Memulai Turun Sawah Serentak

MI/YOSE HENDRA
06/12/2015 00:00
Memulai Turun Sawah Serentak
(MI/YOSE HENDRA)
DI Perbukitan Jorong Simancuang, sebuah desa yang terletak di Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat, pertengahan November lalu, kabut tipis berangsur naik ke cakrawala, menyatu dengan gabak.

Di pinggir sawah, seekor kerbau rebah tak berdaya. Tali yang mengikat keempat kakinya telah mengunci pergerakannya. Sebilah pisau tajam mendarat di lehernya dan dalam hitungan detik tetua menggorok leher si kerbau.

Darah mengalir deras merambat menuju aliran parit Batang Simancuang. Irigasi (banda) dengan panjang 7,5 km itu menjadi urat nadi bagi persawahan di Simancuang yang luasnya mencapai 250 hektare.

Namun, penyembelihan kerbau yang dilakukan bukanlah mendarahi parit batang Simancuang dengan aspek menyaru gaib untuk minta keridaan. Substansinya lebih rasional, yaitu pesta yang dilakukan untuk menyepakati dan memulai tanam serentak di Jorong Simancuang.

Tradisi menyembelih kerbau atau dikenal dengan Mandabiah Kabau telah menjadi agenda rutin jelang musim tanam padi sejak 1983. "Tahun 1983, lahan persawahan Simancuang diserang hama tikus. Kemudian 51 petani mengadakan rapat dengan kesepakatan menyembelih hewan berkaki empat," ujar niniak mamak Simancuang Jalaludin Datuak Lelo Dirajo, 67.

Kesepakatan menyembelih hewan berkaki empat dimaksudkan untuk mengawali turun ke sawah secara serentak. Dengan begitu, jelas Jalaludin, petani bisa sama-sama menjaga tiap hamparan sawah dari serangan hama tikus. "Dengan tanam padi serentak, bisa sama-sama mengatasi persoalan hama secara bersama," jelasnya.

Mandabiah Kabau dilakukan di pinggir parit (banda) Simancuang. Airnya bersumber dari sungai kecil yang berhulu Bukit Talang dan Bukit Borneo. Kedua bukit itu merupakan kesatuan dari Bukit Panjang.

Kala laki-laki menyembelih kerbau, para perempuan sibuk meramu bumbu, memaruti kelapa, menyiapkan perkakas masak-memasak, menanak nasi, dan mempersiapkan bahan makanan lainnya.

Mandabiah Kabau memberikan makna komunalitas yang masih terjaga di negeri yang berada di lembah Perbukitan Panjang tersebut. Dalam acara tersebut, semuanya menyadari harus mengambil peran apa pun untuk keberlangsungan pesta sebelum tanam serentak tersebut.

Kerbau yang disembelih merupakan hasil sumbangan dari 175 kepala keluarga. Sebetulnya Simancuang dihuni 200 KK. Namun, karena ada di antara mereka yang memiliki taraf perekonomian rendah, pungutan tidak dilakukan ke semua penduduk.

Setiap KK yang berjumlah 175 menyumbang Rp100 ribu. Sumbangan lainnya ialah beras segantang dan 10 potong kayu bakar. "Sumbangan Rp100 ribu dipungut ketika para petani selesai panen padi," jelas Ketua Lembaga Pengelola Hutan Nagari Simancuang ini.

Kerbau yang dibantai dibeli ke warga Simancuang juga dengan harga Rp17 juta. Sementara itu, total sumbangan warga berjumlah Rp17,5 juta. Artinya ada kelebihan uang sebesar Rp500 ribu. Kelebihan uang digunakan untuk membeli keperluan bumbu memasak dan kebutuhan logistik lainnya, seperti kopi, gula, dan teh.

Kalender musim tanam
Tradisi Mandabiah Kabau bukan hanya pesta makan, melainkan juga menyepakati kalender musim tanam atau plakat turun ke sawah, lalu menyosialisasikannya ke semua petani.

Kalender musim tanam tersebut berbasis pada pola tanam tiga kali dua tahun. Sebelumnya masyarakat Simancuang bertanam padi satu kali setahun.

Pada 2010, Komunitas Konservasi Indonesia Warung Informasi Konservasi (KKI Warsi) mendorong petani setempat untuk menanam tiga kali dalam dua tahun serta menyusun kalender musim tanam. "Warsi mendorong masyarakat membuat kalender musim tanam tiga kali dalam dua tahun, dari yang biasanya satu kali setahun," ujar Fasilitator Komunitas dan Kabupaten dari KKI Warsi Hultayuni Delseana. Warsi juga mendorong tanam komoditi bertingkat, seperti kopi, kapulaga, karet di ladang para petani.

Plakat turun ke sawah disampaikan Kepala UPTD Pertanian dan Peternakan Kecamatan Pauh Duo Afnidawati kepada para petani. "Plakat hasil berembuk masyarakat, ketua kelompok tani, dan wali jorong," tukas Afnidawati.

Afnidawti menyampaikan, tanggal masa pengolahan tanah hingga panen. Misalnya, masa pengolahan tanah I ditawarkan dari 20-30 November. Persemaian 30 November sampai 7 Desember. Pengolahan tanah II 8-18 Desember. Masa tanam 20-30 Desember.

Kemudian penyiangan dan pemupukan. Hingga akhirnyamasa panen raya diprediksi berlangsung 20-30 April 2016. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya