Hangatnya Matahari Emas Bukit Sikunir

Dzulfikri Putra Malawi
16/10/2016 01:00
Hangatnya Matahari Emas Bukit Sikunir
(MI/DZULFIKRI PUTRA MALAWI)

BANYAK cara menuju dataran tinggi Dieng, salah satunya via Semarang. Memang cukup lama untuk menempuh waktu menuju kawasan Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar, Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Dibutuhkan lebih dari 3 jam perjalanan untuk tiba di Wonosobo. Saya yang menggunakan bus besar merasa diuntungkan karena bisa tidur dalam perjalanan.

Bertolak dari Semarang pukul 23.30 WIB, saya tiba di Bondowoso pukul 03.00 WIB dini hari. Kemudian saya beserta rombongan Media Gathering PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) berganti kendaraan yang lebih kecil untuk menuju dataran tinggi Dieng. Tepat pukul 04.00 WIB kami sampai di lahan parkir menuju puncak Bukit Sikunir. Hawa dingin pun serta merta menusuk tulang. Kata warga setempat, suhu malam itu tidak terlalu dingin karena habis diguyur hujan. Bagi saya dua lapis baju hangat dan penutup telinga cukup membuat suhu badan terasa hangat dan saya siap menanjak 800 meter menuju puncak Bukit Sikunir.

Matahari terbit emas

Bukit Sikunir memang dijuliki sebagai tempat untuk menikmati golden sunrise. Anda jangan lupa membawa senter atau alat penerangan lainnya karena pendakian dilakukan saat masih gelap. Untungnya jalur pendakian Bukit Sikunir sudah dibuat cukup rapi dan mempermudah para pendaki awam dengan dibuatkan pagar pembatas dan tali yang membantu untuk berpegangan. Beberapa anak tangga memang begitu curam. Hanya kurang dari 400 meter yang landai. Jalur pendakian ini juga sudah dilengkapi dua musala yang bisa digunakan sebagai tempat peristirahatan sambil menunaikan ibadah Subuh.

Sepanjang jalur pendakian landai, sisi kanan-kiri dipenuhi dengan warung kopi dan gorengan. Ada yang tidak biasa, yaitu kentang kecil yang diolah menjadi semur, rendang, dan beragam bumbu lainnya sesuai dengan keahlian memasak sang penjual. Beberapa di antaranya sudah ada yang siap. Tak salah bila Anda membeli sebungkus kentang ini seharga Rp5.000 sebagai bekal pendakian. Terletak di ketinggian 2.350 MDPL, Bukit Sikunir tak pernah sepi dari kunjungan wisatawan. Umumnya mereka ingin melihat panorama terbitnya matahari berlatar belakang langit di sekitar Dieng dan Gunung Sindoro.

Para pengunjung rela mengurangi jam istirahat agar mendapatkan titik terbaik untuk melihat atraksi utama yang dinantikan. Rata-rata wisatawan tersebut baru pertama kali ke Dieng dan sedikit dibuat penasaran seperti apa keindahan matahari terbit yang disebut-sebut salah satu terbaik di dunia. Benar saja, ketika fajar menyingsing, matahari perlahan menyapu langit-langit yang menyebabkan pendar cahaya oranye, ungu, dan biru. Dari kejauhan Gunung Sindoro berdiri gagah. Begitu Indah. Semakin terasa berwarna emas saat matahari mulai gagah menunjukkan bentuknya di sela-sela hamparan pegunungan di depan mata.

Pengunjung riuh

Waktu pendakian yang terasa melelahkan terbayar sudah. Di akhir pekan, bukit ini memang ramai sekali. Tapi untungnya bukit Sindoro memiliki banyak tempat untuk menikmatinya. Tinggal Anda pilih saja tempat Anda duduk menikmati. Sesekali kabut awan yang melintasi bukit menjadi pertunjukan tersendiri. Ia seperti segerombolan penari di atas panggung dengan siraman cahaya dari matahari pagi. Indah! Sementara di bagian barat saya bisa melihat lanskap desa tertinggi di pulau Jawa, yaitu Desa Sembungan.

Hari itu saya sedang beruntung karena hanya selang 2 jam, keadaan alam berubah menjadi mendung dan diakhiri guyuran hujan. Mungkin untuk Anda yang ingin bepergian ke Dieng sebaiknya mengatur jadwal di musim panas saja. Tak apa bila suhu semakin dingin daripada harus menyaksikan hamparan langit berwarna abu di puncak yang menjanjikan golden sunrise. (Fik/M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya