Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Defisit BPJS Kesehatan Membengkak

Nur Aivanni
22/8/2019 07:40
Defisit BPJS Kesehatan Membengkak
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengikuti rapat kerja bersama komisi XI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat.(ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah)

MENTERI Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa defisit Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) tahun ini diprediksi akan lebih besar lagi.

Hal itu disampaikannya dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI mengenai BPJS Kesehatan. "Tahun 2019 ini akan muncul lagi estimasi defisit yang lebih besar," kata Sri Mulyani di ruang Komisi XI, Gedung DPR RI, Jakarta, kemarin.

Ia menjabarkan bahwa defisit BPJS Kesehatan tahun 2014 ialah sebesar Rp1,9 triliun. Kemudian defisit meningkat menjadi Rp9,4 triliun di tahun 2015. Sementara tahun 2016, defisit agak sedikit menurun ke angka Rp6,7 triliun. Itu karena ada kenaikan iuran.

"Sesuai dengan perpres harusnya iuran setiap dua tahun itu di-review. Ternyata sejak 2016 sampai sekarang belum di-review lagi. Tahun 2016 defisitnya agak menurun sedikit karena ada kenaikan iuran," terangnya.

Kemudian, sambung dia, tahun 2017 defisit membengkak lagi sebesar Rp13,8 triliun. Tahun 2018, defisit BPJS Kesehatan sebesar Rp19,4 triliun. "Kami injeksi hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya, yaitu Rp10,3 triliun. Masih ada Rp9,1 triliun di tahun 2018 yang belum tertutup," jelasnya.

Untuk tahun 2019 ini, ungkap Sri Mulyani, pemerintah sudah membayarkan iuran bagi peserta yang dilakukan pemerintah atau penerima bantuan iuran (PBI) di awal untuk satu tahun ini. "Seluruh PBI kita sudah bayarkan keseluruhan supaya BPJS tidak defisit. Hingga hari ini, pemerintah sudah selesai kewajibannya, tetapi BPJS masih kekurangan. Karena itu, muncul pressure supaya kami melakukan injeksi lagi," ucapnya. Menurutnya, salah satu penyebab BPJS defisit ialah peserta tidak membayar iurannya.

Direktur Keuangan dan Investasi BPJS Kesehatan, Kemal Imam Santoso, memproyeksikan defisit tahun ini sebesar Rp28,5 triliun. Jika dirinci, defisit itu terdiri atas defisit di tahun 2018 yang sebesar Rp9,1 triliun dan Rp19 triliun untuk defisit tahun ini. "Estimasi kita pada current running seperti ini Rp28,5 triliun," kata dia di Gedung DPR, Jakarta, kemarin.

Salah satu penyebab defisit itu, ungkap Kemal, ialah menyangkut iuran peserta. Karena itu, menurut dia, kenaikan iuran cukup mendesak untuk dilakukan. "Kebutuhan memang cukup mendesak agar sustain, kan," ucapnya. (Nur/FL/X-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya