Permainan Batik dan Emosi

MI/BINTANG KRISANTI
06/12/2015 00:00
Permainan Batik dan Emosi
(MI/ADAM DWI)
PERAGAAN tren bisa berarti banyak. Peragaan itu bisa memperlihatkan adopsi tren yang dilakukan desainer atau justru ia memilih menciptakan tren sendiri.

Hal kedua itulah yang dipilih Tri Handoko. Di Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) Trend Show 2016 yang berlangsung Selasa (1/12), Tri konsisten memadukan feminitas dan maskulinitas. Namun, kali ini nuansa ladylike dan mature tampak lebib kuat meski tetap dikemas edgy khas Tri.

Dalam koleksi bertema Mind game itu pula, Tri tampak bermain dengan kerah. Contohnya gaun off shoulder yang di bagian dalamnya dipadankan dengan kemeja berkerah tiga.

Ada pula jas tanpa lengan dengan dua kerah di bagian kiri. Jas putih itu dipadankan dengan celana selutut berwarna senada sehingga menghasilkan tampilan yang elegan sekaligus playfull.

Tri yang juga Ketua Harian IPMI bermain dengan siluet yang tidak biasa, seperti celana fit and flare selutut. Celana merah itu dipadankan dengan blues semiblazer dalam warna yang sama. Beberapa busana ia buat dengan konsep unisex sehingga dapat pula dikenakan pria.

Meski pada beberapa busana juga terlihat adaptasi tren cut out, Tri mengatakan tidak percaya tren. "I don't believe in trend. Jadi, saya buat sesuai dengan yang saya rasakan saja. Saya bekerja dari hati, jarang bekerja dari pikiran," tuturnya.

Pada koleksi kali ini, Tri terinspirasi oleh berbagai emosi manusia. Namun, desainer yang berkarier sejak awal era 90-an itu mengaku emosi yang memengaruhi proses kreatifnya lebih banyak rasa sedih karena di tengah masa itu sang ayah meninggal dunia.

Sementara itu, soal penggunaan warna merah yang berbeda dari kebiasannya menggunakan warna monokrom, Tri mengatakan hal itu bertujuan menunjukkan kebahagiaan, kemarahan, dan rasa cemburu. Untuk warna hitam, selain polos, Tri menampilkan variasi dengan motif garis-garis tipis putih.

Tri juga memasukkan sisi sentimentil dengan menggunakan dua model wanita baya. Ia mengaku selain menunjukkan kematangan akan perjalanan di dunia, model tersebut juga merupakan representasi sang ibu.

Lewat model perempuan baya itu, Tri menunjukkan bahwa fesyen tidak terhalang umur. Ia membuat gaun panjang semi blazer dengan lengan sesiku. Dari lengan itu, keluar lengan balon berwarna merah. Warna merah juga muncul lewat aksen pita besar di bagian leher.

Pesona Pacitan
Konsistensi juga diperlihatkan senior Tri di IPMI, Stephanus Hamy. Kali ini Hamy yang setia mengangkat wastra Nusantara memilih batik pacitan.

Batik asal kabupaten pesisir di Jawa Timur terkenal identik dengan motif buah mengkudu dan karang laut. Hamy yang berkarier sejak pertengahan era 80-an mengemasnya dengan elegan lewat padanan-padanan jaket berjahitan tegas, coat dengan rok selutut, ataupun celana peplum. Seperti biasa ia juga memadukan dengan bahanbahan lembut, seperti tile hingga menimbulkan kesan romantis.

Hamy mengatakan koleksi itu ditujukan untuk wanita yang aktif, energi, tangguh, tapi juga elegan. "Pokoknya mengedepankan keindahan corak batik pacitan. Terus juga memadankan sejumlah rancang an dengan material polos. Jadi, bagaimanapun turunan warna yang digunakan, itu menjadi sebuah kesinambung an yang utuh terarah klasik dan elegan," tuturnya.
IPMI Trend Show yang sudah digelar sejak 1986 itu juga menampilkan koleksi desainer muda, seperti Yogie Pratama dan Hian Tjen.

Sementara itu, pada Kamis (3/11) di Hotel Gran Melia, desainer Widhi Budimulia merayakan 30 tahun berkarya dengan menampilkan peragaan istimewa. Koleksinya tetap kental dengan nuansa glamor dan feminin. (*/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya