Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Demi Handphone untuk PJJ, Siswa SMP Jual Onde-Onde

Adi Kristiadi
03/8/2020 19:40
Demi Handphone untuk PJJ, Siswa SMP Jual Onde-Onde
Sejumlah siswa SMA belajar daring di persawahan Bassaran, Desa Rante Mario, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, Senin (3/8).(ANTARA/ARNAS PADDA)

Sultan Zihan, 15, seorang pelajar Kelas IX SMP Negeri Kecamatan Salopa, Kabupaten Tasikmalaya, nekat untuk berjualan keliling makanan khas Jawa Barat, onde-onde agar dapat mengumpulkan uang recehan untuk membeli sebuah handphone (HP).

Sudah seminggu Sultan berkeliling di Kota Tasikmalaya dari rumah ke rumah hingga kantor ke kantor untuk mengumpulkan uang. Nantinya, uang itu akan digunakan membeli handphone untuk kebutuhan belajar daring. Selama ini, ia terpaksa harus menumpang kepada teman-teman yang memiliki ponsel pribadi.

Baca juga: Kemendikbud Upayakan Keringanan Biaya Internet, Rp1000/GB

"Orang tua tidak mampu membeli handphone apalagi usaha selama ini sama berdagang dan kami nekad berjualan makanan tersebut, demi bisa membeli sebuah HP pintar karena selama ini uang recehan sangat berharga. Apalagi, kami akan menghadapi ujian akhir dan bercita-cita ingin melanjutkan sekolah ke jenjang SMK di Tasikmalaya," katanya, Senin (3/8/2020) di Kantor PWI Tasikmalaya. Jarak Kecamatan Salopa ke Kota Tasikmalaya cukup jauh, kurang lebih 30 km.

Sultan mengatakan, berjualan makanan khas onde-onde keliling yang dilakukan selama ini dengan cara berjalan kaki dan menyusuri ruas jalan protokol dengan harapan agar makanan yang dibawanya habis.

"Kami berangkat dari rumah pukul 05.00 WIB bersama teman dengan menumpang motor dengan membawa 200 buah makanan dengan memakai keranjang. Tapi sesampainya di Kota Tasikmalaya, sebelum berjualan motor yang dimiliki teman selalu disimpan di parkiran Komplek Dadaha, Kecamatan Tawang. Kami melanjutkan berjalan kaki dan menawarkan makanan ke setiap toko dan kantor termasuk rumah," ujarnya.

Menurutnya, harga satu buah onde-onde Rp2.000. Dari setiap satu buah onde, dirinya mendapatkan keuntungan sebesar Rp1.000. Ia membawa onde-onde antara 30-40 buah. Jika habis karena ada yang memborong, dalam sehari ia bisa mendapat keuntungan Rp200 ribu.

Sayangnya, jualannya sering kali tidak habis.

"Ibu saya juga kesehariannya berjualan onde yang sama tetapi dijual di wilayah Kecamatan Salopa saja tidak ke wilayah perkotaan. Akan tetapi, ayah sendiri selama ini hanya berjualan gas soline atau pemantik api secara eceran di wilayah Terminal Salopa. Kami sengaja untuk membantu berjualan, karena memang selama ini tak mampu membeli HP buat belajar daring dan semua dilakukan hanya menumpang pada teman saja meski sinyal bagus," paparnya.

Sultan berkata, ia mencoba  berjualan di Tasikmalaya dengan harapan bisa mambantu kedua orang tua untuk membeli handphone untuk belajar daring.

"Biasanya, sehabis berjualan di Tasikmalaya saya selalu membantu ibu untuk menyiapkan keseharian makan adik, karena adik masih kecil. Selama ini memang saya bercita-cita ingin menjadi orang yang sukses dan kaya raya seperti para pengusaha dan jika saya sudah kaya dengan berjualan onde akan membantu orang yang susah dan selama ini dilakukannya berjualan daripada bermain tidak jelas," pungkasnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya