Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
DI masa pandemi banyak sektor terkena imbas, namun tidak pada Bank Syariah Indonesia (BSI) yang justru dianggap mendapat durian runtuh. Pada 2020 BSI mendapat konversi besar-besaran dengan Dana Pihak Ketiga sebesar Rp2 triliun, ini didapatkan dari adanya kebijakan projek ekonomi Provinsi Aceh.
Sampai di awal 2021, BSI sudah berhasil konversi sekitar Rp12 triliun dari GPK Bank Konvensional Aceh. Ditambah dengan bergabungnya tiga bank syariah yaitu BNI Syariah, BRI Syariah, dan Mandiri Syariah membuat BIS memiliki aset sekitar Rp400 triliun atau dalam perbankan melonjak berada di posisi ke-7 secara nasional.
Menurut peneliti Ekonomi Islam Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Fauziah Rizki Yuniarti, perbankan syariah lebih tahan banting karena porsi yang masih sangat kecil dibanding bank konvensional. Jadi tidak salah kalau Bank Syariah masih bertahan dan terus berkembang di saat pandemi.
“Kenapa (perbankan syariah) tahan banting? Secara porsi masih kecil dibanding bank konvensional, jadi saat ada ‘syok’ di sektor ekonomi dampaknya belum terlalu besar di BSI,” ucapnya dalam acara Semarak Ramadan 1442 H "Ngaji Finansial" : Faedah Menabung di Bank Syariah, Jumat (16/4).
Memang secara data bila dilihat dari perbandingan angka, BSI ke Bank Konvensional itu perbandingannya mencapai 90 ke 10 persen. Secara Bank Konvensional lebih dulu ada, seperti Bank BNI yang sudah berdiri sejak 1946 sehingga titik mulainya BSI dan Bank Konvensional jauh berbeda.
VP Business Planning & Evaluation Bank Syariah Indonesia Lucky Affriansyah menyatakan, tingkat literasi perbankan syariah masih sangat rendah yaitu 6 sampai 8 persen. Meski demikian, BSI terus berpacu untuk mengejar kemajuan di era teknologi ini. Kaum millennial menjadi target yang tak kalah penting untuk mengembangkan perbankan yang memiliki nilai agama ini.
Baca juga : BTN Dukung Pembiayaan untuk Perumahan Prajurit TNI AD
“Syariah itu kan dianggap kuno, ketinggalan zaman. Maka campaign kita saat ini ke milenial digitalisasi dan terus kita galakan ke masyarakat BSI punya benefit secara spiritual. Bertransaksi dan berbisnis di syariah kita punya kontribusi dalam sosial dan ibadah,” jelasnya.
Lucky menambahkan, saat ini milenial mulai cerdas berinvestasi dari situ Bank Syariah menyediakan layanan investasi dengan menjual reksadana syariah. Selain itu, ada juga investasi berupa logam mulia, pembelian rumah DP 0 persen, hingga tabungan haji. Semua layanan itu bisa dilakukan secara online atau melalui aplikasi Bank Syariah Indonesia.
“Di bank konvensional tidak punya tabungan emas, di BSI bisa. Mencicil emas, dari sisi rumah, tahun ini kita ada di special pricing dengan fitur menjadi pembiayaan rumah namanya griya digital 2 tahun lancar pembayaran bisa berangkat haji. Fitur DP rumah 0%, kita juga punya tabungan haji untuk muslim yang mau naik haji,” tuturnya.
Memajukan Bank Syariah dengan cepat beradaptasi pada era teknologi dan menargetkan kaum milenial menjadi pilihan yang tepat. Tokoh agama Zacky Mirza pun mendukung perencanaan itu agar para milenial bisa melakukan aktivitas perbankan sekaligus mendapatkan berkah dunia dan akhirat.
“Di dunia dakwah mau tidak mau juga harus bisa menjadi bagian mereka supaya mebahasakan seperti sahabat. Menurut saya memang perlu pengorbanan untuk menyampaikan bahwa dengan menabung di Bank syariah kita sudah berinvestasi untuk di akhirat. Itu yang saya rasa perlu digaungkan, dengan menabung saja mereka sudah peduli dengan hafiz quran yg pesantren di pinggir sungai atau korban bencana alam,” pungkasnya. (RO/OL-7)
PT Bank Syariah Indonesia (BSI) secara konsisten mendorong pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), salah satunya dari aspek digital.
PT Bank Syariah Indonesia (BSI) dinilai perlu memperbaiki reputasi perusahaan kepada publik. Pasalnya, sejak diresmikan berdiri, sudah terlalu banyak isu miring yang menghampirinya.
MENTERI Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir angkat bicara perihal keputusan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang melakukan penarikan dana jumbo dari PT Bank Syariah Indonesia (BSI).
UPAYA merger tiga bank BUMN syariah pada 2021 dinilai tak membuahkan hasil. Tujuan untuk menjadikan Bank Syariah Indonesia sebagai entitas syariah terbesar dunia juga dianggap sekadar angan.
Secara nominal, total penukaran riyal di BSI hingga Mei 2024 menembus 116,92 juta SAR, sehingga menghasilkan fee based income (FBI) sebesar Rp16,74 miliar.
PP Muhammadiyah menarik seluruh dana dari Bank Syarian Indonesia (BSI) karena keluhan tidak direspon. DPR RI meminta Menteri BUMN Erick Thohir mengevaluasi manajemen BSi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved