Sukses Memilih Jalan Keluar

(Her/M-4)
11/10/2015 00:00
Sukses Memilih Jalan Keluar
(MI/Hera Khaerani)
KECEMASAN Anne Hathaway yang memerankan Jules Ostin dalam film The Intern rasanya mampu menggambarkan apa yang dirasakan banyak pendiri perusahaan rintisan (startup) yang ada di berbagai belahan dunia. About the Fit merupakan start yang dimulai dari dapurnya sendiri, sebelum menjadi perusahaan e-commerce fesyen yang pesat pertumbuhannya dengan 220 karyawan. Saat makin maju, dia semakin sibuk dan tidak bisa menangani segalanya sendiri. Saat itulah investornya menyarankan agar memberikan posisi CEO kepada seseorang dari luar perusahaan. Sontak Jules takut bila keputusan itu akan mendatangkan orang yang malah membawa perusahaannya itu ke arah yang tidak sejalan dengan prinsipnya, belum lagi dengan sebagai inisiatif dari kepalanya menjadi roh perusahaan itu, dia tidak yakin bisa tahan dipimpin atau menjadi bawahan orang lain.

Nyatanya, setiap startup yang ingin sukses selayaknya sudah memiliki exit plan sedari awal. Pilihannya ada dua, antara merger atau akuisisi (M & A) oleh perusahaan lain, atau IPO dengan menjadikannya perusahaan publik yang menawarkan saham secara terbuka. Belakangan, M & A lebih banyak disarankan karena dianggap sebagai pilihan yang menguntungkan kedua belah pihak. Perusahaan rintisan digabung dengan perusahaan yang lebih besar, hingga memungkinkan baik pendiri maupun investornya mendapat uang. Di sisi lain, hal itu memungkinkan penambahan keterampilan, pelanggan, dan peluang pertumbuhan.

Pilihan IPO mulai jarang direkomendasikan para pakar karena beberapa alasan. Umumnya perintis startup akan khawatir dengan tingginya kewajiban, banyaknya tuntutan pemegang saham, juga biayanya yang tinggi. Terlepas dari pilihannya, pada akhirnya sukses atau tidaknya sebuah startup bisa menjadi sangat relatif. Ada yang berhasil masuk ke tahap berikutnya, besar dengan nama yang tetap sama, dengan jumlah karyawan, penghasilan, dan varian produk yang berbeda. Ada yang diakuisisi lantas berganti nama.

Tren sesaat
Namun yang harus diwaspadai, menurut County Manager Withtone.com Dina Kosasih, seiring dengan meluasnya tren mendirikan perusahaan rintisan ialah niat yang hanya sesaat. "Sekarang ini lewat kompetisi orang banyak yang tertarik karena tantangannya, ide muncul karena tantangan dan dapat hadiah atau uang. Selebihnya apakah perusahaan itu bisa tumbuh atau tidak, tidak banyak yang peduli," cetus Dina soal banyaknya startup yang muncul tapi hilang dalam waktu cepat, gagal berkembang. Persoalan lain yang juga dilihat Nadiem Makarim di ekosistem Indonesia yang kini mulai banyak investor tertarik mendanai startup ialah pendiri terlalu terburu-buru ingin mendapat investasi besar di awal tanpa mempertimbangkan risikonya.

"Startup di tahap awal harus pelit, berkembang sedikit-sedikit saja di awal supaya nantinya bisa bertahan lama," sarannya. Menurut pandangannya, banyak yang terperangkap dengan menerima investasi besar di tahap awal, lalu tidak leluasa untuk mengembangkan perusahaan sesuai visi awalnya. Di sisi lain, saat berbicara exit plan, dia mencoba meluruskan bahwa ketika exit sekalipun, tidak berarti pendirinya harus ikut keluar dari perusahaan itu. Adapun yang terpenting ketika sudah ada banyak pihak lain memiliki saham di perusahaan yang sama, tantangan barunya ialah untuk menyukai
investornya dan disukai investor tersebut agar bisa terus profesional bekerja sama.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya