Kanker Mengintai di Daging Olahan

MI/ZIKO RIZKI
07/11/2015 00:00
Kanker Mengintai di Daging Olahan
()
LEMBAGA kesehatan dunia WHO menyatakan mengonsumsi 50 gram daging olahan atau dua iris daging asap setiap hari dapat meningkatkan risiko kanker usus besar hingga 18%.

International Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan berdasar 800 studi tentang penyebab kanker, terdapat hubungan intensitas makan daging dengan munculnya kanker, yaitu kanker usus. IARC menyorot dua jenis daging yang memiliki potensi penyebab kanker, daging merah (red meat) dan daging olahan (processed meat)

Daging merah dan daging olahan tentu memiliki definisi berbeda. Daging merah ialah daging berwarna merah tua yang belum dimasak, atau daging yang dijual segar. Jenis daging ini antara lain daging kambing, daging sapi, daging domba, dan daging babi. Daging olahan ialah daging yang tidak dijual secara segar yang sudah melalui proses didendeng, diasinkan, diasap, atau diawetkan seperti bacon, sosis, hot dog, ham, daging asap, dan peperoni.

IARC menyatakan terdapat dua bukti besar bahwa kanker usus dapat terjadi pada orang-orang yang mengonsumsi daging merah dan daging olahan. Apa yang coba dinyatakan IARC tidak terlepas dari beberapa riset yang dilakukan beberapa peneliti tentang kaitan kedua jenis daging dengan kanker usus.

Bukti hubungan konsumsi daging (baik daging merah atau daging olahan) dengan kanker usus. Pada 2011, beberapa peneliti di World Cancer Research Fund (WCRF) memublikasikan hasil analisis mengenai hubungan pengonsumsian kedua tipe daging dengan potensi kanker. Riset dilakukan dengan mengelompokkan konsumen sesuai dengan jenis dan jumlah porsi pengonsumsian memunculkan temuan utama perihal daging olahan yang lebih memiliki kaitan potensional dengan kanker usus. Porsi jumlah konsumsi membedakan potensi terbentuknya kanker. Mereka yang mengonsumsi daging olahan dengan porsi yang lebih banyak memiliki potensi lebih tinggi.

Daging merah
Selanjutnya, bagaimana daging merah dapat berbahaya bagi usus. Ini dibuktikan dengan senyawa yang ada melalui unsur kimia di dalam daging merah.

Potensi produksi kanker terjadi diawali bahan kimia yang terdapat dalam daging merah, haem. Haem yang merupakan bagian pigmen merah dalam darah, hemoglobin, akan membentuk senyawa N-Nitroso. Senyawa N-Nitroso ini akan merusak sel-sel yang melapisi usus. Fase penggantian ini dapat meningkatkan kemungkinan kesalahan dalam pengembangan DNA sel, dan pertanda langkah awal menuju kanker.

Memasak dengan temperatur yang kurang tepat atau dengan suhu berlebihan, misalnya dengan cara dipanggang (barbeku) juga dapat meningkatkan zat-zat karsinogen (beracun). Diperkirakan, sekitar 34 ribu kematian akibat kanker setiap tahun dapat diminimalkan dengan diet ketat mengurangi daging olahan.

Hasil temuan riset ini digunakan IARC dalam menetapkan dan mengklasifikasi daging sebagai penyebab kanker (karsinogenik). IARC menetapkan daging merah sebagai kategori grup 2a karsinogen atau setingkat dengan bahan yang memungkinkan menyebabkan kanker (probably causes cancer). Di sisi lain, daging olahan ditetapkan pada kategori grup 1 atau sebagai penyebab pasti kanker (causes cancer) karena hasil studi menyatakan mereka yang lebih banyak makan daging olahan ternyata 17% lebih besar terkena risiko kanker usus besar.

Potensi kanker yang dimunculkan kedua jenis daging itu bukan berarti menimbulkan sebuah larangan tegas untuk tidak makan daging.

Sebagai alternatif, masyarakat yang memasukkan daging sebagai diet harian dapat mengurangi porsi yang semula mengonsumsi 90 gram hingga 100 gram menjadi 50 gram per hari. Alternatif lainnya, masyarakat dapat menyubstitusi daging merah dan daging olahan ke ayam dan ikan, atau dapat mengimbangi konsumsi daging dengan sayur-sayuran atau buah-buahan yang dapat menetralkan kadar negatif yang terkandung pada daging. (IARC/Independent.co.uk/AFP/L-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya