Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Film Same Cat Sitting on The Grave, tentang keragaman budaya dan agama, di Indonesia hingga Amerika menjadi salah satu tiket yang membawanya meraih beasiswa film ke Korea Selatan.
Bergelut dengan dunia film sejak SMA, Fauzan Abdillah terpilih sebagai wakil Indonesia di Busan Asian Film School (Afis), di Busan, Korea Selatan. Fauzan yang mengeksplorasi aneka peran di dunia film, mulai produser, sutradara, penulis cerita, hingga editor itu aktif di komunitas film dan berupaya tetap produktif memproduksi karya.
Simak obrolan Muda dengan Fauzan ya!
Gimana ceritanya kamu terjun di dunia film?
Sejak kecil sebenarnya sudah suka film, kebetulan punya paman yang punya hobi sama. Setiap menonton film itu saya selalu merasa ada sesuatu yang tersembunyi. Apalagi, film yang bisa membuat penonton merasakan senang, terharu, sampai sedih dalam waktu bersamaan, bisa mengangkat emosi. Pada akhirnya, punya kamera ponsel Nokia 3650, dari situ mulai senang merekam gambar. Kemudian SMA gabung dengan ekskur sinematografis, dari situ awal mula terjun ke dunia film.
Kamu fokus ke jenis film apa?
Lebih ke arah human, gaya-gaya film drama filosofis yang menyentuh sosial, budaya, seni, yang berkaitan dengan isu kekinian. Terakhir sempat membuat film mengenai kerukunan beragama yang dibuat agak satir.
Film pertama yang kamu produksi?
Judulnya Hari Itu, dibuat 2006.
Sudah produksi berapa film hingga saat ini?
Bisa dibilang lumayan banyak, untuk film pendek sekitar 25 judul film, yang durasinya panjang 5 film.
Apa saja pencapaian-pencapaian kamu di dunia film?
Film Hari Itu menjadi best film di Festival Film SMU se-Gerusi (Gresik, Surabaya, dan Sidoarjo) 2006, kemudian menang menjadi best movie dan best director di Communication Movie Competition di Universitas Airlangga. Film ini juga di-screening di beberapa daerah di Indonesia termasuk Surabaya, Malang, Bali, juga sampai Kuala Lumpur dan Singapura.
Ceritanya mengenai relevansi psikologi pelajar cewek muslim di Surabaya yang mengalami sindrom tersendiri karena dikucilkan temannya dalam satu hari. Ada soal kesatiran hidup, keyakinan, tujuan hidup, dan rekayasa. Hari Itu tergolong film pendek berdurasi 20 menit.
Selain itu, pada 2015 aku ikut acara Indonesia Radja, kolaborasi berbagai komunitas mengurasi film, lalu memberikannya kepada Minikino, lembaga yang berfokus pada film pendek dan menyelenggarakan pemutaran dan diskusi film pendek secara rutin. Saya menjadi film programmer atau semacam kurator sekaligus berbicara di forum itu.
Selanjutnya, pada 2014 saya menghadiri DC Short Film Festival 2014 di Amerika Serikat. Ini merupakan film festival. Saya membawa film Same Cat Sitting on The Grave karya saya. Di sana lebih ke screening. Ada juga master class. Film ini membicarakan keragaman budaya dan agama, di Indonesia, Asia, Eropa serta Amerika.
Terkait beasiswa sekolah film di Busan, ceritakan dong awal mulanya bisa terpilih?
Awal mulanya tahu dari salah satu staf Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dia meminta saya untuk mengirimkan aplikasi serta CV permohonan surat rekomendasi.
Sempat berpikir juga sih, apakah benar akan digarap atau tidak, karena mengurus pendaftaran saja pasti butuh biaya yang tidak sedikit. Namun, akhirnya saya memberanikan diri untuk daftar karena sekolah ini menawarkan co production pitching dengan produser dunia. Persiapannya mengikuti beasiswa ini sekitar satu minggu saja.
Seleksinya seperti apa?
Portofolio dan wawancara melalui Skype. Buat saya yang paling menantang ialah ketika diminta untuk submit proyek apa yang nantinya akan dibuat. Ketika itu saya mengembangkan ide cerita mengenai buzzer buzzer wanita di media sosial. Kemudian setelah lolos dan masuk tahap interview, banyak pertanyaan yang tidak diduga, mengenai Indonesia, industri film di negara kita, ada juga yang menanyakan Surabaya dan yang paling menarik, ditanya mengenai hal apa yang paling benci di dunia ini?
Saya tidak berpiki apa pun sehingga saya hanya menjawab jika saya tidak pernah membenci sesuatu di dunia ini, karena apa pun yang terjadi di dunia ini bukan pada tempatnya, pasti ada alasan dan tujuannya.
Berapa tingkat kompetisinya?
Ada sekitar 114 film talent dari 23 negara yang mendaftar dan yang masuk 18 orang dari 17 negara. Total hanya ada 21 orang yang akan sekolah di Afis.
Jelaskan dong mengenai Afis ini dan hebatnya apa?
Cukup unik, karena ini yang membuka film commission dari Korea, dan AFIS ini mencoba mencetak produser-produser kelas dunia nantinya. Di Afis ini mencakup semua, financing, distribution, marketing, which is itu sangat langka, karena biasanya hanya film making atau sinematografi.
Hasil sekolah ini nantinya seperti apa?
Pada akhirnya nanti kita akan ke Busan International Film Festival (BIFF). Itu tadi akan ada co production pitching. Semua presentasi satu-satu. Tujuan kegiatan ini nantinya ada kerja sama dengan produser-produser kelas dunia. Jadi, nantinya akan presentasi mengenai film kami, yang idenya diterima akan bekerja sama dengan produser tersebut, sesuai dengan jalan cerita yang sudah kami paparkan.
Sekolahnya sendiri berapa lama?
Akan ada dua semester, Maret ke Juni awal itu semester pertama kami akan belajar mengenai film. Tahap ini mengarahkan kami untuk menjadi produser profesional.
Juni dan Juli itu libur, tapi nantinya di saat liburan itu kami dituntut mengembangkan ide yang akan dipresentasikan.
Agustus-Oktober, mulai proyeknya dikembangin. Kami akan diawasi sekaligus mempelajari bagaimana bisa berkompetisi di film internasional.
Pada akhirnya, kami presentasi di co-production project pitching.
Ini beasiswa penuh atau seperti apa?
Untuk tuition fee free, penerbangan dua kali, dengan limit 800 ribu won (8 juta rupiah) itu dapat 2 kali, dan tempat tinggal juga free dengan breakfast. Hanya biaya hidup, visa, dan asuransi pelajar yang tidak ditanggung. Tiga hal ini tidak dikover, dan saya sedang mencoba untuk mendapatkan bantuan dengan mengirim proposal.
Kiat mendapat beasiswa?
Jangan lupa dengan program apa yang ada di sekolah itu cari visi-misi di sekolah itu, percaya diri tapi tidak overconfidence, dan jangan pernah menyerah karena yakin pasti akan banyak kendala. Jalankan semua apa adanya tanpa ambisi.
Selain membuat film, apa aktivitas kamu sehari-hari?
Saat ini lebih fokus ke Independent Film Surabaya (Infis) sebagai ketua, ini pekerjaan non-profit. Sementara untuk pekerjaan formal di rumah produksi RAAW Media Futura Group. Bisnis ini saya dirikan dan menjadi CEO-nya. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved