Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KLAIM pemerintah terkait penurunan angka kemiskinan perlu dikaji ulang. Data pengentasan kemiskinan dalam kurun waktu 9 tahun terakhir justru memperlihatkan laju yang sangat lambat. Karenanya, target untuk menekan angka kemiskinan ekstrem menjadi 0% dan angka kemiskinan 6,5%-7,5% dinilai sulit tercapai.
"Angka ini jauh dari kata berhasil, bahkan sangat kurang. Selama hampir 10 tahun pemerintahan Jokowi, angka kemiskinan turun 1,9% atau sekitar 1,8 juta orang. Artinya, dalam kurun waktu per tahun hanya mengurangi sekitar 200 ribu orang miskin. Angka ini sangat jauh dari yang diharapkan sehingga target mengenai kemiskinan zero poverty sangat sulit sekali tercapai," ungkap pakar ekonomi pembangunan dan sosial Universitas Indonesia (UI) Teguh Dartanto saat dihubungi Media Indonesia di Jakarta pada Rabu (28/2).
Teguh memaparkan bahwa angka kemiskinan pada September 2014 sebesar 10,96% atau setara dengan 27,73 juta orang. Sementara pada Maret 2023, angka kemiskinan sebesar 9,03% atau setara dengan 25,9 juta. Sementara itu, dari sisi absolut angka kemiskinan dengan yang dikomparasikan dengan data jumlah penduduk, Teguh menyatakan bahwa jumlahnya tidak banyak berubah.
Baca juga : Pemerintah Kejar Capaian Target Kemiskinan Ekstrem di 2024
"Penurunan angka kemiskinan dari sisi absolut hanya sebesar kurang dari 2 juta jiwa selama 10 tahun terakhir. Artinya, capaian ini masih jauh dari kata berhasil bahkan sangat kurang. Program-program bantuan sosial yang selama ini diberikan ternyata belum mampu menstimulasi ekonomi," ujarnya.
Diketahui, setidaknya per Maret 2023 ada 25,9 juta penduduk miskin di Indonesia. Mereka ialah orang-orang yang pengeluarannya dalam sebulan ada di bawah standar garis kemiskinan, yaitu Rp550.458 per kapita per bulan. Warga yang konsumsinya di atas garis tersebut tidak lagi dianggap miskin meski kenyataannya mereka masih hidup sangat rentan.
"Itu sebabnya penyaluran bansos semakin lama semakin besar karena secara kemiskinan absolut ini tidak terlalu turun sehingga pemerintah masih memperbesar bansos untuk meng-cover tidak hanya kelompok miskin tetapi mereka yang rentan miskin atau mudah menjadi miskin," jelasnya.
Baca juga : Konsep Bansos di Indonesia Lebih untuk Menjaga Kelompok Terbawah tidak semakin Miskin
Selain bansos, pemerintah menggelontorkan dana bantuan stimulan kepada para UMKM. Teguh mengatakan bahwa hingga saat ini, belum ada data pasti ataupun hasil penelitian akademisi yang mampu membuktikan bahwa program penyaluran dana kepada UMKM mampu mengentaskan kemiskinan.
"UMK itu bukan kelompok miskin tetapi masuk dalam program yang disalurkan kepada kelompok hampir miskin. Pemberian dana UMKM ini diberikan kepada kelompok produktif yang rentan miskin bukan untuk mengentaskan kemiskinan. Saya belum percaya bahwa UMKM bisa mendorong penurunan kemiskinan karena sampai saat ini belum ada riset yang secara metodologi membuktikan itu," ungkapnya.
Selain itu, Teguh masih melihat ada kesalahan paradigma dari pemerintah terhadap pola pengentasan kemiskinan yang hanya berfokus pada satu faktor tetapi mengabaikan faktor lainnya. Jika hal ini terus dibiarkan, penurunan kemiskinan semakin lama akan sulit diberantas.
"Angka kemiskinan sulit turun karena sudah masuk kemiskinan kronis. Apalagi konsep dari pengentasan kemiskinan selama ini hanya berfokus pada sisi kail dan ikan. Ikan dikasih bansos dan kail diberikan kredit UMKM tetapi yang perlu dipikirkan harus komprehensif. Ini yang belum dilakukan pemerintah. Seharusnya pemerintah memberikan perlindungan kepada kelompok pekerja informal," ujarnya. (Z-2)
Upaya penurunan kemiskinan dan kemiskinan ekstrem kuncinya ada di kepala desa, camat, hingga bupati dan wali kota.
PEMERINTAH tengah mengejar target untuk penurunan angka kemiskinan dan Kemiskinan ekstrem. Penurunan angka kemiskinan 7,5 persen, dan angka kemiskinan ekstrem di bawah 0 persen di tahun 2024.
Pemerintah telah menargetkan angka kemiskinan ekstrem pada 2024 mencapai 0 persen. Muhadjir Effendy menilai mustahil untuk mencapai angka tersebut.
Turunnya angka kemiskinan ekstrem tak terlepas berbagai upaya yang dilakukan pemerintah kabupaten melalui program di setiap poerangkat daerah teknis.
PENJABAT (Pj) Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana mengatakan, pemerintah berkomitmen untuk mewujudkan keluarga berkualitas.
Pemprov DKI Jakarta mengklaim tingkat kemiskinan ekstrem di DKI Jakarta mengalami tren penurunan. Khususnya untuk data Maret 2023 dibandingkan periode yang sama pada 2022
Pemkab Bandung di bawah kepemimpinan Bupati Dadang Supriatna menggulirkan sejumlah program strategis yang memberikan andil terhadap penurunan angka kemiskinan
JUMLAH penduduk miskin di Provinsi Bangka Belitung (Babel), pada bulan Maret 2024 mengalami kenaikan, jika dibandingkan Maret 2023 lalu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 680 ribu orang di Indonesia selama setahun.
Menurut PBB, angka harapan hidup rata-rata global pada 2023 adalah 70,8 tahun untuk laki-laki dan 76,0 tahun untuk perempuan.
MENJELANG akhir kepemimpinan Presiden Joko Widodo diharapkan angka kemiskinan ekstrim turun di bawah 1 persen.
Pendanaan program ini berasal dari sharing cost antara BAZNAS RI dan BAZNAS Sumedang yang pengadaannya untuk 6 Pejantan, 100 Induk Betina, 125 Bakalan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved