang sejumlah ahli dan profesional industri arsitektur dan konstruksi.
Desain minimalis menekankan kesederhanaan dan fungsionalitas dengan penggunaan ruang yang efisien dan pencahayaan alami, serta adopsi bahan ramah lingkungan.
Sebelumnya, pameran berjudul 'More or Less' digelar di Tokyo, Jepang, pada 17-26 Mei lalu.
Kain-kain yang digantung pada kayu tidak hanya menciptakan intervensi spasial di kedai kopi, tapi juga meningkatkan suasana ruang di pameran
Sandiaga Uno mendukung kegiatan tersebut dan berharap bisa ikut berkontribusi dalam memenuhi target ekspor produk dan jasa sebesar USD 28 miliar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved