Tari Selamat Datang dari Tanah Papua

Abdillah M Marzuqi
18/9/2016 04:40
Tari Selamat Datang dari Tanah Papua
(MICOM/Muhammad Zen)

SERAMPANG bunyian menyeruak. Membran berbahan kulit rusa menghasilkan bunyian yang khas. Hasil getaran dari membran itu diolah dan diperkuat dalam rongga sebatang kayu. Itulah tifa, alat musik pukul khas dari Indonesia bagian ujung timur, Tanah Papua 'Bumi Cenderawasih'.

Alat musik pukul itu begitu serupa dengan kendang. Kayu berbentuk silinder dengan bagian tengah menyempit. Kedua bagian ujung tetap dengan diameter yang hampir sama ukuran. Salah satu ujung ditutup dengan kulit rusa. Bagian itulah yang dipukul dan mengeluarkan bunyi.

Rampak tifa itu tidak sendiri. Seseorang didapuk untuk bersenyawa dengan barang itu. Kedua telapak tangannya bergantian bersua dengan lembar merentang kulit rusa. Bunyian itu terus menghentak, seiring dengan gerak tari tari yang dilakonkan beberapa pasangan remaja.

Mereka menggerakkan kaki dan tangan, seiringan dengan buyian tifa. Tidak tampak gerakan rumit. Semua mudah diikuti. Lutut kaki diangkat sampai setinggi pinggang. Bergantian antara kaki kanan dan kiri. Tangan berayun bersesuaian dengan angkatan kaki. Tubuh mereka meliuk, merendah, dan merunduk. Seolah senyawa terjadi di antara semua. Ada harmoni antara gerak dan bunyi.

Mereka memakai kostum dari kulit pohon dan akar tumbuhan. Bahan alami itu diolah sedemikian rupa hingga bisa menutup tubuh. Penutup kepala, kalung, dan gelang, serta lukisan etnik mewarnai tubuh mereka. Nuansa khas Papua sangat melekat dalam setiap apa pun pada mereka.

Irama energik pembawa semangat ceria. Alunan nada dan gerak mampu membimbing dan membawa para tamu untuk larut dalam suasana sukacita. Itulah tari selamat datang ala suku Malamoi yang tinggal di wilayah kepala burung Pulau Papua, yakni Kabupaten Sorong. Tari Selamat Datang atau Tari Penyambutan Tamu dibawakan para penari pria dan wanita untuk menyambut tamu kehormatan atau tamu penting yang berkunjung.

Kala itu mereka sedang menyambut tamu terhormat, yakni Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono. Menteri Basuki melakukan groundbreaking di bakal lokasi Perumahan Green Sorong, Kabupaten Sorong (2/9). Selain melakukan groundbreaking, Menteri Basuki menyerahkan buku Reporter Cilik yang diprakarsai Media Indonesia. Buku tersebut diserahkan kepada perwakilan dari beberapa sekolah di Kabupaten Sorong dan Kabupaten Raja Ampat.

Tari Penyambutan Tamu atau Tari Selamat Datang itu punya sebutan sendiri dalam bahasa suku Malamoi. Dalam bahasa lokal, tarian itu dinamakan Nanini. "Itu Nanini. Nanini itu kemari, kemari bersama," ujar salah seorang warga suku Malamoi, Seliko Tok Mola.


Khas dan energik

Selain gerakannya yang khas dan energik, tarian itu tentu kaya makna dan nilai kearifan. Tarian itu sudah ada sejak dahulu. Bahkan, ungkapan lokal untuk penyambutan tamu itu sampai saat ini masih terjaga. "Itu sejak nenek moyang kita. Sudah ada," tambahnya lagi.

Tari Selamat Datang sudah ada sejak zaman dahulu. Di Papua pada dasarnya memiliki banyak suku dan setiap suku biasanya memiliki ciri khas tersendiri dalam melakukan tarian selamat datang.

Tarian itu dimaknai sebagai ungkapan rasa hormat dan tanda bahwa tamu tersebut diterima dengan baik oleh masyarakat di sana. Selain itu, tarian tersebut dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan masyarakat dalam menyambut para tamu. Hal tersebut sangat terlihat dari gerakan dan ekspresi para penari yang menari dengan penuh keceriaan serta kebahagiaan.

Para penari wanita menjemput para tamu, kemudian memasangkan penutup kepala serta kalung sebagai tanda penghormatan mereka. Tamu tersebut kemudian diajak menari bersama para penari hingga selesai. Hal itu menggambarkan bahwa para tamu sudah diterima dengan baik oleh masyarakat dan sudah menjadi bagian dari mereka.

Setelah melakukan tarian, para penari wanita akan mengapit dan mendampingi tamu untuk melakukan prosesi selanjutnya untuk mengesahkan kehadiran para tamu telah diterima masyarakat setempat.

"Mencuci kaki, injak piring, terus pemasangan cenderawasih," pungkasnya. Setelah semua prosesi itu, barulah tamu menjadi bagian dari masyrakat setempat sekaligus mendapati penerimaan secara penuh seluruh. (Abdillah M Marzuqi/M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya