Terbang Mengitari Patung Liberty

Usman Kansong. usman@mediaindonesia.com
15/1/2017 02:00
Terbang Mengitari Patung Liberty
(MI/USMAN KANSONG)

“Halo. Selamat pagi. Saya Matt, pilot Anda yang akan membawa Anda terbang. Bila ada perta­nyaan, jangan sungkan,” kata pria berkepala licin itu. Matt ialah pilot helikopter yang akan membawa kami terbang menikmati Kota New York dan Patung Liberty dari ketinggian. Hari itu langit New York cerah bahkan terbilang terik. Suhu udara mencapai 29 derajat celsius. Helikopter siap terbang. Baling-baling sudah berputar kencang. Untuk menaiki helikopter kita harus memesan terlebih dahulu via website. Ada dua perusahaan helikopter wisata di sana, yakni New York Helicopters dan Liberty Helicopters. Mereka berbagi heliport di semacam dermaga di tepi laut.

Saya dan teman-teman memilih Liberty Helicopters. Setiap orang dikenai biaya U$285 untuk terbang sekitar 12 menit sampai 15 menit. Datang sekitar pukul 11.00, kami melapor kepada petugas Liberty Helicopters yang berjaga di luar gedung ‘terminal’. Sang petugas menanyakan berat badan kami. Dia juga memeriksa tubuh kami dengan metal detector. Dia juga menjelaskan semua tas bawaan harus disimpan di loker. “Cuma kamera yang bisa Anda bawa,” kata perempuan petugas berkulit hitam itu.

Kami kemudian masuk ke gedung terminal. Di dalam seorang petugas kembali menanyakan berat kami masing-masing. Kami berjumlah enam orang. Sebetulnya cukup untuk menumpang satu helikopter karena kapasitas maksimalnya memang enam penumpang. Namun, karena setelah dijumlah berat kami berenam melampaui kapasitas, kami harus dipisah dalam dua helikopter. Satu helikopter ditumpangi kami berempat dan dua penumpang lain, sedangkan yang satu lainnya ditumpangi dua di antara kami plus empat penumpang lain.

Keamanan terbang
Sebelum terbang, petugas membagikan kami pelampung yang diikatkan di pinggang. Sebelum terbang, kami juga diha­ruskan menyaksikan instruksi keselamatan di layar TV. Ketika tiba giliran kami, seorang petugas memandu kami menuju heliport Sebelum memasuki heli, petugas lain memotret kami. Belakangan kami tahu, foto hasil jepretannya bisa kami beli setelah kami terbang seharga sekitar Rp200 ribu. Tidak ada dari kami yang membeli foto tersebut karena kami bisa saling potret dengan kamera dan ponsel kami sendiri.

Tibalah saatnya kami memasuki heli. Dua teman terbang kami yang merupakan pasangan suami istri mendapat tempat di bagian depan di sisi kiri pilot, sedangkan kami berempat kebagian duduk di bagian belakang. Saya sendiri kebagian tempat duduk di sisi jendela sehingga bisa melihat-lihat memotret dengan lebih leluasa. Sebelum terbang, petugas mengecek ulang pelampung serta memastikan seatbelt sudah terpasang dengan betul. Kami juga memakai headphone. Headphone berfungsi sebagai peredam suara bising baling-baling heli, juga sebagai alat untuk mendengar instruksi pilot.

Setelah semua beres dan heli siap terbang, saat itulah Matt, sang pilot, menyapa kami. Sapaannya bisa kami dengar lewat headphone. Heli lantas berangsur-angsur mengudara. Pada ketinggian tertentu, heli melaju ke depan. Tujuan utama apa lagi kalau bukan Patung Liberty. Heli beberapa kali mengitarinya.

Pilot juga pemandu
Matt rupanya bukan cuma berfungsi sebagai pilot heli, melainkan juga sebagai pemandu. Dia menjelaskan objek penting yang terlihat dari ketinggian heli. Namun, saya tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang disampaikan Matt. Mungkin karena suara baling-baling yang terlalu keras. Mungkin juga karena saya memilih memperhatikan objek yang terlihat dari ketinggian heli ketimbang mendengar penjelasan Matt dalam bahasa Ingggris.

Selain Patung Liberty, objek di Kota New York yang kami lihat antara lain sejumlah jembatan (Brooklyn, Manhattan, dan George Washington), gedung pencakar langit Empire State, Stadion Yankee. Tak sampai 20 menit kami mengitari New York, heli kembali ke heliport di dermaga. Bagi saya pribadi, ini sungguh pengalaman menyenangkan. Terus terang di Indonesia saya belum pernah terbang dengan helikopter, tetapi saya mengalaminya di negara lain, di Amerika pula. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya