Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KEPALA Staf Kepresidenan Moeldoko menekankan pentingnya terobosan dan inovasi di bidang pertanian demi mendongkrak produksi di Tanah Air.
Jika hal tersebut bisa dilakukan dengan baik, ia meyakini Indonesia akan terbebas dari ancaman krisis pangan.
Baca juga: BKPM: Realisasi Investasi Semester I 2022 Capai Rp584,6 Triliun
"Yang harus dipikirkan adalah bagaimana di waktu yang akan datang kegiatan pertanian dapat semakin mudah, menghasilkan produksi yang melimpah, dan dengan ongkos produksi yang murah," ujar Moeldoko saat menjamu Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Tualar Simarmata, Rabu (20/7).
Pria yang juga menjabat sebagai ketua umum Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) itu mengatakan, saat ini, angka rata-rata hasil produktivitas padi baru mencapai 5-6 ton per hektare.
Angka tersebut berada di bawah capaian produktivitas negara-negara lain seperti Vietnam, Korea Selatan yang sudah melebihi 7 ton per hektare.
Oleh karena itu, diperlukan inovasi tepat guna agar produktivitas di sektor pertanian bisa lebih tinggi dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
Moeldoko pun mengapresiasi program Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Teknologi (IPATBO) yang dihadirkan Unpad.
"Kehadiran inovasi seperti IPAT BO sangat dibutuhkan dan perlu untuk diperkenalkan lebih luas kepada para petani kita. Inisiatif seperti ini perlu diteruskan sehingga kita mampu berdaulat pangan," tandas mantan panglima TNI itu.
Adapun, Tualar Simarmata menjelaskan bahwa teknologi anyar itu merupakan sebuah inovasi untuk memaksimalkan teknik tanam kembar (twin seedling) atau yang dikenal dengan jejer manten.
Dengan skema tersebut, lanjut dia, dalam proses penanaman, para petani akan menggunakan lebih sedikit bibit dan air. Petani juga bisa memanfaatkan pupuk berbasis organik, yaitu menggunakan kompos jerami sebagai sumber nutrisi mikroba tanah.
“Teknologi ini membuat biaya produksi lebih kecil tapi hasil produksi lebih besar. Ini sudah kami terapkan di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, bekerja sama dengan TNI dalam pendampingannya, dan berhasil menghasilkan 11 sampai 13 ton per hektare," jelas Tualar. (OL-6)
MASYARAKAT Bali mengalami kekhawatiran yang tinggi terhadap dampak perubahan iklim, terutama akan ketahanan pangan dan ketersediaan air.
Di tengah krisis iklim dan krisis pangan, peran petani milenial dan pemanfaatan teknologi menjadi kunci penting bagi Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Perubahan iklim menjadi tantangan kita semua karena akan berdampak terhadap krisis pangan, krisis energi, dan krisis kehidupan bagi anak cucu kita.
Saat ini, sekitar 60 negara mengalami krisis pangan dan 900 juta penduduk dunia terdampak krisis pangan.
Di tengah ketegangan global terkait krisis pangan, Indonesia memperkuat langkahnya dalam meningkatkan produksi pangan dan mencari sumber daya alternatif yang berkelanjutan.
pemerintah harus membuat kebijakan terkait Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di level daerah
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved