Gairah Konser di Indonesia

Dzulfikri Putra Malawi
27/12/2015 00:00
Gairah Konser di Indonesia
(MI/PANCA SYURKANI)
LESUNYA kondisi perekonomian dunia sepanjang tahun ini tak menyurutkan musisi internasional untuk menggelar konser di Tanah Air. Bagi mereka, Indonesia sepertinya menjadi pasar potensial untuk meraup keuntungan. Diawali pada 29 Januari lalu, kedatangan Michael Buble disambut antusias para pecinta musik Tanah Air, sekaligus berhasil membuka  deretan konser lainnya. Kala itu ia tampil maksimal didukung dengan tata suara yang mumpuni dan aksi panggung yang mengagumkan. Katy Perry pun demikian. Diselenggarakan di tempat yang sama, Indonesia Convention Exhibition, Bumi Serpong Damai, Tangerang pada 9 Mei, penyanyi dengan hit Roar ini tampil atraktif dengan aksi panggung dengan skenario yang memukau.

Dalam venue yang lebih besar lagi pada 25 Maret, One Direction berhasil membuat stadion utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, dibanjiri para remaja. Walaupun tanpa kehadiran Zayn Malik, penonton terus membuat kur sepanjang konser. Memasuki Agustus, giliran Ariana Grande menggelar konsernya (26/8) di JIEXPO, Kemayoran, Jakarta. Dalam konsernya ini, Ariana sukses menyajikan kolaborasi digital. Pada lagu The Way, misalnya, ia berkolaborasi di layar LED dengan Mac Miller hingga aksi penutup konsernya dengan dengan Iggy Azalea dalam layar LED berukuran raksasa. Lalu pada 11 September, nuansa nostalgia kembali bersama para pecinta musik Indonesia.

Bon Jovi akhirnya menggelar konser kembali di stadion utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Walaupun banyak yang kecewa dengan penampilan sang vokalis yang tidak lagi prima, ditambah dengan daftar lagu yang tidak begitu familier di telinga penggemarnya, malam itu tak menampik suksesnya konser Bon Jovi karena berhasil menjual ludes tiket sebanyak 40 ribu lembar. Menurut Direktur Promotor Lian Mipro, Achmad Ichsan Nasution 'Ucok', 40, nostalgia memang menjadi satu alasan kesuksesan sebuah konser. "Saya pikir musisi legenda dan hitsmaker yang saat ini digandrungi anak-anak muda menjadi target promotor," katanya, Kamis (24/12). Menurut Ucok saat ini promotor harus jeli melihat pasar yang ada.

"Kenapa Halloween sampai datang ketiga kali di Jakarta, karena kita harus melihat fan base yang banyak dan loyal," tambahnya. Helloween ialah band speedmetal asal Jerman yang tampil tahun ini untuk ketiga kalinya di Indonesia. Untuk tahun depan, kata Ucok, pihaknya berencananya mendatangkan band punk rock SUM 41 pada April tahun depan. "Mungkin ke depannya akan ada yang membuat festival musik dari luar negeri 3-4 band, sisanya band lokal. Ini akan jadi seksi untuk dilakukan pada tahun 2016 karena perkiraan kita tahun depan akan lebih baik karena MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) diberkalukan dan kita mulai struggle dengan kondisi perekonomian yang ada. Dolar juga mulai stabil," ujarnya.

Soal harga tiket yang semakin tinggi harganya, Ucok punya penjelasan sendiri. Menurutnya, harga tinggi tersebut berasal dari kenaikan harga tiket semua konser musik di dunia. Lalu juga ada kenaikan pajak dinas pendapatan daerah, "Untuk lokal kenaikannya bertambah 5% dan untuk musisi asing 15% dari tahun sebelumnya. Selain itu mahalnya izin keamanan, pariwisata, dan promosi juga memaksa promotor menaikkan harga tiket," terangnya.

Penuh kejutan
Tak hanya musisi luar, musisi lokal juga kebagian rezeki di tahun ini. Bagi warga Bandung, mungkin masih lekat dalam ingatan sebuah konser band legendaris kota Bandung, Mocca, yang dihelat di Dago Tea House, 9 Januari lalu. Ketika itu, latar konser bertajuk Mocca Home Concert itu dibuat sedemikian rupa hingga bernuansa rumah. Skenario tersebut masing-masing digarap Risa Sarasvati dan Leon (drumer Koil). "Welcome back..home! It's good to be back home!. Sepanjang konser senya-senyum terus karena ini konser termanis untuk mengawali tahun. Tiba-tiba ada Om Leon Koil, Risa Sarasvati, Buddy Zeus dan lain-lain. Latar panggung yang sangat hommy cocok banget buat judul home concert ini," ungkap salah satu penonton, Santi, kepada Media Indonesia, saat itu.

Sementara itu, sebulan kemudian di Jakarta, Ayu Laksmi Svara Semesta menggelar konsernya pada 21 Februari. Bertempat di Gedung Kesenian Jakarta, Ayu tampil maksimal dengan konten konser yang membuat mata tercengang. Mantan lady rocker dari grup Ayu Sisters tahun 80'an ini memiliki paket lengkap sebuah seni pertunjukkan: musik, tari, dan teater dengan energi yang besar. "Badan saya bahagia ketika berada di panggung, gerakannya pun tidak mengikuti pakem tarian. Dia (gerakan) hanya berbahagia saja," ungkap Ayu seusai konser. Lalu ada juga konser TRAYA pada 3 Mei 2015 di Plenary Hall, Jakarta. Panggung khas buatan Jay Subiakto ini memang enak dinikmati dari kejauhan.

Dalam konser yang digelar Krisdayanti, Jay Subiakto, dan Erwin Gutawa ini juga banyak kejutan. Kemudian di tempat yang sama pada September, penyanyi Andien juga sukses menggelar konsernya. Tanggal 15 malam itu Andien berubah-ubah penampilan di atas panggung. Kostumnya memang menjadi sorotan utama, sesuai dengan konsernya yang bertajuk Metamorfosa 15 Andien berkarya. Selain aksi bernyanyinya yang memukau, Andien juga menampilkan kolaborasi dengan Teza Sumendra, GAC, The Cash, Yovie Widianto, serta Llyod Pop featuring Kevin Julio. Konser ini juga mendapat pujian dari penyanyi Cupumanik, Chandra 'Che' Hendrawan.

"Kebetulan juga karena si Marcell (drumer band Konspirasi) punya tiket lebih dan istrinya berhalangan hadir, dia minta saya temenin. Tapi saya suka konsernya, suka konsepnya dan sangat menikmati," kata Che dalam perbincangan beberapa waktu lalu. Lantas sebulan kemudian, tepatnya pada 17 Oktober, Glenn Fredly menyelenggarakan konser tunggalnya dalam rangka 20 tahun dirinya berkarya. Kali ini tata panggungnya sibuat melingkar atau 360 derajat. Bentuk panggung ini juga merupakan hal perdana yang dilakukan musisi lokal dalam konser. Selain itu, konten konser yang disajikan Glenn juga membuat penonton merasa sangat puas.

Menarik perhatian
Kelima konser tersebut merupakan sajian kecil musisi Indonesia. Mereka sukses dengan banyaknya dukungan berbagai pihak dan mengingat nama besar mereka dalam industri musik Indonesia. Namun, jika melihat lebih dalam lagi, pertunjukan di panggung kecil juga turut mewarnai konser musik Indonesia tahun 2015 ini. Bagi penyanyi grup musik Cupumanik, Candra 'Che' konser atau gig kecil selalu menarik perhatiannya. Terlebih dengan konser yang menyatu bersama alam. "Secara energi dan semangat konser yang unik, konser dengan sentuhan edukasi, misalnya, gig yang dibuka dengan bedah film, bedah buku, bedah lirik, bedah album lalu ditutup dengan konser, itu sangat menarik buat saya," ungkap pria yang pernah datang ke konser Helloween, Sting, Deftones, Incubus, Metallica, Bjork, Smashing Pumpkins, The Cranberries, dan Phoenix ini.

Bagi Che, konser yang bagus itu ialah konser yang akan menambah gairah bermusik dirinya. "Saya akan pilih artis yang bisa ditiru sebagai bahan inspirasi, atau dengan motif besar ingin melihat realitas pertama karena dengerin medium CD musisi idola, buat saya itu realitas kedua. Nonton konser band idola atau mendatangi gig kecil dengan konsep  keren itu asupan gizi dan mahal nilainya," tambah Che. Sebagai musisi, ia juga berharap bisnis pertunjukan seharusnya dibuat mutualisme. Banyak sekali promotor dan event organizernakal yang hanya ingin mendapat benefit sendiri. "Ada tuh festival dengan bejibun sponsor tapi buat band baru mereka gak ngasih ongkos produksi, ini gak sehat sih. Padahal magnet pertunjukkan tuh musisi. Konser bagus ya harusnya mutualisme," papar pria yang sedang menunggu konser Pearl Jam di Indonesia. (M-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya