Memburu Makhluk Misterius Cutbacut

Abdillah M Marzuqi/M-2
23/10/2016 07:00
Memburu Makhluk Misterius Cutbacut
(MI/ABDILLAH M MARZUQI)

MALAM itu, panggung masih menyisakan sedikit aroma basah. Sekira 1 meter, panggung buatan itu berdiri kukuh. Tanpa atap, dibiarkan panggung itu terbuka. Panggung artistik itu selayaknya seni instalasi dengan bambu-bambu utuh yang tidak dipotong pendek. Bambu panjang itu malang melintang dengan rupa estetis.

Memang, beberapa saat sebelumnya, hujan lebat mengguyur arena pentas itu. Becek dan dingin. Namun, tak pula surut. Penonton tetap saja berjejal memadati area sekitar panggung.

Menggagas sebuah pementasan teater dengan aktor-aktor yang belum memiliki pengalaman teater tentu memiliki tantangannya tersendiri.

Tak diragukan lagi, prosesnya perlu pertimbangan matang dan dalam agar teater selain memiliki pencapaian estetika juga memiliki manfaat langsung buat pelaku dan penonton. Supaya teater tidak terasing, teater tetaplah mesti setia pada tujuan dasarnya: memberikan hiburan dan pendidikan.

Itulah yang dilakukan Semi Ikra Anggara di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Ia salah seorang pemain teater yang karyanya dipentaskan dalam Selamatan Budaya Tulang Bawang Barat 2016 di Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) Lampung pada 11-12 Oktober 2016.

Program Selamatan Budaya Tulang Bawang Barat 2016 merupakan hasil riset dan penciptaan beberapa seniman selama 2015-2016. Di antaranya Auguste Soesastro (perancang pakaian adat Tulang Bawang Barat), Hartati (koreografer tari adat Nenemo Tulang Bawang Barat), Hanafi (perupa), Semi Ikra Anggara (pemain teater), Lawe Samagaha (komponis), dan sembilan sastrawan yang menulis buku Kerja Sastra dari Tubaba, serta Andra Matin yang merancang Masjid 99 Cahaya dengan konsep tanpa kubah, tanpa menara.

Pementasan teater berjudul Perburuan Cutbacut yang Tak Pernah Selesai. Lakon ini meminjam cerita lisan masyarakat Tubaba tentang cutbacut. Ia makhluk mitos pemakan mayat di kuburan. Masyarakat Tubaba juga memakai cutbacut sebagai ujaran untuk menunjukkan sifat pemalas, korup, dan tidak berguna.

Dalam pantas itu cutbacut digambarkan sebagai makhluk misterius yang bertransformasi dalam berbagai wujud. Bermula dari sebuah tiyuh (kampung) yang mendapat berbagai wabah. Para tetua meyakini wabah tersebut karena ulah cutbacut. Karena itu, dipilihlah empat remaja untuk memburu cutbacut di berbagai waktu dan peristiwa. Mereka bertemu cutbacut dalam peristiwa perang di abad ke-19 antara Pasukan Raden Inten II dan Pasukan Belanda, bertemu di abad ke-21 saat cutbacut bertransformasi menjadi Pokemon.

Akhirnya mereka bekerja sama dengan Raden Jambat saat bertemu di salah satu kampung di Tubaba, yakni Pagardewa.

Falsafah lokal

Pada bagian tertentu disisipkan falsafah lokal masyarakat Lampung: Pi'il-Pasenggiri (punya nama besar dan gelar), Juluk-Adok (suka bersaudara dan memberi), Nemui-Nyimah (bertangan terbuka), Nengah-Nyampur (ramah dan suka Bergaul), dan Sakai-Sambaian (berkarya besar dan tolong menolong).

Falsafah orang Lampung tersebut tampak relevan dengan kehidupan aktual. Diperlukan semacam kerja universalisasi supaya nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya bisa lebih berterima. Berikutnya bagaimana nilai-nilai tersebut ditubuhkan dalam panggung teater. Proses teater dimulai sejak Februari, diawali riset literatur yang bersinggungan dengan Tubaba, wawancara dengan sejumlah sumber, lalu sejumlah rangkaian work shop.

Tentu bukan hal mudah bagi seorang sutradara untuk menciptakan pertunjukan dengan pemain dan penonton yang belum pernah mengenal teater sama sekali. Apalagi, untuk latihan, mereka harus menghadapi kondisi medan yang begitu berat membelah perkebunan karet dan sawit. Tampaknya Semi berhasil menularkan virus cinta teater kepada masyarakat Tubaba, tidak hanya pemain, tetapi juga penonton. Banyak anak tak mau pulang sebelum pentas usai. Tawa acap kali muncul dari para penonton. Semi sukses mewujudkan tujuan berteater. "Tujuan saya berteater cuma satu sebenarnya, membuat orang bahagia," terang Semi.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya