Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau (BSI) mencatatkan kinerja yang apik di triwulan III 2021. Pasalnya perseroan berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp2,26 triliun, tumbuh 37,01% secara tahunan (<i>year on year<p>).
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan strategi BSI yang fokus pada digitalisasi mampu mendorong pertumbuhan laba bersih pada triwulan III 2021. Dia bilang, perusahaan akan terus berinovasi sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan kemudahan transaksi bagi seluruh nasabahnya.
"Akselerasi digital menjadi salah satu fokus BSI dalam menggenjot bisnis. Hal ini tercermin dari transaksi kumulatif BSI Mobile yang mencapai 74,24 juta transaksi atau tumbuh 133% (yoy)," imbuhnya dalam konferensi pers pemaparan kinerja triwulan III secara daring, Kamis (28/10).
"Hal lain juga ditunjukkan dengan kenaikan transaksi melalui e-channel pada September 2021 yang mencapai 162,40 juta transaksi atau 95% transaksi di BSI sudah menggunakan e-channel. Sedangkan sisanya sebanyak 5% masih menggunakan layanan di teller," sambungnya.
Selain konsistennya pengembangan digital, lanjut Hery, pertumbuhan laba bersih juga berasal dari perolehan dana pihak ketiga (DPK) yang tercatat mencapai Rp219,19 triliun.
Catatan tinggi DPK itu salah satunya dikontribusi dari dana tabungan wadiah yang tumbuh 16,22% (yoy) atau mencapai Rp30,35 triliun. Secara total, dana tabungan yang ada di BSI mengalami pertumbuhan 11,57% (yoy) mencapai Rp91,43 triliun.
Hery bilang, pertumbuhan tabungan itu memberi dampak positif pada cost of fund yang tercatat 2,10%. Persentase tersebut turun dibandingkan dengan Desember 2020 yang sebesar 2,67%.
Selain DPK, kinerja pembiayaan perseroan juga tergolong apik. Tercatat, pembiayaan BSI mampu tumbuh sekitar 7,38%( yoy), mencapai Rp163,32 triliun. Namun, perusahaan tetap mampu menjaga kualitas pembiayaan (non performing loan/NPF) nett sebesar 1,02%.
Hery menjelaskan bahwa pertumbuhan pembiayaan disokong oleh pembiayaan konsumer yang mencapai Rp77,89 triliun. Jumlah itu naik sekitar 21,43 % yoy dari sebesar Rp64,14 triliun. Disusul gadai emas yang tumbuh 15,58% yoy dengan penyaluran mencapai Rp4,42 triliun dari sebelumnya Rp3,82 triliun.
Sementara itu, realisasi pembiayaan komersial BSI sepanjang Januari-September 2021 mencapai Rp10,58 triliun, tumbuh sekitar 7,29% (yoy) dari sebelumnya sebesar Rp9,86 triliun.
Adapun untuk sektor mikro berhasil tumbuh sekitar 4,74%. Hery bilang, BSI akan terus mendorong pertumbuhan pembiayaan kepada UMKM sehingga komposisinya hingga September 2021 mencapai 22,93%, atau meningkat dari posisi Desember 2020 yang sekitar 22,40%.
Hery pun menekankan, dengan sinergi yang baik dari berbagai segmen tersebut BSI mampu meningkatkan aset menjadi Rp251,05 triliun atau naik sekitar 10,15% yoy dari Rp227,92 triliun.
Selain dari segi bisnis, lanjut Hery, pihaknya juga terus berkomitmen menerapkan prinsip keuangan berkelanjutan (sustainable finance). Sehingga peran bank syariah terus bertambah untuk memberikan kemaslahatan bagi masyarakat dengan mengimplementasikan prinsip tersebut di berbagai sektor.
Di antaranya melalui pembiayaan keuangan berkelanjutan yang nilainya mencapai Rp41,07 triliun atau setara 22,9% dari total pembiayaan BSI. BSI pun melakukan pemasangan panel surya serta peletakkan reverse vending machine & plasticpay mini collection point di Jakarta.
Dukungan pada transaksi sosial keagamaan zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) juga terus digencarkan BSI melalui penyaluran zakat perseroan per September 2021 yang mencapai Rp72,48 miliar. Pendistribusian zakat berfokus pada pemberdayaan ekonomi, pendidikan dan BSI scholarship sebanyak 500 mahasiswa, BSI Care serta program 14 desa berdaya sejahtera Indonesia.
"Hal ini tentu semakin memberikan spirit BSI untuk terus maju dan berfokus pada berbagai strategi penting di antaranya integrasi operasional pascalegal merger, mendorong pertumbuhan bisnis yang sehat dan sustain, efisiensi dan akselerasi kapasitas digital," tutur Hery. (E-3)
PT Bank Syariah Indonesia (BSI) secara konsisten mendorong pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), salah satunya dari aspek digital.
PT Bank Syariah Indonesia (BSI) dinilai perlu memperbaiki reputasi perusahaan kepada publik. Pasalnya, sejak diresmikan berdiri, sudah terlalu banyak isu miring yang menghampirinya.
MENTERI Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir angkat bicara perihal keputusan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang melakukan penarikan dana jumbo dari PT Bank Syariah Indonesia (BSI).
UPAYA merger tiga bank BUMN syariah pada 2021 dinilai tak membuahkan hasil. Tujuan untuk menjadikan Bank Syariah Indonesia sebagai entitas syariah terbesar dunia juga dianggap sekadar angan.
Secara nominal, total penukaran riyal di BSI hingga Mei 2024 menembus 116,92 juta SAR, sehingga menghasilkan fee based income (FBI) sebesar Rp16,74 miliar.
PP Muhammadiyah menarik seluruh dana dari Bank Syarian Indonesia (BSI) karena keluhan tidak direspon. DPR RI meminta Menteri BUMN Erick Thohir mengevaluasi manajemen BSi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved