Mengembalikan Seni Abstrak

(Edo Abdullah)
08/11/2015 00:00
Mengembalikan Seni Abstrak
(MI/ARYA MANGGALA)
SUDAH cukup lama karya lukis abstrak menyendiri seolah tak ada yang melirik. Semua menampak keengganan untuk sekadar bertukar sapa dengan karya lukis abstrak. Inilah yang kemudian menjadi alasan digelarnya pameran lukisan abstrak Remorphosis pada 30 Oktober-7 November di Balai Budaya Jakarta. "Secara umum, kita ingin kembali menyodorkan dan menyosialisasikan seni abstrak," ujar koordinator pameran, Andi Suandi, di sela pameran yang dibuka Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara, Kamis (5/11). Remorphosis juga bermaksud mengajak untuk meninjau kembali eksistensi seni lukis abstrak. Para perupa abstrak itu memotret peristiwa atau kejadian apa pun terkait dengan keberadaan mereka sebagai perupa yang setiap hari bersentuhan dengan realitas di Jakarta.

Remorphosis bermaksud mengulang kembali bentukbentuk yang subtil dan sublim. Penyubliman bentuk itulah yang ditonjolkan dalam pameran ini. Enam perupa berpamer bersama. Mereka ialah Andi Suandi, Ar Soedarto, Charles Schuster, Dwi Mukti Wibowo, Edo Abdullah, dan Revoluta S. Setiap perupa kental dengan gaya masing-masing. Andi Suandi, misalnya, menampilkan lima karya yang semuanya berjudul Hening dalam  Putih. Semua karyanya berlatar warna putihyang dominan. Hanya sedikit bagian kanvas yang dibubuhi warna lain. Menurutnya, kelima karya tersebut merupakan hasil refl eksi kehidupan dan perenungan spiritual. "Karya saya merupakan hasil pergulatan batin saya terhadap nilai-nilai
keseharian," terang Andi.

Selain Andi, masih ada perupa abstrak Charles Schuster asal Amerika. Ia memamerkan sembilan karya, di antaranya lukisan berjudul Neo Batik yang digoreskan pada kertas daur  ulang. Karya itu dibuat atas dasar kecintaan terhadap batik. Menurutnya, lukisan tersebut merupakan abstraksi dari batik motif parang. "Aku khawatir nanti batik asli hilang. Aku datang ke Indonesia sebab batik," ujar Charles. Bagi Charles, seni abstrak ada dalam semua bentuk, wujud, warna, garis, dan pola. Seni abstrak bukan untuk dimengerti, melainkan untuk dirasakan. "Seni abstrak ada di dalam kita semua. Jika saja kita bersedia untuk melihatnya," lanjutnya. Selain Andi dan Charles, beberapa karya turut dipamerkan, seperti My Sympathy karya Ar Soedarto, Eksistensi (Dwi Mukti Wibowo), dan Rumput Senja



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya