Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
HARI Batik Nasional memang sudah berlalu, tetapi semangat perayaannya semestinya tidak mengenal waktu. Hal itu pula yang tampaknya ingin terus didorong para desainer Tanah Air.
Lewat karya-karya teranyar, mereka menunjukkan batik telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari fesyen masa kini.
Contohnya terlihat pada karya kolaborasi Danar Hadi dan Sapto Djojokartiko, juga kolaborasi Batik Jawa dan Jeffry Tan pada acara Batik Fashion Week 2016 yang diselenggarakan di Plaza Indonesia.
Nama-nama besar itu mengolah motif parang, yang menjadi tema besar acara, untuk dijadikan busana dengan tampilan muda dan modern. Danar Hadi dan Sapto mengeluarkan busana bersiluet lurus dengan permainan pada kerah. Sementara itu, Galeri Batik Jawa dan Jeffry Tan memadukan unsur Jawa dengan Jepang lewat aksen obi.
Koleksi busana batik yang modern juga terlihat di acara The Spectrum of Batik yang digelar Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI). Lewat kerja sama dengan desainer tata cahaya dari Trilite Wesia Geni, IPMI menampilkan busana batik karya 23 anggota mereka dalam bentuk instalasi dan sebagian kecil lainnya dikenakan model.
"Kepada teman-teman desainer kami berikan pedomannya, intinya bisa menggambarkan cinta, semangat, cahaya, baru mereka bebas untuk memilih kain batik mana yang akan diambil," ujar Era sembari mengajak rekan-rekan media berkeliling menikmati rancangan para desainer di acara The Spectrum of Batik, Rabu (5/10).
Danny Satriadi menampilkan busana bernuansa hitam putih yang terdiri atas blus tanpa lengan dan rok mullet dengan potongan tegas. Batik ditampilkan pada sisi depan blus dan rok.
Ada pula karya Carmanita yang berupa terusan selutut dengan dominasi motif batik totol. Potongannya tetap pada ciri khasnya yang longgar dan berteknik drapery.
Sementara itu, dari peragaan tahunan Alleira, ditampilkan koleksi batik sarimbit keluarga dengan berbagai motif batik cirebon, yogyakarta, dan Lasem. Motif-motif itu dikemas dalam warna-warni cerah sehingga pas dikenakan orangtua dan anak.
Kenduri Edward Hutabarat
Batik Cirebon juga diangkat Edward Hutabarat dalam peragaan koleksinya yang berlangsung pada Kamis (15/8) di Jakarta. Desainer kawakan yang akrab dipanggil Edo itu secara khusus mengangkat batik motif sawung galing dan batik garis yang kemudian dikemas dalam gaun-gaun longgar.
"Gaun ini kebanyakan dipola terlebih dahulu sebelum dibatik. Saya menggarap batiknya secara khusus bersama seniman batik asal Cirebon, Nur Cahyo," tutur Edo. Untuk deretan busana pria, Edo yang dianugerahi Annual Iconic Merit Award 2016 dari Senayan City memilih menyajikan gaya kimono.
Paduan sarung dan motif batik dengan atasan kimono yang rata-rata berpola garis tampil gagah dengan bahan kaku. Ada juga kimono batik garis yang dipadukan dengan selendang batik.
Potongannya rapi kendati cenderung besar dan menjuntai. Jika diperhatikan dengan teliti, banyak atasan kimono yang terdiri atas dua kain batik garis yang berlainan warna antara sisi dalam dan luarnya.
Malam itu, peragaan busana Edo juga ibarat pertunjukan seni yang komplet. Selain bekerja sama dengan Joko Avianto untuk instalasi bambunya, kain batik dipamerkan lewat instalasi batik yang bekerja sama dengan Japa Wibisana, Ary Juwono, dan Roland Adam. Hal itu di antaranya dapat terlihat pada kain batik yang menjuntai di langit-langit panggung, sebagai elemen dekoratif.
Terkait dengan konsep peragaan busana yang kaya budaya Indonesia dari berbagai aspek itu, Edo berkata, "Saya ingin semakin banyak generasi muda mencintai tradisi dan kebudayaannya. Selama melakukan perjalanan riset selama lebih dari 20 tahun terakhir, saya semakin menyadari bahwa Indonesia memiliki peradaban yang tinggi, dan saat ini peradaban itu seperti yang tersisa." (Her/M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved