Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
THEE Marloes, band yang berasal dari Surabaya, tidak hanya sekadar memainkan musik soul dan RnB era 70-an, tetapi mereka juga memberikan sentuhan hip-hop yang membuat mereka unik dan otentik dalam industri musik.
Salah satu anggota Thee Marloes, Sinatrya Dharaka atau yang akrab disapa Raka, mengungkapkan bahwa inspirasi utama musik mereka berasal dari black music yang mendominasi era 60-an dan 70-an.
"Kami banyak terinspirasi oleh musik soul dan R&B, terutama musik-musik dari tahun 60-an hingga 70-an. Kami juga memasukkan unsur ritme hip-hop ke dalam musik kami," ujar Raka dalam wawancara dengan tim Media Indonesia, Kamis, (13/6).
Baca juga : Cigaretes After Sex Rilis Single Baby Blue Movie
Mereka juga merasa bahwa di Surabaya, tidak banyak musisi yang berani untuk memainkan black music. Hal ini membuat mereka merasa berbeda dan memiliki semangat untuk memperkenalkan genre musik yang jarang terdengar di kota tersebut.
Dengan menggabungkan pengaruh musik soul dan R&B dengan elemen hip-hop, lagu terbaru mereka yang berjudul "Mungkin Saja" mengeksplorasi pengalaman hidup dan refleksi diri. Lagu tersebut menggambarkan tantangan hidup di usia 30-an, perasaan terlambat mencapai tujuan, dan bagaimana pengalaman masa lalu membentuk diri mereka saat ini.
"Lebih seperti sebuah kisah, tentang pertemanan, dan tantangan hidup saat kita memasuki usia 30-an, di mana kita merasa terlambat mencapai impian kita dan terkadang merasa kaya engga bisa achive apa yang kita inginkan," jelas Raka.
Baca juga : Thee Marloes Rilis Single Mungkin Saja
Selain itu, dalam video musik mereka, Thee Marloes berusaha untuk merepresentasikan Surabaya dari sudut pandang yang berbeda. Mereka menampilkan sisi nostalgik dari kota tua Surabaya, yang jarang dieksplorasi secara visual. Dengan referensi dari masa lalu, mereka menciptakan video musik yang unik dan memukau, bahkan memungkinkan membuat penduduk Surabaya sendiri terkejut melihat lokasi-lokasi yang dipilih.
"Kami mencoba untuk menampilkan Surabaya dari perspektif yang berbeda, dengan mengeksplorasi area-area yang jarang diekspos. Sehingga pas orang-orang nonton, 'loh kok aku engga pernah ke bagian sini (kota Surabaya) ini bagian mana?," ujar Raka.
Perjalanan awal terbentuknya Thee Marloes dimulai pada tahun 2020, di tengah pandemi. Berawal dari Sinatrya Dharaka dan Tommy Satwick yang memulai proyek musik bersama, yang kemudian Raka mengajak Natassya Santuri untuk bergabung.
Baca juga : Lucien Sunmoon Ungkap Perasaan yang Terpendam Lewat Single Reminisce
Dengan selera musik yang sama, Thee Marloes merilis lagu secara mandiri dan menarik perhatian label musik Big Crown Records dari Brooklyn, New York. Kolaborasinya dimulai dari pesan sederhana di Instagram yang menanyakan apakah band mereka memiliki materi lagu lainnya.
Setelah bertukar demo selama hampir setahun, label tersebut tertarik dengan gaya musik Thee Marloes. Pada tahun 2022, Thee Marloes menandatangani perjanjian kerja sama yang berlanjut hingga sekarang dan telah menghasilkan dua belas lagu.
Thee Marloes saat ini sedang bersiap untuk merilis album penuh mereka pada Agustus mendatang. Band beranggotakan tiga orang tersebut akan merilis single secara bertahap setiap dua hingga tiga minggu hingga album penuh tersebut keluar.
Selain itu, Thee Marloes juga merencanakan rilis fisik dalam bentuk vinyl, kaset, dan CD yang akan didistribusikan di beberapa toko musik di Indonesia, termasuk Jakarta dan Bali. Kemudian setelah semua hal itu selesai, mereka berencana untuk mengadakan tur konser. (Z-6)
Konser ini ingin memperkenalkan seorang Chrisye dalam mencari dan membangun karier, kehidupan, cinta, dan perjalanan kerjanya di atas panggung, melalui sentuhan musik dan narasi.
Take It Slow ini menceritakan tentang perasaan seseorang yang membayangkan rasanya berkendara di malam hari dengan pasangannya sambil mendengarkan lagu slow bersama.
Gentle Agreement menceritakan tentang hasrat membara antara dua insan yang menyatu dan melebur tanpa perlu adanya sebuah status atau ikatan pasti.
Dalam Nduwur Gunung, keduanya berhasil menangkap esensi rasa sepi dan dingin yang sering dirasakan seseorang ketika berada di puncak gunung.
Single Punokawan, Don't You Worry, mengusung tema positif, dan mengingatkan pendengar untuk tidak khawatir dan tetap optimis menghadapi segala rintangan hidup.
Fabio Asher mengaku merasa bangga karena dilibatkan dalam karya terbaru Melly Goeslaw ini.
Meski lagunya up tempo dan dikemas dengan balutan elemen musik funk, Mungkin Saja merupakan curahan Thee Marloes untuk menyikapi usia yang bertambah, namun banyak rencana yang gagal.
I Know adalah lagu bernuansa mid-tempo tentang menyikapi tabir dusta dari hubungan cinta yang didasari oleh sebuah kebohongan.
Dalam rilisan piringan hitam 7 inci-nya, Thee Marloes juga menghadirkan lagu berjudul Beri Cinta Waktu dengan suasana yang berbeda sebagai Side B.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved