Tema Usang dalam Balutan Wayang

ABDILLAH MARZUQI
08/11/2015 00:00
Tema Usang dalam Balutan Wayang
(MI/ARYA MANGGALA)
LAYAR disingkap. Dinding panggung belakang sebelah kanan menampakkan tiga gunungan besar dengan posisi agak condong ke kiri. Begitu besarnya gunungan sampai memakan hampir separuh latar panggung. Teralis besar berbentuk persegi diletakkan miring di latar panggung sebelah kiri. Kedua properti latar itu bersinggungan. Keduanya sama-sama besar. Bagian belakang panggung temaram, tapi masih bisa terlihat jejeran pemusik dengan alat masing-masing. Lampu panggung sengaja tidak menyorot area para pemusik. Mereka hanya menerima pendaran cahaya dari lampu belakang panggung yang menyinari dinding panggung dan lampu panggung depan yang menerangi area bermain aktor. Area aktor terang dan area pemusik redup. Area bermain pemusik dan aktor hanya dibatasi wayang yang ditata berjejer.

Area pemain hanya diisi level panggung berbentuk bulat besar. Memang terkesan sederhana dan minimalis. Panggung hanya berganti properti untuk menandai pergantian latar ataupun adegan dalam rumah, ruang pertemuan, ruang hotel, bahkan kantor. Propertinya pun simpel seperti meja, sofa, kursi, dan pintu. Bahkan, untuk mengganti properti, cukup dilakukan pemain. Tidak perlu fade out atau menutup layar untuk pergantian latar. Namun, itulah salah satu kelebihan pementasan Inspektur Jendral oleh Teater Koma. Pentas ini tidak mengizinkan penonton memalingkan muka dari panggung barang sedetik pun. Pentas dibuka dengan masuknya Limbik dan Canguk dari arah depan melalui sisi kanan dan kiri panggung. Tak berselang lama, datang anggota panakawan lain, yakni Plitit, Srikayon, dan Bunguk.

Mereka berlima ialah anggota pasukan elite Canguk. Di awal pentas, mereka berbincang kondisi kerajaan Astina yang akan berperang melawan Amartha. Dialog mereka menjadi prolog untuk cerita selanjutnya. Lakon Inspektur Jendral bercerita tentang Wali Kota Ananta Bura yang gelisah akibat tersiar kabar Kerajaan Astinapura akan mengirimkan seorang inspektur jenderal. Tidak ada yang tahu persis tentang kedatangan dan kepentingan sang inspektur. Wali Kota Ananta Bura pun ketakutan. Kota yang dipimpinnya penuh dengan praktik korupsi, dari level atas sampai bawah. Ia takut praktik kotor pemerintahannya akan terbongkar. Para pejabat pun berunding. Mereka memutuskan untuk menyuap inspektur jenderal. Pada adegan ini, banyak ungkapan satire yang dilontarkan. Seperti saat Ananta Bura membaca surat dari tumenggung. "Kabar ini didapat dari orang yang bisa dipercaya dan ia bukan pejabat negara."

Bersamaan dengan gemparnya kota, seorang pemuda Anta Hinimba datang dan tinggal di sebuah hotel. Ananta Bura pun menduga Anta Hinimba ialah inspektur jenderal. Ia kemudian meminta Anta Hinimba tinggal di rumahnya. Wali kota dan pejabat menyuap Anta Hinimba untuk menyelamatkan diri masing-masing. Pada adegan ini, semua kebobrokan bermunculan, mulai Ananta Bura sampai pedagang kain. Semua mencari muka di depan Anta Hinimba demi satu tujuan, yakni menutupi borok masingmasing. Mereka saling menjelekkan dan membuka aib sesamanya. Mereka pun pada akhirnya menyadari Anta Hinimba bukan inspektur jenderal. Ia hanya seorang juru tulis yang senang mabuk dan berjudi. Namun terlambat, Anta Hinimba sudah melarikan diri dari kota itu.

Semua pejabat panik. Inspektur jenderal asli tiba tidak lama setelah Anta Hinimba pergi. Lakon Inspektur Jendral sebenarnya lakon lawas. Mulanya dibuat Nikolai Gogol dengan judul Revizor dan dipentaskan pada 1836 di Rusia. Berbeda dengan naskah asli yang hanya memainkan empat aktris, naskah kreasi Nano Riantiarno memasukkan banyak unsur pewayangan yang disadur hampir seabad berlalu. Namun, lakon ini tetap menarik untuk dipentaskan ulang sebab temanya universal, yakni korupsi. "Jadi korupsi itu sudah lama, bahkan sebelum pelacuran ada," terang Nano, seusai pementasan. Meski disadur dari naskah Rusia, Inspektur Jendral ala Teater Koma malah kental dengan nuansa tradisi. Tanpa meninggalkan alur cerita asli, unsur pewayangan banyak dimasukkan ke lakon ini, baik dalam penokohan, tata panggung, maupun latar cerita.

Masa persiapan pentas ini memakan waktu selama tiga bulan dihitung dari pembacaan dan bedah naskah. Selama jangka tersebut, latihan digelar selama lima kali seminggu. Bersamaan dengan itu, tim pendukung pun sudah mulai mendiskusikan eksekusi untuk pentas tersebut. "Prosesnya tiga bulan sesudah naskah selesai," terang produser Ratna Riantiarno. Pentas ini berdurasi 4 jam. Meski demikian, jangan berharap penonton akan bosan. Yang ada, justru kita akan dibuat terpana dan terpingkal. Juga dengan keindahan artistik yang memadukan budaya Eropa dengan Indonesia. Tak jarang, kita akan mengernyitkan dahi saat mendengar kalimat satire yang dilontarkan para aktor. Seperti salah satu lagu yang dinyanyikan lima aktivis punakawan.

Tak guna jika wali kota tak bekerja Korupsi, itu yang sangat penting Hanya korupsi, itu tindakan mereka Apa tak ada pemimpin baru? Yang betul-betul tak sudi korupsi? Pimpinan baru, pilihlah dia! Lakon Inspektur Jendral dipentaskan pada 6-15 November 2015 di Gedung Kesenian Jakarta. Pementasan ini menampilkan para aktor kawakan Teater Koma seperti Budi Ros, Ratna Riantiarno, Sari Madjid, Dorias Pribadi, Emmanuel Handoyo, Supartono JW dan Asmin Timbil. Selain itu, pentas digawangi penata kostum Rima Ananda Omar, penata musik Fero Aldiansya Stefanus, dan penata artistik Taufan S Chn. (M-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya