Jika investor bertambah, Indonesia akan makin berdaya, bertumbuh lebih cepat, dan membangun lebih banyak, termasuk ketika persaingan antarnegara ASEAN kian kompetitif. KORPORASI nasional, multinasional, perusahaan sekuritas, analis saham, investor, dan mahasiswa berinteraksi selama sepekan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Sudirman, Jakarta. Pada Senin (9/11) hingga Jumat (14/11), mereka berjumpa dalam acara Investor Summit and Capital Expo 2015. Di antara stan BEI, perusahaan-perusahaan sekuritas yang memenuhi selasar, public expose perusahaan-perusahaan publik digelar silih berganti. Buat menyuntikkan semangat, ada berbagai pemaparan dari pembicara-pembicara tamu yang mengabarkan optimisme pasar modal Indonesia.
Serunya, kendati dibalut suasana profesional, tak ada perlakuan berbeda kepada para pengunjung, termasuk para mahasiswa. Sebagian datang buat menuntaskan rasa penasaran, memvalidasi asyiknya bisnis pasar modal, atau mendaftar sebagai investor. Namun, ada pula yang menghadiri pemaparan publik untuk memastikan keuntungan investasi mereka di perusahaan itu karena mereka sebelumnya telah menjadi investor. BEI, kata Direktur Utama Tito Sulistio, telah melakukan berbagai upaya jelang masyarakat ekonomi ASEAN (MEA), di antaranya mengembangkan aspek infrastruktur, memacu peningkatan emiten, jumlah investor, dan likuiditas pasar.
"Untuk memperingati 38 tahun dibukanya kembali pasar modal Indonesia, kami mengadakan summit ini demi menambah jumlah investor, termasuk masyarakat yang belum terpapar investasi saham. Total pengunjung mencapai 10.271 dengan transaksi berjumlah 1.183 dari 25 booth. Dari acara ini, berhasil tercatat lebih dari 300 pembukaan rekening pasar modal baru," kata Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI) Nicky Hogan pada acara penutupan Investor Summit and Capital Market Expo 2015 di Jakarta, Jumat (13/11).
Investor muda Di antara 300 rekening baru yang terdaftar dalam acara ini, salah satunya ialah akun milik Dita Nabilla, mahasiswa Universitas Negeri Jakarta. Muda menjumpai Nabilla bersama tiga kawan kampusnya di stan PT Maybank Kim Eng Securities. Dibantu Merriani, KE Cornner Client Asquistition Officer, ia mengisi dan menandatangani berbagai form untuk mendapatkan rekening pasar modal. "Dua temanku ke sini untuk lihat-lihat dulu. Kalau aku, karena sudah merasa siap, aku berani buka sebagai langkah awal," kata Nabilla. Hal serupa juga dilakukan M Dzikri Abdul Rohman dan Debi Kurnia Sandi yang mendaftar rekening saham di stan Indo Premier Securities.
"Aku pilih ini karena di sekuritas Ipot ini. Jumlah minimum investasinya katanya bisa mulai Rp100 ribu," kata Debi. Riri Sulinantri, CFP, Social Media Manager yang membantu pendaftaran keduanya, kemudian membuka laptop untuk membuktikan bahwa dengan nilai investasi Rp100 ribu, investor bisa membeli saham. "Lihat nih, PT Wijaya Karya dan PT Agung Podomoro, harga saham mereka hari ini di bawah Rp1.000 per lembar. Dengan ketentuan membeli saham 1 lot sekarang 100 lembar, dengan Rp100.000 sudah bisa beli kan," kata Riri.
Sengaja dari Manado Di ruang pemaparan publik, tujuh anggota Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawei Utara, menyimak pemaparan PT Astra Agro Lestari Tbk. Dengan dipimpin sang ketua, Charles Tinangan, mereka sengaja terbang dari Manado dan menginap di sebuah homestay kawasan Setia Budi, Jakarta, untuk mengikuti Investor Summit selama sepekan penuh. "Kami ingin mendapat pemahaman lengkap tentang dunia investasi. Dengan menggunakan tabungan, salah satunya, kami peroleh dari bermain saham. Kami beli tiket ke sini," kata Charles. Pada berbagai sesi pemaparan publik, mereka berbagi kekuatan untuk memastikan informasi tentang berbagai perusahaan yang potensial. Mereka mendapatkan itu untuk selanjutnya mereka diskusikan.
Andien dan Giring Lantai bursa dilengkapi dengan unit-unit komputer serta indeks saham yang terus bergerak dan kini hanya difungsikan sebagai lokasi training, karena seluruh transaksi saham kini dilakukan daring. Pada Kamis (12/11) siang, Muda berjumpa dengan kawanan mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntasi Negara (STAN). Duduk di balkon, mereka menjadi bagian dari meriahnya peserta sesi talkshow yang menghadirkan penyanyi Andini Aisyah Haryadi alias Andien serta vokalis band Nidji, Giring Ganesha Djumaryo.
"Dulu, sebelum jadi investor saham uang, dari nyanyi dan berbagai aktivitas iklan bisa habis buat jalan-jalan ke mal. Kalau ke mal, bawa uang Rp2 juta rasanya masih kurang. Namun, setelah ibu saya yang kerja di perbankan mengenalkan saya dengan saham, terbukti uang dari investasi bisa dipakai untuk biaya resepsi pernikahan. Sekarang investasi nomor satu," kata Giring yang mengaku punya investasi saham dan reksa dana.
Sementara itu, Andien mengaku membeli saham sebagai investasi jangka panjang. Ia menaruh investasi di sektor perbankan serta consumer good. "Bayangkan, dari bangun tidur, mandi, gosok gigi, hingga tidur, kita dikelilingi dan menggunakan produk perusahaan publik. Jadi, mengapa kita tak membeli sahamnya agar menjadi bagian dari pemilik saham perusahaan itu," kata Andien.
Seusai pemaparan dua pesohor yang mengaku satu-satunya penyesalan terkait saham ialah tak membeli saham sejak dulu, Ian Bagaskara dan Rizky Chorizal menargetkan menyisihkan uang mereka untuk mulai investasi. "Makin banyak investor, Indonesia makin kuat. Investor saham pasti akan berdoa yang baik-baik untuk ekonomi negara ini, uang investasi akan digunakan untuk terus membangun dan kita bisa lebih sejahtera," kata Giring. Yuk, beli saham! (M-2)