Menafsir Ulang Peran Wanita

Zuq/M-6
18/10/2015 00:00
Menafsir Ulang Peran Wanita
(MI/Abdi Z)
SUPERDAUGHTER, superwomen, superwife, supermom, supersocial, superhuman, supertired. Kata-kata itu tertulis dalam tujuh anak tangga, dari yang paling bawah anak tangga bertulis superdaughter (anak perempuan super) sampai yang paling atas bertulis supertired (sangat lelah). Anak tangga itu merupakan bagian penyusun dari sebuah tangga utuh yang terbuat dari bantal berbalut kain putih. Tangga digantung dan bertumpu pada sepatu hak tinggi. Di sampingnya, terdapat artikel dari buletin Dharma Wanita berjudul 'Bagaimana Istri/Wanita yang Ideal' yang ditulis Ny ST Saniah Lanisa, bertarikh 1978.

Instalasi berjudul 'Perempuan yang Harus' ialah karya Marishka Soekarna pada pameran bertajuk Wani Ditata Project; Citra Wanita Dalam Bingkai Birokrasi Negara yang dihelat di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki, 3-19 Oktober 2015. Karya tersebut dibuat Marishka untuk merespons artikel yang menurutnya mengandung makna ekspektasi yang sangat tinggi terhadap keidealan peran perempuan.

"Cara-cara menjadi perempuan dari kecil, dewasa, menjadi istri, kemudian seorang ibu seakan telah dirumuskan dan seperti tidak ada ruang untuk cela," tegas Marishka, saat ditemui di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki, Jumat (16/10). Selain Marishka, terdapat tujuh perupa lain yang juga turut berpameran. Mereka ialah Aprilia Apsari, Julia Sarisetiati, Kartika Jahja, Keke Tumbuan, Otty Widasari, Tita Salina, dan Yaya Sungyakni.

Karya Keke berupa instalasi video berjudul Poco-Poco dan Bernyanyi Bersama, Selain Menyenangkan juga Bisa Mencegah Alzheimer. Instalasi tersebut menyoroti Dharma Wanita sebagai organisasi yang berdiri bukan atas kesamaan minat dan keinginan para anggotanya sehingga sulit untuk menemukan sisi menarik organisasi ini. Keke justru tertarik untuk menyimak aktivitas rekreasi mereka yang tak jauh dari musik.

Kartika Jahja dalam instalasi berjudul Titik Titik Titiek menyoroti tema identitas sebagai persoalan yang dialami hampir semua perempuan. Menurutnya, sehebat apa pun seorang perempuan, ia akan tetap dikenang sebagai istri seseorang. Perempuan sulit merealisasikan dirinya sebagai individu yang utuh, sebab selalu dituntut untuk mengambil peran pendukung.

Melalui karyanya, Kartika mencoba menceritakan perjalanan seorang perempuan yang lahir sebagai Nona Titiek Soenarti. Ia kemudian bertransformasi menjadi Nyonya Agoes Bakhtiar. Kartika menggunakan 14 bantal yang digantung. Bantal dibagi dalam dua sisi; kanan dan kiri. Tujuh bantal di sisi kiri bertuliskan 'Nona Titiek Soenarti', sedangkan tujuh bantal di sisi kanan bertuliskan 'Nyonya Agoes Bakhtiar'. Bantal di kedua barisan sisi ditata semakin ke ujung semakin merapat, sampai kedua sisi berdekatan.

Dharma Wanita
Kurator pameran Angga Wijaya menerangkan bahwa pameran Wani Ditata Project ini merupakan pembacaan ulang sejarah terhadap organisasi Dharma Wanita yang berdiri saat Orde Baru berkuasa (1966-1998). Proyek itu dilakukan dengan cara melakukan penelitian, baik melalui arsip maupun observasi langsung. Proses penelitian kemudian dijadikan basis pembuatan karya.

"Jadi sebelum membuat karya, kurator dan seniman bersama-sama melakukan riset. Untuk pameran ini, riset dilakukan sejak Mei-September, sekitar lima bulan," jelas Angga. Wani Ditata Project adalah proyek seni. Artinya, tidak sekadar melihat seni dari bentuk jadi atau hasil karya. Lebih dari itu, proyek seni menekankan pada proses sehingga terbuka bagi pengembangan ide.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya