Program Ekonomi Biru KKP Pacu Hilirirasi Sektor Perikanan

KEMENTERIAN Kelautan dan Perikanan (KKP) menegaskan implementasi program-program ekonomi biru akan memacu tumbuhnya industri hilirisasi sektor perikanan di Indonesia.

Langkah ini didukung dengan program ekonomi biru yang dalamnya terdapat kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota yang akan diimplementasi.

"Nantinya kapal harus berangkat dan mendaratkan hasil tangkap di pelabuhan yang sama dan ikan tidak boleh dipindahkan ke kapal lain sebelum didaratkan untuk dihitung. Program ini bisa memacu hilirisasi sektor perikanan Indonesia," ungkap Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Sakti Wahyu Trenggono dalam keterangan resmi, Kamis (9/2).

Kebijakan penangkapan ikan terukur diharapkan mendorong tumbuhnya industri hilir perikanan pada pelabuhan, seperti unit pengolahan ikan, distribusi produk perikanan, serta usaha-usaha lain untuk yang akan menyokong produktivitas perikanan di wilayah tersebut.

Hal itu karena adanya mekanisme yang mengharuskan kapal penangkap mendaratkan ikan di pelabuhan perikanan yang telah ditetapkan pemerintah, yakni di tujuh wilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia (WPPNRI). Untuk uji coba penangkapan ikan terukur akan diterapkan di WPP 718 yang berlokasi di pelabuhan sekitar Laut Aru, Laut Arafura, dan Laut Timor bagian timur.

Kebijakan tersebut, menurut Trenggono, akan menghadirkan pemerataan distribusi pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitar lokasi penangkapan, sehingga tidak lagi terpusat di Pulau Jawa.

Trenggono menambahkan kebijakan ekonomi biru dapat mendorong hilirisasi subsektor perikanan budi daya di Indonesia. Saat ini KKP tengah membangun model tambak udang berkelanjutan di Kebumen, Jawa Tengah, berisi 149 petak tambak di lahan seluas 69 hektare. Produktivitas per hektare tambak tersebut mencapai 40 ton per tahun dan ditaksir menghasilkan nilai ekonomi mencapai Rp400 miliar.

Selain di Kebumen, model tambak serupa akan dibangun di wilayah lain untuk menggenjot produksi udang nasional yang ditargetkan mencapai 2 juta ton di 2024.

"Selain udang, kami juga mengupayakan hilirisasi rumput laut. Saat ekspor kita masih raw material, tapi kita terus upayakan hilirisasi karena produktivitas rumput laut kita tinggi sekali," pungkasnya. (OL-8)