Melompat Kekinian

FARIO UNTUNG TANU fario@mediaindonesia.com
22/1/2017 01:00
Melompat Kekinian
(MI/ADAM DWI)

LAGU Bang Bang berdentum keras di sebuah ruang kebugaran. Kamis (19/1) pagi itu lagu dari Jessie J Nicky Minaj dan Ariana Grande tersebut sejurus dengan semangat yang tergambar dari 10 peserta yang sudah bersiap. Setelah pemanasan sejenak, mereka masih mengikuti arahan instruktur kemudian menggunakan alat berupa trampolin dengan diameter sekitar 80 cm. Tiap peserta disediai trampolin.

Itulah kelas saltar yang terdapat di Celebrity Fitness. Kelas Saltar diluncurkan sejak November 2016 dan tampak makin digemari penggila kebugaran di Jakarta. Olahraga saltar pertama muncul di Amerika Latin, tapi tidak diketahui waktu pastinya. Olahraga ini memadukan gerakan di trampolin dengan beragam koreografi dan musik. Sebab itu, di kelas saltar, gerakan yang dilakukan tidak hanya melompat. Berbagai gerakan aerobik bahkan gerakan push up menjadi porsi latihan peserta. Gerakan melompatnya terlihat sangat mengasyikkan dan cukup menantang. Mereka yang berani tidak takut-takut melompat tinggi.

“Kelasnya seru, apalagi olahraga ini cukup unik ya, lompat-lompat di atas sebuah trampolin tapi tetap seperti kardio dan aerobik yang membutuhkan cukup banyak tenaga untuk bisa mengimbangi kelasnya,” tutur Harlin Saputra di lokasi tempat fitnes, Kamis (19/1). Harlin merupakan peserta baru di kelas Saltar. Ia yang biasanya melakukan latihan lain mengaku tertarik dengan dinamika gerakan yang cukup menggelitik adrenalin.

Saat mencoba, Harlin pun seperti kembali ke masa kecil yang sesuka hati melompat. “Akhirnya saya penasaran dan mencoba. Memang ternyata kelas ini fun dan enjoy banget buat yang mau mencobanya. Karena banyak orang, terus ada musiknya dan olahraganya itu lompat-lompat di atas trampolin seperti anak kecil lagi main, jadi enggak cepat bosan dan jenuh,” sambungnya.

Kardio dan aerobik
Dalam satu sesi kelas, sang instruktur Novi Sagala menggunakan sembilan lagu dengan durasi total sekitar 55-60 menit. “Jadi biasa lagu pertama sampai keempat itu diisi gerakan yang lambat dan secara bertahap meningkat. Di lagu kelima dan keenam akan turun sedikit lalu lanjut pada gerakan maksimal di lagi ketujuh. Setelah itu di lagu kedelapan akan melatih perut dan kesembilan dilakukan cooling down,” jelas Novi. Repetisi gerakan melompat diyakini dapat menguatkan jantung sehingga dapat mencegah potensi penyakit kardiovaskular. Tidak hanya itu, gerakan melompat juga dipercaya baik untuk sistem limfatik, yakni sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa (bukan limpa) atau getah bening di dalam tubuh. Limfa berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Dengan sistem limfa yang bagus, tubuh lebih kuat dalam memerangi infeksi.

Meski tampak lebih seperti bermain, saltar nyatanya cukup menguras tenaga. Lavinia Daryanani, yang sudah beberapa kali mengikuti kelas, tampak cukup terkuras tenaga. “Karena ini kan nonsetop, istirahat juga hanya beberapa detik. Jadi menurut saya stamina harus siap dan tentunya jantung harus kuat karena olahraga seperti ini terus bergerak,” kata Lavina. Sementara itu, Harlin merasa latihan yang dilakukan langsung terasa di otot perut, pinggang, hingga kakinya.

Aman untuk semua kalangan
Banyaknya pilihan kelas kebugaran saat ini tentunya sangat membantu orang-orang yang sudah berumur atau bahkan yang pernah mengalami cedera untuk bergabung. Dari banyak kelas dan jenis olahraga kebugaran seperti ini, saltar ternyata dinilai sangat cocok untuk orang yang sudah berumur dan pernah cedera. Kata Novi, ini sangatlah aman untuk semua kalangan, apalagi untuk orang yang baru sembuh dari cedera dan dalam proses pemulihan. Sebab bahan trampolin yang digunakan sebagai alat lompat cukup aman dan bagus untuk melatih otot kaki serta tanpa berbenturan antara fisik dan tanah. Selain itu, tentunya porsi dan gerakan disesuaikan dengan kondisi fisik.

Untuk keamanan, Novi selalu mengingatkan sebelum kelas dimulai bahwa setiap peserta diharuskan menjadikan kaki bagian tumit sebagai tumpuan selama melompat. Pasalnya, banyak orang yang tidak mengetahui cara itu dan memilih menjadikan jari jemari sebagai tumpuannya. “Yang benar itu tumit yang dijadikan tumpuan karena kuat untuk menopang berat badan selama melompat. Yang dilarang itu menggunakan jari untuk menahan lompatan karena tidak kuat dan justru bisa membuat cedera,” pungkasnya. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya