Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SETIAP nama tempat punya sejarah, punya awal. Orang senantiasa menggali asal-usul nama suatu tempat. Kadang cerita asal usul nama suatu tempat berupa sejarah, kadang berupa legenda, tidak jarang pula sejarah bercampur legenda. Itulah sebabnya, asal usul nama suatu tempat biasanya tidak tunggal, melainkan jamak.
Begitu pula dengan asal muasal kata 'Medan'. Banyak versi tentangnya.
Dari catatan penulis-penulis Portugis abad ke-16, kata Medan berasal dari 'Medina'. Sumber lain menyebut Medan berasal dari bahasa India 'Meiden'.
Ada pula yang mengatakan nama Medan berawal dari 'Median' yang merupakan ucapan para saudagar Arab yang melihat kontur permukaan tanah Medan yang rata mulai Pantai Belawan sampai Pancur Batu. Seorang Laksamana Turki Sidi Ali Celebi, dalam buku Al Muhit (1554 M) menyebut adanya Aru (Kerajaan Haru) dan Kota 'Medina', yaitu Kota Medan sekarang sebagai pelabuhan (Sinar, 2005).
Dalam Kamus Indonesia-Karo (2002) yang ditulis Darwin Prints, kata 'medan' berarti 'menjadi sehat' atau 'lebih baik.' Asal usul nama medan yang seperti ini terang-benderang terkait erat dengan pendiri Kota Medan, yakni Guru Patimpus, yang berprofesi sebagai tabib.
Medan berawal dari sebuah kampung kecil sebelum menjadi kota besar seperti sekarang ini. Kampung kecil yang teletak di tepi pertemuan Sungai Babura dan Sungai Deli itu bernama Medan Putri. Menurut Mohammad Said (1997), kata Medan diambil dari nama kampung Medan Putri tersebut.
Ada pula yang menyebut asal muasal nama medan terkait dengan lokasi atau lapangan tempat berkumpul atau bertemunya orang-orang. Dalam hal ini, terdapat dua kisah tentang asal-usul nama medan. Kisah pertama menyebutkan daerah yang sekarang disebut Medan tak lain tempat berkumpul atau bertemunya orang-orang dari berbagai suku atau daerah asal.
Menurut bahasa Melayu, medan berarti tempat berkumpul. Sejak zaman dahulu kala ia menjadi tempat bertemunya orang-orang dari Hamparan Perak, Sukapiring, dan daerah lain untuk berdagang, bertaruh atau berjudi, dan kegiatan lain. Ia merupakan kampung biasa yang diselingi kampung-kampung Melayu lain seperti Kesawan, Tebingtinggi, dan Merbau.
Kisah kedua mengatakan kota ini disebut Medan karena dia menjadi arena, lapangan, atau medan pertempuran pasukan Kerajaan Aceh dan Kesultanan Deli. Seorang planter tembakau berkebangsaan Belanda pada 1889 melaporkan bahwa di zaman dahulu kala Medan merupakan pertahanan orang-orang pribumi yang mempertahankan diri dari kemungkinan serangan Aceh.
Peninggalan-peninggalan masa itu ialah sebuah dinding tebal melingkar yang panjangnya sampai seberang sungai dan menggulung delta. Ditemukan juga banyak kuburan di sana, termasuk kuburan seorang yang dianggap keramat yang diteduhi pohon-pohon besar dan di dalam tanah kuburan tersebut pernah ditemukan uang emas Aceh kuno (Sinar, 2005).
Dengan begitu, paling tidak ada empat versi ihwal asal usul kata medan. Pertama, asal-usul yang terkait dengan kondisi fisik atau kontur kota. Dalam hal ini, kata medan berasal dari bahasa India “Meiden” atau sebutan orang Arab 'median.'
Kedua, asal muasal yang terkait dengan nama tempat. Dalam konteks ini, kata Medan diambil dari nama kampung Medan Putri.
Ketiga, asal-usul yang terkait dengan makna lokus atau tempat. Dalam konteks ini, kata medan mengandung makna lokasi 'pertemuan', baik pertemuan berbagai suku maupun pertemuan dua kerajaan untuk bertempur. Keempat, asal-muasal yang terkait dengan sosok pendiri kota Medan, yakni Guru Patimpus sebagai tabib. Dalam hal ini, kata medan berasal dari bahasa Karo yang mengandung makna 'sembuh.'
Berbagai versi tentang asal muasal nama Medan kurang lebih serupa dengan yang disebutkan dalam “Almanak Pemerintah Daerah Sumatra Utara 1969”.
Pertama, Medan ialah daerah pertempuran yang pernah terjadi antara Aceh dan Deli Lama. Peperangan meletus akibat Kerajaan Deli Lama menolak pinangan Raja Aceh untuk mempersunting putri raja, yakni Putri Hijau.
Kedua, asal raja-raja Deli dari Hindustan, India, perkataan ‘medan’ berasal dari perkataan India ‘maiden,” yang berarti tanah datar.
Ketiga, sejak dahulu ada hubungan erat antara Karo dan Deli, maka medan berasal dari bahasa Karo ‘medan” yang berarti sembuh. (Anwar, 1986).
Apa yang tercantum dalam Almanak Pemerintah Daerah Sumatra Utara tentu masih harus dilengkapi dengan versi yang menyebut kata Medan diambil dari nama kampung Medan Putri.
Ulasan menarik soal Medan ini ada di buku Medan: Pasang Surut Peradaban Kota Perkebunan, karya terbaru Ketua Dewan Redaksi Media Group Usman Kansong.
Saksikan pembahasannya pada program Dialektika dengan tajuk Peluncuran dan bedah buku Medan, Pasang Surut Peradaban Kota Perkebunan, pada hari ini (Jumat, 9/10) dari pukul 14.00-16.00 WIB.
Acara yang dipandu presenter Metro TV Yohana Margaretha itu menghadirkan Usman Kansong (penulis buku), Muryanto Amin (Dekan FISIP Universitas Sumatra Utara) dan Mohammad Abdul Gani (Dirut PTPN Holding dan penulis buku Jejak Planters di Tanah Deli)
Acara dapat diikuti melalui live streaming:
1. Youtube Media Indonesia
2. Facebook Media Indonesia
3. IG Media Indonesia
4. Website Media Indonesia
Ustaz Muhammad Abu Rivai juga menekankan pentingnya suami istri membiasakan untuk memperjelas kepemilikan harta di dalam keluarga.
Tema yang diambil dalam buku perdana ini adalah "Bermain dan Permainan pada Pendidikan Anak Usia Dini".
Kemendikbudristek mengalihwahanakan 100 judul buku bacaan bermutu (buku cerita bergambar) ke dalam bentuk buku Braille.
GALERIKERTAS Studiohanafi mengadakan sesi bedah buku novel berjudul Bek karya Mahfud Ikhwan.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) meluncurkan buku berjudul Sehari Satu Dongeng.
Buku Eat, Play, Love merupakan profil perusahaan yang dibuat dengan konsep storytelling sehingga tidak seperti umumnya.
BAKAL Calon Wali Kota Medan dari Partai NasDem, Rico Waas memastikan akan memberikan ruang yang besar untuk seniman dan pegiat literasi jika menang dalam Pilkada 2024.
Cabang Kejaksaan Negeri Deli Serdang di Labuhan Deli memusnahkan barang bukti dari 113 perkara dalam pemusnahan periode kedua tahun ini.
Ella Nanda Sari, seorang selebgram asal Medan, dilaporkan meninggal dunia setelah menjalani prosedur sedot lemak di Klinik Kecantikan berinisial WSJB di Kota Depok.
WALI KOTA Medan Bobby Nasution akan membuat kebijakan memberi gaji bulanan untuk para juru parkir senilai Rp2,5 juta per bulan.
PARTAI Nasdem dan Gerindra menyatakan berkoalisi di Pemilihan Wali Kota Medan, Sumatra Utara. Koalisi ini ditandai dengan mendeklarasikan bakal calon wali kota dan wakil wali kota Medan.
POLRI memecat 15 personel yang sebelumnya bertugas di Polrestabes Medan, Sumatra Utara (Sumut), karena telah melakukan beragam pelanggaran berat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved