MENUJU SERATUS TAHUN

FARIO UNTUNG TANU
29/11/2015 00:00
MENUJU SERATUS TAHUN
(MI/ADAM DWI)
HAMPIR seratus tahun lalu Eddy Karman dan Theresia Lauw berdiri di muka rumah itu dengan semringah. Wajah Theresia tampak dirias cantik dan tangannya menggenggam buket bunga. Satu kuntum bunga juga tersemat di jas Eddy. Itulah suasana yang terabadikan di sebuah foto tua milik Sandy Karman, cicit Eddy Karman. Kini Eddy dan Theresia memang tidak lagi ada sana, tetapi teras dan sebagian besar rumah itu seperti terdiam dalam waktu. Pemandangan itulah yang Media Indonesia jumpai saat berkunjung ke rumah yang terletak di Jl HOS Cokroaminoto, Jakarta Pusat, Selasa (24/11). Meski undakan tangga di teras kini berkurang dari 4 menjadi 3, tidak banyak perubahan di sisi lainnya, termasuk jendela kayu besar.

"Untuk bagian depan rumah ini semua masih orisinal seperti awal rumah ini dibangun. Pintu, jendela, kayu-kayunya semua masih asli sejak kakek saya punya ayah pertama kali tinggal di sini," ungkap Sandy. Kakek buyut Sandy pertama memiliki rumah itu pada 1918. Dengan begitu, sejarah keluarga Karman di rumah yang berdiri di atas tanah 400 meter persegi itu akan menuju seratus tahun. Namun, usia sebenarnya rumah itu tidak diketahui. Sebagai generasi keempat pemilik rumah, Sandy berusaha menjaga warisan itu  seasli mungkin. Hal itu juga terlihat pada pintu masuk yang masih menggunakan pintu jati setinggi sekitar 2,5 meter. Di kedua sisi samping pintu itu terdapat jendela panjang. Desain era kolonial makin kental dengan tiga jendela di atas pintu. Keseluruhan jendela dan pintu berwarna cokelat alami kayu hingga menambah keindahan desain.

Di bagian muka rumah ini juga terdapat pintu lain dengan desain bercelah lebar di bagian atasnya. Banyaknya lubang saluran angin ini, selain ditambah langit-langit yang tinggi, tidak mengherankan membuat rumah itu terasa sejuk. Masuk ke rumah tiga ini terdapat lima ruang di lantai satu. Selain ruangan untuk dirinya maupun kedua orangtua, Sandy juga memanfaatkan salah satu ruang untuk singgah para tamu.

Renovasi
Di ruang ini, Sandy menempatkan satu buah bangku santai dengan satu unit lemari antik berbentuk kotak dengan dua pintu. "Area lantai satu ini semua masih orisinal. Tidak ada yang direnovasi baik itu pintu, jendela, kayu-kayunya serta tegel dan atapnya. Di ruang paling depan ini juga ada lemari antik dari zaman Belanda yang masih dalam kondisi baik," terang pria yang berprofesi sebagai desainer grafis itu. Tidak hanya soal bangunan, furnitur di rumah itu memang juga dipertahankan keasliannya. Ada pula sebuah lemari persegi panjang dengan desain vintage. Di atasnya, berjejer rapi foto-foto keluarga Karman dari berbagai generasi. Lemari tersebut sengaja dijadikan pusat perhatian dengan penempatan di tengah ruangan.

"Kita letakkan lemari ini tepat di tengah supaya terlihat seperti diapit kaca di bagian kiri dan pintu di sebelah kanan yang keduanya berbentuk vertikal. Intinya di rumah ini jarang ada barang-barang atau furnitur yang modern, semuanya zadul," tutur Sandy. Pada banyak ruangan terlihat pula tegel era kolonial yang masih terjaga kondisinya. Salah satunya tegel bermotif cakra di ruang duduk. Tanpa perlu banyak perabot, tegel itu sudah menciptakan kesan elegan tersendiri. Meski berusaha mempertahankan keaslian, beberapa perubahan juga tidak luput dilakukan, terutama di bagian belakang rumah. Sandy menuturkan renovasi pertama bagian tersebut dilakukan pada 1985 atau di saat ia baru berusia 2 tahun.

Selain dibuat dapur, pada bagian belakang itu juga dibuatkan gudang dan ruang terbuka. Renovasi kedua kemudian dibuat Sandy. Pria berusia 32 tahun itu mendesain setengah area belakang itu untuk ruang makan, dapur, dan taman. "Di sini memang kita set untuk ruang makan. Enaknya karena ruangan terbuka dan langsung bersebelahan dengan taman sehingga udara dan anginnya selalu fresh," jelas Sandy. Untuk bagian kamar, Sandy membuat bangunan tambahan tiga lantai di atas ruang semiterbuka di bagian belakang tersebut. Tiap lantai dibuat ruang-ruang tidur dan kamar mandi. Sandy menuturkan bahwa bangunan tambahan itu sengaja dibuat di bagian belakang agar tidak mengubah wajah depan rumah. Dengan begitu, rumah tersebut tetap mempertahankan kenangan sekaligus dapat memenuhi kebutuhan hingga generasi saat ini. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya