Cara Anggun Latihan Mental

MI/SITI RETNO WULANDARI
25/10/2015 00:00
Cara Anggun Latihan Mental
(DOK. PRIBADI)
UJIAN itu mungkin terdengar sederhana, yakni berjalan, berlari kecil, dan membentuk lingkaran di titik-titik tertentu. Namun, bagi Nabila Putri Shariva dan Zamorano, hal ini merupakan tantangan yang cukup menuntut kemampuan.

Zamorano ialah kuda putih berusia enam tahun milik Nabila atau akrab disapa Bela. Selasa (20/10), Nabila dan Zamorano akan menjalani ujian itu sebagai bagian pertandingan berkuda cabang dressage (tunggang serasi) di Arthayasa Stables & Country Club, Depok.

Hasil latihan selama delapan tahun terlihat hari itu. Nabila mampu mengarahkan Zamorano dengan mulus. Senyum pun tersungging di wajah gadis 14 tahun itu.

Tidak hanya menunggang, Nabila juga terlihat cekatan mengurus perlengkapan sebelum berkuda. Selebrak (alas pelana), pelana, dan berbagai perlengkapan lain ia pasang sendiri. Nabila mengatakan hal ini pun rutin ia lakukan saban akhir pekan yang merupakan jadwal ia berlatih dengan sahabat berkaki empatnya itu. Nabila hanyalah satu dari banyak warga Jakarta yang hobi berkuda.

Peminat berkuda terus tumbuh, termasuk di kalangan remaja, bahkan anak-anak. Hal ini terlihat pada pertandingan hari itu yang diikuti sekitar 27 anak.

Nabila yang berlatih sejak usia enam tahun mengaku awalnya tertarik karena bisa berinteraksi dengan kuda. Berkuda memang sebuah olahraga yang bisa mengasyikkan dan berefek positif untuk segala usia. "Awalnya hanya suka dengan kuda, minta didaftarkan kursus berkuda, lama-lama jadi menyenangkan. Adrenalin terpacu dan ternyata banyak hal yang harus dipelajari karena tak sekadar duduk di atas kuda," tutur gadis berkerudung itu.

Tantangan mental dan fisik

Begitu belajar, Nabila pun mengetahui bahwa duduk dengan baik di atas pelana sudah membutuhkan usaha besar. Belum lagi menumbuhkan kepercayaan diri. Tubuh penunggang juga tidak boleh tegang. Ini penting untuk bisa seirama dengan gerakan kuda dan pada akhirnya berpengaruh pada keseimbangan.

Tidak hanya soal fisik, menunggang berarti pula harus belajar berkomunikasi dengan kuda. Wujudnya bukan saja soal menggunakan tali kemudi atau cambuk, melainkan juga lewat belaian, tepukan, atau bahkan bisikan penuh perhatian pada kuda.

Setelah itu, tantangan pun makin berat seiring dengan teknik-teknik berkuda yang ingin dikuasai, misalnya, teknik berlari dan melompat. Tidak kalah penting, menjadi penunggang yang baik berarti pula memiliki disiplin dan dedikasi. Seperti yang Nabila lakoni, sejak kanak-kanak ia harus belajar merawat kuda.

Dari situ, berkuda pun menjadi olahraga yang dinilai bisa ikut membentuk karakter positif pada penunggangnya. Tidak mengherankan bila banyak orangtua mendorong anaknya untuk menjajal olahraga ini.

Anto Budiarto, 45, salah satu pelatih olahraga berkuda di Arthayasa, menilai berkuda juga memiliki segudang manfaat untuk kesehatan manusia. Contohnya, organ paru-paru dan jantung juga terlatih karena menunggang kuda sama seperti halnya berlari.

"Bagian tubuh yang bekerja lebih mulai dari pinggang hingga kaki. Irama untuk membuat kuda melompat atau berlari kecil juga kami latih. Berkuda juga bisa diberikan kepada anak berkebutuhan khusus untuk melatih konsentrasi dan sosialisasi mereka," ungkapnya.

Anto juga menjelaskan olahraga berkuda juga memberikan kesempatan luas untuk penunggang dapat menjadi atlet. Ada empat disiplin atau cabang yang bisa dipilih penunggang, mulai jumping (lompatan), dressage (tunggang serasi), eventing (perpaduan jumping, dressage, dan cross country), dan endurance (ketahanan dan kecepatan kuda).

Kuda dan poni

Sayangnya, berkuda memang bukan olahraga yang ramah untuk semua kalangan. Seperti diketahui umum, harga seekor kuda setidaknya ratusan juta rupiah.

Harga kuda dibedakan berdasarkan beberapa kategori, misalnya, dari tinggi atau ras kuda. Rizqi, dokter hewan yang bertugas di Arthayasa, mengemukakan ada satu kesalahan umum soal ras kuda, yakni terkait jenis pony.

Rizqi menjelaskan, hewan yang disebut kuda memiliki karakteristik tinggi di atas 150 cm, sementara yang tingginya di bawah 150 cm dengan berat 100-200 kg disebut dengan nama poni.

"Bukan kuda poni, tetapi hanya poni," tukasnya.

Perlengkapan seperti sepatu kuda dan biaya pemeliharaan juga tidak murah. "Sepatu kuda itu terbuat dari besi karena keseringan diajak bermain sering melukai kaki. Ada tenggat penggantian sepatu, sekitar dua bulan sekali," ujarnya.

Soal pakaian, penunggang harus mengenakan celana khusus yang bentuknya harus pas badan. Hal ini bertujuan menunjang kenyamanan dan gerak tubuh. Penunggang juga harus mengenakan sepatu bot, helm, dan sarung tangan. Harga tiap-tiap perlengkapan itu bisa mencapai jutaan rupiah. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya