Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
LEMBAGA internasional IMF (Dana Moneter Internasional) dan Bank Dunia (World Bank) memprediksi krisis keuangan global pada 2020 akan jauh lebih berat ketimbang 2008. Meski demikian Indonesia diyakni masih punya asa untuk menghidar dari jurang resesi.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan berdasarkan rilis terakhir dari Bank Dunia menyatakan lebih dari 90% perekonomian dunia pada 2020 akan mengalami krisis, dalam artian lain pertumbuhan ekonominya akan negatif.
Baca juga: Ancaman Resesi akibat Pandemi
"Indonesia walaupun sangat tertekan dengan berbagai tantangan, tampaknya lebih resiliance dibandingkan negara-negara lain. Saat ini kita masih punya peluang untuk tidak masuk resesi. Kalau pun resesi, harapannya mungkin tidak terlalu dalam," ungkapnya dalam Webinar Penerimaan Perpajakan di Masa Pemulihan, Jumat (24/7).
Febrio menuturkan bahwa saat ini pemerintah berharap perekonomian Indonesia tahun ini berada pada kisaran 0% dan mungkin sedikit di bawah 0%. Menurutnya, banyak negara, terutama negara maju dan tidak sedikit negara berkembang sejak kuartal I dan II 2020 diprediksi oleh Bank Dunia mengalami tekanan.
"Kalau untuk negara maju itu banyak yang bahkan resesinya dalam sekali, bahkan ada yang -12% dan -15%. Indonesia saat ini diprediksi untuk 2020 itu berada di 0%. Kita sedang berusaha agar tidak negatif dan kalau itu berhasil itu prestasi kita bersama," sambung Febrio.
Untuk menghindarkan diri dari resesi pada 2020, lanjut Febrio, merupakan langkah yang sangat penting jika Indonesia ingin bangkit pada 2021. Pasalnya, dengan demikian Indonesia mampu meningkatkan investasi di tahun 2021 dengan mendapatkan titel sebagai negara yang mampu pulih dengan cepat dari krisis.
"Pada 2021 kita harus tumbuh di atas 4%, kalau bisa malah lebih dari itu. Dengan itu akan memberikan keunggulan bagi Indonesia untuk meningkatkan investasi di 2021 relatif lebih cepat dibandingkan negara lain," ujarnya.
"Bahkan itu akan menyebabkan capital inflow, mirip dengan 2010, 2011, 2012 di mana banyak negara mengalami krisis yang mendalam dan beberapa negara relatif lebih baik pertumbuhannya sehingga modal masuk ke negara-negara tersebut termasuk Indonesia saat itu. Indonesia saat itu tumbuh sekitar 6%," kata Febrio.
Meskipun demikian, Febrio mengakui pada kuartal II 2020, menurut assesment Kemenkeu, Indonesia akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Saat ini estimasi dari Kemenkeu, Indonesia akan tumbuh negatif pada kuartal II 2020 berada di angka -4,3%. Untuk menangani dampak tersebut, stimulus dikatakan memang harus terus dilakukan.
"Ini yang sedang kita dorong supaya ke depan kita bisa tumbuh lebih solid lagi untuk kuartal III. Ini jadi titik penentuan sebenarnya bagi kita karena kuartal II kita sudah pasti akan negatif. Kalau itu bisa kita lakukan, momentum itu bisa terus dilanjutkan sampai kuartal IV dan harapannya kita bisa tumbuh di atas 2-3%," tuturnya.
"Tapi lagi-lagi ini memang membutuhkan disiplin yang kuat dari kita semua dan masyarakat, jangan sampai pada saat pemulihan ekonomi yang sudah mulai membaik terjadi second wave, itu yang benar-benar harus kita hindari," pungkas Febrio. (Des/A-1)
Presiden Joko Widodo menyambut baik rilis Badan Psuat Statistik terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama 2024. Menurutnya, angka 5,11% adalah hasil yang baik.
PRESIDEN Joko Widodo menegaskan pentingnya sinkronisasi dan koordinasi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanaan program-program pembangunan.
Optimisme juga didasari dari Bank Indonesia yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2024 akan meningkat dalam kisaran 4,7%-5,5%.
Data resmi bulanan pada Rabu (13/3) menunjukkan produk domestik bruto tumbuh 0,2% menyusul penurunan tipis 0,1% pada bulan Desember
Inflasi Jepang melambat kurang dari yang diharapkan menjadi dua persen pada Januari. Ini mencapai target bank sentral.
EKONOM Poltak Hotradero mengatakan hampir setengah dari keranjang belanja masyarakat Indonesia adalah makanan dan bahan pangan. Jadi kalau harga bahan pangan naik, mengurangi daya beli
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved