Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Baca buku, ah itu sih biasa? Bagaimana kalau kamu yang menulisnya dan karyamu dipajang di rak-rak toko buku? Pasti bangga sekali kan ya!
Medi ngobrol nih sama tiga penulis cilik yang tergabung dalam Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK), program untuk penulis buku anak dari penerbit DAR! Mizan.
Ketiganya ini juga makin istimewa karena buku yang sudah mereka terbitkan sudah lebih dari lima, bahkan sudah puluhan lo, baik berupa novel maupun kumpulan cerita pendek. Mereka ialah Nadia Shafiana Rahma, Kelas 7F, SMPN I Banguntapan, Bantul, DI Yogyakarta. Karyanya sudah mendunia, bahkan ia terpilih menjadi Delegasi Indonesia di Frankfurt Book Fair 2015, Jerman.
Ada juga Muhammad Rafid Nadhif Rizqullah, Kelas 8, SMPN 1 Bandung. Ia memang mencintai dunia menulis dan memang bercita-cita jadi penulis.
Selain itu, Medi juga berjumpa Fayanna Ailisha Davianny, Kelas 6, SD Nasional Plus Tunas Global yang sudah nerbitin 27 buku.
Yuk simak obrolan Medi dengan mereka ya!
Sejak kapan kalian suka menulis dan apa sih serunya dunia penulisan ini?
Nadia: Aku menulis sejak TK, sekitar umur 4-5 tahun. Awalnya dari kebiasaan dibacakan dongeng sebelum tidur sama mama, terus baca sendiri. Lama-lama bosan dengan cerita-cerita imajinasi orang lain, terus aku coba bikin cerita versiku sendiri. Waktu TK baru 5-7 kalimat cerita pengalaman sendiri, lalu dikirim ke koran-koran lokal. Saat SD baru deh bikin cerpen 4-5 halaman, diikuti novel.
Fayanna: Aku suka menulis sejak kelas 2 SD, usia 7 tahun. Aku suka menulis karena menyenangkan. Bisa menuangkan apa yang ada di dalam pikiran dan kepala, seperti ide, pendapat, dan cerita. Namun tentunya, harus runtun dan sistematis. Kemampuan tersebut sangat dibutuhkan oleh apa pun profesi kita kelak di kemudian hari
Rafid: Aku mulai fokus menulis saat kelas 4 karena saat itulah aku mulai ketagihan membaca. Meskipun dari kecil aku sudah disuguhkan bacaan-bacaan, tetapi pada masa kelas 3 semangat membaca mulai membara.
Menurut kalian, bagaimana kecintaan anak-anak Indonesia terhadap buku?
Nadia: Sekarang anak-anak lebih tertarik sama gadget dan gim. Beberapa memilih baca buku lewat gadget, padahal menurutku lebih mudah dan sehat kalau membaca dari buku langsung. Setiap aku ke toko-toko buku dan perpustakaan umum, kebanyakan orang-orang dewasa. Namun, di rumah aku juga membuat perpustakaan umum, namanya Perpustakaan Satu Hati. Pengunjungnya kebanyakan anak-anak di beberapa desa sekitar rumah di Bantul dan beberapa dari kabupaten lain seperti Sleman, Kota Yogyakarta. Namun, tetap jarang yang tertarik untuk datang dan membaca, paling sehari yang datang hanya sekitar 10-15 pengunjung.
Rafid: Menurutku, sekarang ini anak-anak sudah mulai banyak yang cinta dengan buku-buku, kan pemerintah sudah mengampanyekan budaya membaca 15 menit sebelum belajar. Itu mendorong anak-anak Indonesia suka membaca sehingga membuka peluang, mereka akan ketagihan membaca buku dan menularkan kecintaannya pada teman-teman yang lain.
Apakah menjadi penulis menjadi cita-cita kamu?
Nadia: Ya, aku punya tiga cita-cita. Penulis, desainer, dan pianis
Fayanna: Aku ingin menjadi insinyur dan penulis. Aku ingin berkarya di kedua bidang tersebut.
Rafid: Jujur, menjadi penulis sebenarnya bukan menjadi cita-citaku, aku ingin menjadi psikolog. Namun, setelah aku mulai jatuh cinta dengan menulis dan membaca, aku jadi mempunyai dua cita-cita. Menjadi psikolog sekaligus penulis best seller yang profesional.
Siapa yang mengajarkan kalian menulis?
Nadia: Awalnya dengan lisan, mama membiasakan aku menulis dan menceritakan apa yang aku rasakan setiap jalan-jalan ke suatu tempat. Kalau yang mengajari langsung tidak ada, aku lebih banyak belajar dari buku-buku yang aku baca, sharing dengan mbakku Najma, kakakku, dan kadang-kadang juga dengan orangtua. Mungkin bisa disebut, guru menulisku selain keluarga ialah buku-buku bacaan.
Fayanna: Sejak aku bayi, sudah dibelikan buku oleh mama. Setiap hari dibacakan cerita hingga aku bisa membaca saat usia 4 tahun atau 5 tahun dan aku memilih sendiri buku yang aku senangi. Karena suka membaca, aku jadi terinspirasi menulis. Aku juga pernah belajar menulis pada seorang penulis buku anak, selama 3 bulan. Di sana aku belajar tentang teknik kepenulisan, misalnya penggunaan EYD dan tanda baca yang benar, penyusunan paragrap, dan membuat outline.
Rafid: Aku menulis secara autodidak. Berawal dari membaca, aku jadi suka menulis. Jadi, bisa dibilang yang mengajari aku menulis ialah buku bacaanku. Aku juga belajar menulis dari internet, lihat-lihat tips menulis di blog para penulis terkenal. Nah, aku juga diberi arahan dan support oleh orangtuaku.
Sudah berapa buku kalian yang diterbitkan KKPK?
Nadia: Semua buku karyaku ada 30 judul lebih, ada yang sudah terbit dan sebagian dalam proses serta lima buku lainnya diterbitkan bukan KKPK
Fayanna: Buku yang terbit ada 27, plus beberapa buku yang sedang proses terbit. Total ada sekitar 35 buku. Alhamdulillah, sampai dengan usia 11 tahun ini bisa menghasilkan karya tersebut.
Rafid: Jumlah semua buku yang sudah terbit ada 13. Yang diterbitkan di KKPK ada tujuh, yaitu Candy World, Tersandung Hobiku, Sejuta Bibit Impian, Diary untuk Dunia, Kakek Misterius, Untukmu Ayah, dan Mysterious Market. Ada juga beberapa buku yang coming soon di KKPK.
Nadia, Medi dengar kakakmnu juga seorang penulis juga, bagaimana sih keseharian kamu dengan kakakmu? apakah sering diskusi mengenai tulisan?
Nadia: Ya, mbakku juga penulis, namanya Najma Alya Jasmine, ia disebut guru dan inspirator menulisku. Ia juga juara Reporter Cilik Media Anak Media Indonesia 2014 lo! Kami berdua sering diskusi tentang tulisan, bikin target buku bareng juga. Ke toko buku juga sering bareng untuk memilih buku-buku kesukaan, dari buku yang hanya setebal 100-an halaman sampai ada yang lebih dari 900 halaman. Bahkan, kami pernah berlomba cepat-cepatan menulis buku novel. Saat itu aku berhasil membuat novel dalam waktu 8 hari, tapi setelah itu, kakakku mengalahkan rekorku karena berhasil membuat novel dalam waktu satu hari saja, bahkan selanjutnya hanya 4 jam.
Apakah orangtua kalian ikut membaca, mengoreksi, dan memberimu nasihat tentang karyamu?
Nadia: Orangtua juga memberikan nasihat, kalau mau menulis yang bagus harus kuat disurvei atau riset lapangan. Jangan percaya begitu saja informasi di internet, harus dibuktikan, dilihat, dikunjungi, dan dirasakan sendiri. Nasihat lainnya pun harus banyak membaca karya orang lain dan mengoleksi buku. Jika tidak paham, buku harus dibaca berulang-ulang nanti akan paham dengan sendirinya.
Rafid: Sebelum menulis, kadang aku sharing dengan mereka tentang apa yang akan aku tuliskan nanti. Berhubung aku orangnya malu kalau tulisanku dibaca saat menulis, jadi biasanya orangtuaku membacanya ketika tulisanku sudah selesai.
Fayanna: Orangtua aku selalu mengingatkan agar karya yang aku tulis tidak boleh ada unsur kekerasan, bahasanya harus sopan dan tidak boleh mengandung unsur SARA. Orangtua ialah pembaca setia karyaku, heheeee! Biasanya orangtua juga membaca sekilas karya yang hendak aku kirim ke penerbit. Ayah dan mamaku selalu mendukung penuh hobi menulisku dan memberikan semangat. Mereka juga mengingatkan, dalam menulis harus selalu jujur, jangan melakukan plagiat atau menyontek karya orang lain. Aku juga harus selalu semangat dan tidak mudah menyerah dalam melakukan proses menulis naskah.
Dari semua buku yang kalian tulis, yang best seller atau penjualannya paling bagus yang mana?
Fayanna: KKPK Jejak Rahasia Sahabat. Buku ini terbit Juli 2016, pada Agustus 2016 sudah cetak ulang kedua, dan jadi buku dengan cetak ulang tercepat di KKPK. Desember 2016 buku ini sudah cetak ulang keempat.
Rafid: Buku yang penjualannya terbanyak dari semua buku yang aku tulis ialah KKPK untukmu Ayah. Kebanyakan para pembaca buku tersebut berkomentar, bahwa mereka terkesan karena ceritanya mengharukan.
Tema favorit tulisan kalian tentang apa? persahabatan, keluarga, atau misteri?
Rafid: Aku suka menulis tentang apa saja. Namun, biasanya aku menulis tentang persahabatan karena bisa mengukir jutaan kisah. Aku juga suka menulis tentang misteri karena membuatku bertanya-tanya, kira-kira, apa kelanjutan cerita ini dan membuat otak berpikir lebih keras untuk membuat ceritanya. Dengan misteri, aku jadi ikut merasakan rasa mendebarkan dan penasaran sehingga memacu terus menulis kelanjutannya.
Nadia: Aku suka menulis persahabatan, kejujuran, kehidupan sekolah juga keluarga, karena tema-rema itu sering aku alami di dunia nyata, jadi aku tidak akan kehabisan ide. Di buku novel My Life My Heaven semua aku campur, ada persahabtan, keluarga, dan banyak lagi.
Nadia, ceritakan dong pengalamanan sebagai Delegasi Indonesia di Frankfurt Book Fair 2015, Jerman!
Nadia: Di sana aku bisa bertemu orang-orang hebat, penulis-penulis dunia. Saat aku presentasi, kebanyakan orang Jerman heran bagaimana bisa di Indonesia anak kecil sudah bisa menulis cerita dan novel begitu banyak. Di Jerman, karya anak-anak tidak ada yang berani menerbitkan seperti KKPK. Mereka iri dengan kemajuan Indonesia dalam menghargai dan mendukung anak-anak berkarya dalam bentuk buku sejak dini. Beberapa anak di Jerman sudah menulis cerpen atau novel, tapi tidak ada yang mau menerbitkan. Itu salah satu keluhannya.
Di Jerman, penulis kebanyakan orang dewasa. Bahkan, koran-koran di Jerman pun tidak menyediakan tempat untuk karya tulis anak-anak seperti di Indonesia. Salah satu wartawan cilik di Jerman bercerita kalau dia suka menulis bahkan sudah punya cerita, tapi dia bingung ingin mengirim ceritanya itu ke mana. Bersyukur banget deh di Indonesia banyak penerbit yang mau menerbitkan buku karya anak-anak.
Ada target ke depan? misalnya bikin berapa buku lagi?
Nadia: Targetnya mau bikin banyak buku, hehehe. Tahun ini aku mau buat lima buku.
Fayanna: Kelak aku ingin membuat buku yang bisa meledak di pasaran, bisa berkesan untuk yang membaca dan akan bisa teringat sepanjang masa, amin!
Rafid: Tentunya, targetku ingin membuat buku sebanyak-banyaknya. Aku enggak mau, masa mudaku dihabiskan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Maka dari itu, di kamar aku tempelkan kertas bertuliskan target-target menulisku.
Sekarang ini, kalian sedang menggarap buku apalagi untuk KKPK? kasih bocorannya dong!
Fayanna: Ceritanya terinspirasi dari pengalaman saat jalan-jalan bersama KKPK ke Korea, mengambil setting Korea dengan karakter tokoh yang menarik, konflik yang bikin penasaran, dan ending yang seru. Ssstt, jangan lupa nanti dikoleksi ya!
Rafid: Sekarang, aku lagi menulis buku untuk KKPK Class. Bedanya dengan KKPK biasa, KKPK Class ini isinya campuran antara novel dan komik. Tokoh-tokohnya juga karakter KKPK: Karima, Kiki, Putra, dan Karin. Cerita yang sedang aku tulis ialah tentang Karima, Kiki, Putra, dan Karin yang sedang magang di sebuah restoran. Di sana, banyak kejadian-kejadian yang tak terlupakan. Ada juga sesuatu hal aneh di sana. Penasaran kan? Yuk, doakan saja segera cepat selesai dan cepat terbit agar teman-teman bisa membacanya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved