Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Pada akhirnya harga minyak kembali berjalan lebih tinggi daripada yang diperkirakan. Pasalnya, ternyata pasokan global jauh lebih tipis daripada yang diperkirakan, di tengah meredanya kekhawatiran atas gangguan pemulihan ekonomi oleh Omikron terhadap permintaan global.
Untuk pertama kalinya, harga minyak Brent berada di level US$80 per barel sejak bulan November 2021, begitupun juga dengan WTI.
Meningkatnya mobilitas dan aktivitas pabrik di negara konsumen utama Asia dan berkurangnya persediaan minyak mentah di Amerika telah mendorong harga minyak konsisten untuk bergerak mengalami kenaikan.
"Dengan permintaan masih tertahan akibat maju dan mundurnya Omikron, akhirnya sesuai dengan proyeksi kami dan consensus, OPEC+ setuju untuk melakukan peningkatan produksi sebesar 400.000 barel per hari yang akan dilakukan pada bulan Februari mendatang," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Rabu (5/1).
Karena OPEC+ setuju untuk menaikan permintaan produksi, harga juga menjadi jauh lebih tinggi karena mereka yakin prospek permintaan minyak mentah global tidak akan terganggu dengan kehadiran Omikron.
OPEC+ melihat bahwa penawaran dan permintaan secara keseluruhan terlihat lebih baik saat ini. Tantangan terbesar selanjutnya adalah, apakah bisa para produsen untuk mendorong meningkatkan produksi, karena beberapa produsen berpotensi mengalami kesulitan ketika mendorong produksinya untuk mengalami kenaikan, contohnya Nigeria dan Angola.
Sejauh ini, penyebaran Omikron yang begitu pesat, tidak membuat permintaan minyak berkurang. Komite Teknis OPEC+ melihat bahwa minyak akan mencatatkan surplus sebesar 1,4 juta barel per hari dalam 3 bulan pertama pada tahun 2022, atau 25% lebih rendah dari proyeksi bulan lalu.
Namun tentu kita harus mengapresiasi bahwa OPEC+ pada akhirnya yakin untuk tetap berusaha memegang teguh rencananya secara bertahap untuk memulihkan produksi yang dimana sebelumnya terhenti karena pandemi.
Konsumsi bahan bakar sejauh ini terus mengalami pemulihan sejak 2020 silam. Sejauh ini OPEC+ telah mendorong kembali 2/3 dari produksi mereka yang sebelumnya mereka hentikan pada tahap awal pandemi.
Mereka berusaha untuk menjaga keseimbangan pasar, antara penawaran dan permintaan guna menjaga harga minyak yang lebih stabil tanpa harus mendorong harga minyak mengalami penurunan kembali.
Meski demikian, sekalipun produksi ditingkatkan, namun mungkin tidak akan menyentuh 400.000, mungkin setengahnya atau bahkan mungkin lebih sedikit daripada yang diproyeksikan.
Namun apapun itu, stabilnya harga minyak akan memberi salah satu dampak positif, bahwa ada kemungkinan harga minyak di pasar akan turun, sekalipun inflasi akan meningkat seiring dengan konsistennya pembukaan perekonomian dan meningkatnya mobilitas masyarakat.
"Meskipun Tiongkok mengalami tanda tanda perlambatan permintaan, namun kami yakin bahwa mereka akan segera pulih," kata Nico. (OL-12)
THE Federal Reserve (Fed) mengeluarkan revisi proyeksi terbaru. Menurut proyeksi terbaru ini, The Fed mengakomodasi penurunan suku bunga sekali dan mengakui bahwa inflasi menjadi sticky.
Tidak ada disrupsi atas tewasnya presiden Iran sehingga dampak terhadap harga minyak masih relatif minimum.
Rencana kerja Pemprov DKI tahun ini turut memperhitungkan terjadinya berbagai gejolak global seperti konflik Iran dan Israel.
Associate dari Indef sekaligus dosen Universitas Bakrie, Asmiati Malik, berasumsi bahwa perang antara Iran-Israel tidak akan berakhir dalam jangka pendek.
Saat ini konflik di Timur Tengah semakin memanas, tidak hanya antara Palestina dengan Israel. Kini konflik di Timur Tengah bertambah meluas antara Iran dan Israel.
Penyerangan Israel ke Iran dinilai berdampak naiknya dolar AS, harga emas dunia, dan harga minyak dunia, serta melemahnya rupiah terhadap dolar AS.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved