KAMPUNG Paniis, Kecamatan Sumur, Banten, bukanlah tipikal desa pesisir. Dengan tanah yang subur, warga di kampung yang terletak sekitar sejam berkendara motor dari pusat kecamatan itu terbiasa tidak bergantung pada hasil laut.
Sehari-hari warga bertani, berkebun, dan hanya sesekali melaut. Ikan yang ditangkap pun hanya untuk konsumsi sendiri.
Namun, saat bicara terumbu karang, sekelompok pemuda di sana akan fasih menjelaskan. Bahkan, melakoni cara transplantasi karang.
Seperti itu pula yang ditunjukkan Marhad atau yang akrab disapa Doni, Rabu (11/11). "Karang ini ditempel ke beton dengan bagian yang (karang) luka ditempatkan ke lubang. Lalu, kita lilit tali tapi jangan terlalu longgar dan jangan terlalu kencang," kata Doni sembari memegang potongan koloni karang jamur (Fungia danai).
Tiap koloni Karang itu ditempelkan pada sebuah lempengan beton sebesar kartu ATM dengan lubang di tengahnya.
Di atas kapal di perairan sisi timur Pulau Badul itu ada sekitar 25 lempeng beton yang disiapkan Doni dan rekan-rekannya yang merupakan anggota kelompok Paniis Lestari (Panles). Kelompok yang saat ini diketuai Doni itu memang bergerak melestarikan terumbu karang.
Di dasar perairan Pulau Badul, telah ada ratusan rak koloni karang hasil kerja mereka sejak 2005. Tiap rak berisi 25 koloni karang.
Sekretaris Panles, Ade Sutoni, mengungkapkan tingkat keberhasilan dari 15 ribu koloni karang yang mereka transplantasi mencapai 90%. Namun, tidak semua rak terbuat dari beton. Pada awalnya, mereka mentransplantasikan karang menggunakan media bambu dan karet. Namun, cara ini ditinggalkan karena mudah terbawa ombak.
Dengan menumbuhkan karang ini pula perekonomian warga Paniis terkatrol. Tiap bulan ada saja turis yang datang untuk menikmati keindahan karang dengan snorkeling dan menyelam, ataupun ikut mentransplantasi karang. Tidak hanya menyewa fasilitas dan jasa Panles, banyak pula turis yang menginap di rumah warga.
"Slogan kami no coral, no fish, jadi kami bersama menjaga karang," tukas Ade. Ikan bagi mereka memang bukan untuk konsumsi, melainkan lebih pada wisata. Jika karang rusak, ikan-ikan eksotis yang sudah datang ke terumbu, termasuk Lion Fish bisa pergi.
Agen Lingkungan Namun, cerita Kampung Paniis pada 14 tahun lalu sangatlah berbeda. Jangankan menjaga karang, warga di sana bahkan dikenal sebagai pemburu burung dan perambah di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).
Demi menjaga kelestarian alam TNUK, WWF Indonesia dan Balai TNUK pun berupaya menciptakan lapangan kerja baru untuk warga Paniis. "Program transplantasi karang dipilih sebagai mata pencaharian alternatif dan juga karena melihat kondisi karang yang memang rusak," jelas Coastal & Ecotourism Officer WWF Indonesia, Andre Crespo.
Luas tutupan terumbu karang di perairan Ujung Kulon diperkirakan mencapai 20%, sementara tingkat kerusakannya mencapai 70%. Andre menuturkan program penyuluhan dimulai 2002 kepada tokoh masyarakat Paniis.
Hingga 2005, warga dibayar untuk melakukan transplantasi karang di perairan sekitar Pantai Paniis. Baru dua tahun kemudian, transplantasi dilakukan di perairan Pulau Badul.
WWF Indonesia kemudian juga menggandeng perusahaan wisata laut Java Sea Charter hingga turis asing melongok Pulau Badul. Dari situ, program di Paniis diubah, warga tidak lagi dibayar, tetapi diajak membuat perekonomian yang mandiri.
Dengan kedatangan turis ke Badul, warga pun membuka mata bahwa karang yang lestari akan menguntungkan mereka. Sejak saat itu, Kelompok Panles terbiasa menyisihkan pendapatan dari wisata untuk melakukan transplantasi dan patroli menjaga kawasan terumbu.
Kelompok turis yang datang juga meluas. Tidak hanya turis asing, tetapi juga perusahaan dan anak sekolah. Untuk memenuhi berbagai kebutuhan wisata, berbagai paket dibuat Panles, termasuk menggandeng warga lain membuka rumahnya sebagai homestay.
Di sisi lain, Panles tidak membuat Badul ekslusif bagi kepentingan mereka saja. Operator-operator kapal lain bebas datang membawa wisatawan.
Melihat kerja Panles, operator-operator kapal itu pun saling mengingatkan rekan-rekan mereka agar tidak buang jangkar di Badul. Dari sini, Panles telah sukses jadi agen lingkungan.
"Manfaat ekonomi seperti inilah yang bisa membuat usaha pelestarian alam bisa berlangsung terus. Kalau hanya larangan-larangan, tidak akan berhasil," tegas Andre. (M-2)