Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PRODUSEN busana pria asal Bandung Cottonology mulai melakukan ekspansi produk di kuartal I 2023 ini. Pasar yang ditargetkan adalah kaum wanita yang memiliki masalah dengan kecantikan khususnya kulit.
Adapun produk yang diluncurkan adalah body lotion dan sunscreen yang diperuntukkan bagi mereka yang sering terpapar sinar matahari dan radiasi udara, khususnya bagi kaum wanita karier yang banyak menghabiskan waktu di jalan dan di gedung-gedung perkantoran.
Menurut Carolina Danella Laksono, CEO Cottonology, pertumbuhan positif tahun lalu membuat pihaknya untuk lebih agresif melakukan ekspansi ke segmen yang lebih luas dengan variasi produk baru. Apalagi selama ini konsumen sudah mengasosiasikan brand lokal tersebut dengan busana pria.
Baca juga: Luna Maya Dipilih Jadi Brand Ambassador untuk Produk Skincare Baru
“Kami melihat industri kecantikan di Indonesia terus bertumbuh secara signifikan, namun masih banyak kue pasar yang terbuka luas," kata Carolina dalam keterangan, Sabtu (18/3).
Brand Lokal Harus Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri
"Brand lokal harus bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri, apalagi secara kualitas produk buatan dalam negeri bukan saja tidak kalah dengan produk impor, bahkan bisa lebih unggul. Ditambah dari sisi harga yang jauh lebih terjangkau karena bahan lokal dan tidak terpengaruh ekonomi global,” ungkapnya.
Cottonology meluncurkan produk kecantikan kulit saat peringatan Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day) yang merayakan pencapaian sosial, ekonomi, budaya, dan politik perempuan.
Baca juga: Produk Skincare Buatan Dalam Negeri Berbahan Alami Temulawak
Peringatan yang jatuh setiap tanggal 8 Maret tersebut tahun ini mengambil tema Gender equality today for a sustainable tomorrow yang dipilih untuk menjawab tantangan dunia saat ini dan yang akan datang. Para perempuan diharapkan untuk bisa menjawab tantangan dunia.
Dukung Pemberdayaan Perempuan
“Salah satu tantangannya adalah pemberdayaan wanita, di mana banyak wanita yang tidak diberi kesempatan dalam berkarier setara dengan kaum pria.
Cottonology sendiri banyak mempekerjakan wanita yang berasal dari lingkungan sekitar pabrik kami beroperasi. Mereka adalah ibu rumah tangga, pedagang kecil, mahasiswi, pembantu rumah tangga dan lainnya.
"Kami ingin membuka kesempatan seluas mungkin bagi perempuan untuk bisa mendapatkan penghasilan tambahan di luar pekerjaan pokok mereka,” ucap Carolina.
Tenaga Kerja Lokal 100%
Lulusan University of California, Berkeley ini menambahkan, proses produksi fesyen dan body care ini dibantu oleh 100% tenaga kerja lokal dengan kesetaraan upah antara pekerja laki-laki dengan perempuan.
Di samping itu, perusahaan yang dibangun sejak 2017 ini pun juga membuka kesempatan berkarir yang terbuka bagi seluruh pegawainya tanpa memandang gender.
“Kami ingin, dalam skala lokal, Cottonology menjadi brand percontohan bagi UKM-UKM lain dalam menghargai pekerja wanita. Kita memang tidak bisa mempengaruhi kebijakan pemerintah, namun setidaknya kita bisa mulai dari lingkungan terdekat kita," paparnya.
"Cottonology bukan sekedar brand, tapi juga aktivis sosial yang membawa perubahan bagi masyarakat sekitar,” ucap Carolina.
Baca juga: Brand Lokal Hadirkan Produk Skincare Sesuai Iklim dan Cuaca Indonesia
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021 mengungkapkan, industri kosmetika yang mencakup sektor industri farmasi, kimia, dan obat tradisional mengalami pertumbuhan hingga 9,61%. BPOM juga mencatat, industri kosmetik mengalami kenaikan jumlah perusahaan hingga 20,6%.
Sepanjang 2021 hingga Juli 2022, industri kosmetik mengalami pertambahan dari 819 menjadi 913. Peningkatan industri kosmetik tersebut didominasi oleh UKM, yakni sebesar 83%.
“Kami berharap Cottonology menjadi tempat kerja yang nyaman bagi wanita di kota Bandung, sekaligus solusi bagi wanita Indonesia untuk mendapatkan personal care dengan harga terjangkau, aman dan mudah didapat,” tutupnya. (RO/S-4)
ADA setidaknya lima faktor agar merek (brand) asli Indonesia dapat memenangkan persaingan di pasar.
Dunia streetwear dan budaya urban kembali menjadi sorotan di Indonesia dengan hadirnya DRP Jakarta
Setiap anak berhak tumbuh dengan kebahagiaan dan mencapai perkembangan yang optimal. Dalam proses ini, peran utama orang tua sangat penting untuk memenuhi kebutuhan anak dengan tepat.
FASHION dan Influencer enthusiast MJ Sehonanda membagikan pandangannya mengenai dunia fesyen dan bagaimana ia menggabungkan berbagai item
Brand sepatu lokal Dushishoes dari Bogor berhasil menunjukkan daya saingnya melalui platform e-commerce seperti Shopee, termasuk fitur interaktif Shopee Live.
Shopee memperkenalkan fitur interaktif, Shopee Live, yang mendekatkan pengguna melalui pengalaman belanja yang penuh interaksi dan konten visual.
Tidak hanya yang legendaris, sejumlah merek skincare yang terhitung muda juga membuka sistem maklun bagi merek lain.
Model dan aktris Alisia Rininta adalah salah satu yang sangat pemilih untuk penggunaan produk-produk perawatan kulit wajahnya. Pasalnya, kulitnya tergolong cukup sensitif.
Cybright berasal dari rainbow algae dengan nama ilmiah Cystoseira tamariscifolia, disebut rainbow algae.
"Saya memilih sebuah jenama yang dapat memberikan hal positif kepada penggunanya, seperti memberikan rasa percaya diri sebagai seorang perempuan."
Priduk lokal UMKM membutuhkan strategi digital marketing memadai untuk bisa bersaing dengan produk-produk besar menguasai market nasional maupun internasional.
Upaya tampil glowing idealnya disertai dengan langkah-langkah menjaga kelestarian bumi. Berikut kiat untuk mewujudkannya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved