Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

ITB Beri Gelar Doktor Kehormatan kepada TP Rachmat

Bayu Anggoro
03/7/2019 22:40
ITB Beri Gelar Doktor Kehormatan kepada TP Rachmat
Theodore permadi rachmat usai menerima gelar doktor kehormatan darii ITB(MI/Anggoro)

INSTITUT Teknologi Bandung (ITB) menganugerahkan gelar doktor kehormatan (HC) kepada Theodore Permadi Rachmat. Penganugerahan diberikan oleh rektor dan senat akademik di Kampus ITB, Bandung, Jawa Barat, Rabu (3/7).

Theodore yang merupakan mantan bos Astra Grup dianggap memberi kontribusi yang besar terhadap industri manufaktur di Tanah Air. Rektor ITB, Kadarsah Suryadi, mengatakan, pemilik PT Adaro Energy Tbk ini dinilai berhasil meletakan dasar-dasar organisasi industri manufaktur yang kuat.

Sehingga torehannya itu berdampak juga kepada industri lain, tidak hanya yang dinaunginya.

"Baik Astra Grup, dan lainnya," kata Kadarsah.

Menurut dia, pria berusia 76 tahun ini pun mampu mengembangkan budaya kerja yang unggul melalui pengadopsian standardisasi proses serta budaya kerja yang mendukung efisiensi dan efektivitas.

"Saudara Theodore berperan besar dalam menumbuhkan values perusahaan serta karakter dan mindset karyawan yang bukan sekadar pola pikir, namun menjadi keyakinan yang memengaruhi perilaku dan sikap," paparnya.

Perubahan budaya itu, lanjut dia, dilaksanakan dengan mengedepankan pentingnya pengembangan modal insani (human capital) dalam membangun industri manufaktur modern di Indonesia.

"Ini terlihat dari sepak terjang beliau sejak merintis Astra Grup hingga membangun entitas bisnis yang etis dan peduli terhadap pengentasan kemiskinan dan ketidakterdidikan bangsa," katanya.

Ketua Tim Promotor, Andi Isra Mahyudin, mengatakan, kepiawaian Theodore dalam menanamkan nilai-nilai di industri manufaktur di Tanah Air terlihat dari berhasilnya sejumlah perusahaan yang dirintisnya.

Nama-nama seperti PT United Tractors, PT Astra Internasional Tbk, Triputra Grup, dan Adaro Grup menjadi bukti nyata yang hingga saat ini terus berkembang.

"Aktivitas perusahaan itu memberi 300 ribu lapangan kerja di bidang otomotif, industri agribisnis, pertambangan, dan industri jasa. Itu semua secara langsung berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat," katanya.

Selain itu, menurut Andi, Theodore pun memiliki jiwa pengabdian yang tinggi terhadap sesama. Ini dibuktikan dengan semangatnya untuk
menumbuhkan profesionalisme dan entrepreneurship demi kemakmuran dan kesejahteraan orang lain.

"Khususnya sesama warga Indonesia, dengan membawanya ke dunia filantropi yang sarat pengabdian melalui Yayasan Pelayanan Kasih A&A Rachmat yang didirikan sejak 1999," katanya.

Atas semua pengabdiannya itu, senat akademik ITB berkeyakinan Theodore telah memenuhi ketentuan untuk menerima gelar doktor kehormatan.

Sementara itu, Theodore mengaku tidak menyangka atas gelar kehormatan yang diterimanya.

"Tidak menyangka dikasih doktor honoris. Ini penghargaan yang bukan main. Tidak pernah saya lupakan seumur hidup saya," katanya.

Dalam orasi ilmiahnya, Theodore, yang juga alumnus ITB ini menuturkan, karakter dan pola pikir menjadi penentu dalam setiap keberhasilan. Terlebih, dengan jumlah pendudukan yang banyak, menurutnya masyarakat Indonesia harus terus membangunan sumber daya manusianya yang bukan hanya terampil, tapi juga unggul dalam membangun dan mencipta.


Baca juga: Menag akan Lepas Kloter Pertama Haji dari Embarkasi Surabaya


"Ilmu dan pendidikan engineering menjadi penting. Generasi penerus harus dididik menjadi generasi pembangun dan pencipta," katanya.

Hal ini sangat penting agar masyarakat kita bisa menjadi pelopor dan pelaku pembangunan dan penciptaan yang berkelanjutan. Dia pun kembali menggarisbawahi betapa pentingnya penanaman nilai-nilai sistem dalam setiap industri.

Dia mencontohkan, Kanada dan negara di kawasan Skandinavia bisa maju karena mampu menanamkan nilai-nilai dalam sistemnya.

"Kenapa lebih maju? Bukan teknologinya, tapi value system-nya," kata dia.

Jika nilai-nilai dalam sistem di perusahaan tidak digunakan, menurutnya, eksistensi bisnisnya tidak akan berlangsung lama.

"Kita lihat perusahaan, banyak yang menonjol tiba-tiba, tapi berantakan. Kenapa? Mereka tak kelola value system," katanya.

Nilai-nilai ini pun tetap relevan jika dikaitkan dengan kualitas sumber daya manusia. Menurut dia, manusia bagaikan dua sisi mata uang yang saling melengkapi.

"Kompetensi dan value system. Kalau dua ini enggak komplet, orang itu enggak komplet," katanya.

Dia menilai, manusia harus memiliki kecerdasan dan karakter yang baik. Kepintaran atau kompetensi bisa dimiliki dengan cara belajar.

"Tapi value, harus dididik. Kalau value system enggak bagus, akan dibawa terus," katanya.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menurutnya karakter orang yang lengkap pun akan membawa dampak positif.

"Value system di lintas agama. Kerja keras, jujur, respect to other people, menganggap semua sama," katanya. (OL-1)


 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya