Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
PANDEMI covid-19 telah membuat ekonomi di Indonesia rentan karena adanya penurunan permintaan, gangguan pasokan, dan situasi kebutuhan dana yang semakin meningkat.
Terlepas dari kontraksi ekonomi saat ini, UKM harus siap untuk beradaptasi agar dapat bertahan dan berkontribusi untuk memulihkan ekonomi Indonesia dengan memiliki teknologi yang tepat untuk membantu menyesuaikan strategi bisnis untuk beradaptasi di fase transisi.
Seiring dengan komitmen Investree untuk mendukung pendampingan finansial bagi UKM Indonesia terutama mereka yang terkena dampak covid-19, Investree siap mendukung UKM agar mampu beradaptasi di fase transisi kenormalan baru.
Co-Founder & CEO Investree, Adrian Gunadi, mengatakan bahwa selama fase transisi, UKM akan membutuhkan inovasi dan teknologi yang dapat mendukung proses adapstasi serta penerapan kebijakan tersebut.
“Selama fase transisi, peran fintech dalam melayani kebutuhan UKM terpusat dalam inovasi melalui teknologi yang akan memudahkan kolaborasi serta peningkatan keamanan. Fase transisi ini krusial bagi UKM-UKM Indonesia. Kami siap mendukung mereka untuk kembali bertumbuh dengan menyediakan akses permodalan yang lebih mudah bagi mereka,” tambah Adrian, seperti dilansir keterangan resmi, Senin (16/6).
Investree sebagai pionir marketplace lending di Indonesia saat ini sudah menyiapkan sistem pendanaan yang komprehensif yang dapat mendukung UKM yang kesulitan dalam memperoleh pendanaan untuk menjalankan usahanya kembali.
“Investree sangat memahami kebutuhan UKM dalam sisi finansial terutama selama fase transisi. Maka dari itu, kami telah mempersiapkan bisnis dan menyediakan produk pinjaman yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan UKM. Kami optimis Investree mampu dukung UKM-UKM Indonesia yang bisnisnya terdampak pandemi COVID-19 dan membantu mereka stabilkan kembali keadaan finansial bisnis,” ujar Adrian.
Investree percaya diri mampu terus mendukung UKM-UKM yang sedang kesulitan dalam memperoleh pendanaan di fase transisi ini karena bahkan saat pandemi menyerang, bisnis Investree tetap stabil bahkan meningkat. Dicerminkan oleh peningkatan angka pinjaman yang disalurkan dibandingkan dengan sebelum kasus covid-19 pertama diumumkan yaitu pada tanggal 2 Maret 2020.
Terhitung sejak awal bulan Maret hingga akhir April 2020, terjadi kenaikan rata-rata per bulannya sebesar 6% dibandingkan bulan sebelumnya. Selain itu, selama masa pandemi ini juga, Investree turut menyalurkan pendanaan kepada UKM-UKM yang berperan dalam penyediaan alat-alat kesehatan dan pelindung diri antara lain Torch.id dan PT Indosopha Sakti.
Untuk mendukung para pelaku UKM selama fase transisi, perusahaan teknologi keuangan yang telah menyalurkan total fasilitas pinjaman lebih dari Rp5 triliun ini fokus pada penyaluran pinjaman yang berdasarkan skema produk rantai pasokan seperti Invoice Financing dan Pre-invoice Financing yang sangat sesuai dengan situasi dan keadaan UKM yang perlu beradaptasi di fase transisi dan sedang memulai menghidupkan kembali aktivitas bisnisnya.
Dengan kedua produk tersebut, pelaku UKM bisa memanfaatkan tagihan yang sedang berjalan, sesuatu yang dulunya merupakan aset tidak produktif kini menjadi sumber pembiayaan.
Baca juga: BI: ULN April 2020 Mencapai US$400,2 Miliar
Ditambah lagi, dengan menyediakan produk berbasis invoice tersebut, Investree turut memfasilitasi permintaan yang tinggi dari instansi penyedia alat-alat kebutuhan medis untuk pengadaan di RSUP dan RSUD seluruh Indonesia melalui Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang berkaitan langsung dengan penanganan covid- 19.
Selain itu, Investree juga membangun kemitraan dengan rekan-rekan yang berada di ekosistem untuk untuk memudahkan penyaluran pembiayaan kepada para Borrower, menyediakan pinjaman yang semakin terjangkau dengan tingkat risiko yang lebih terukur.
“Memperluas dan memudahkan akses pembiayaan bagi UKM-UKM di Indonesia agar semakin berdaya adalah misi Investree sejak pertama kali berdiri dan kolaborasi dengan rekanan-rekanan profesional merupakan upaya kami untuk merealisasikan misi tersebut,” lanjut Adrian.
Ditambah lagi, Investree sedang menghelat kampanye bertajuk #UKMTangguh yang ditujukan untuk para Borrower, agar pelaku UKM dapat memanfaatkan produk pinjaman Investree untuk melewati masa sulit akibat covid-19 dan kembali bertumbuh selama fase transisi.
Saat ini, Investree juga berusaha maksimal agar dana Lender tetap aman. Upaya yang dilakukan oleh Investree agar hal itu terjadi adalah dengan hanya menyediakan pembiayaan berkualitas dengan menyeleksi Borrower melalui sistem credit-scoring yang modern dan melihat kredibilitas dari Borrower serta menganalisis kemampuannya untuk membayarkan pinjaman.
“Hingga saat ini, kualitas pembiayaan di Investree masih terjaga dengan baik sehingga Lender tidak perlu khawatir,” ujar Adrian.
Sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah dalam menangani dan menjaga negeri dari covid-19, Investree sebagai Mitra Distribusi (Midis) Penjualan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel kembali ikut memasarkan instrumen investasi Obligasi Negara Ritel ORI017.
Dengan masa penawaran 15 Juni – 9 Juli 2020 dan kupon sebesar 6,40% p.a., hasil investasi ORI017 akan digunakan untuk menangani covid-19. (A-2)
Pihak yang paling dirugikan dari maraknya impor produk asing saat ini adalah industri kecil dan menengah (IKM), bukanlah usaha kecil dan menengah (UKM).
Seminar dan Workshop Sabang Go Digital ini diikuti ratusan peserta pelaku UMKM dan pariwisata yang ada di sekitar Kota Sabang.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki mengakui target digitalisasi UKM tidak akan tercapai di tahun ini.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan entitas anak membukukan peningkatan total kredit sebesar 15,5% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp850 triliun per Juni 2024.
Program Mini Kopdar #BisaLebih Bermakna, sebuah ruang diskusi antara OrderOnline dan penggunanya.
IPO sendiri merupakan sebuah langkah penggalangan dana yang digunakan oleh perusahaan melalui pasar modal, di mana perusahaan menjual sahamnya kepada publik untuk pertama kalinya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan perekonomian digital Indonesia terus berkembang dan akan berkontribusi besar bagi perekonomian dalam negeri.
Tech Link Summit 2024 tidak hanya menjadi ajang pertemuan antara startup dan pelaku industri, tetapi juga wadah kolaborasi lintas sektor.
Ikhwan Primanda mendorong perusahaan-perusahaan rintisan (startup) membantu industri kecil naik kelas menjadi industri menengah dengan penggunaan teknologi
Nilai ekonomi digital Indonesia di 2025 ditargetkan tembus 110 dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp1.779 triliun
PT Bank Negara Indonesia (BNI) melalui anak perusahaan di industri modal ventura, BNI Ventures, meluncurkan program inovatif perdana BNV Arcade.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved