Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
SEMANGAT Samsi menggebu saat menceritakan panen yang kini bisa ia raih.
Bukan hanya hasilnya yang melimpah, petani di Desa Batudulang, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), juga bisa menaikkan harga penjualan.
Harga jual kemiri bersih mencapai Rp22 ribu per kilo, sedangkan cangkangnya bisa dijual dengan harga Rp1.000 per kilo.
Padahal, hingga tiga tahun lalu, per kilogram kemiri yang ia produksi hanya dihargai Rp5.000.
Harga ini dirasa tidak sepadan dengan usaha yang mereka keluarkan.
Perbaikan harga tercipta karena para petani tidak begitu saja menjual kemiri sehabis panen. Kemiri mereka jemur terlebih dahulu di bawah sinar matahari, kemudian cangkang dengan isinya dipisahkan.
"Kemiri menjadi lebih bersih, cangkangnya pun tidak terbuang menjadi limbah," jelas Samsi kepada Media Indonesia seusai acara diskusi bertajuk Grand Strategi Pengolahan Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang Terintegrasi Berbasis Bentang Alam di Festival Pesona (Perhutanan Sosial Nusantara), Rabu (7/9).
Kisah Samsi dan rekan-rekannya sesama petani di Batudulang menjadi contoh kesuksesan program itu.
Samsi juga menjelaskan pengolahan hasil panen itu juga menghasilkan bahan baku untuk kelompok masyarakat lain.
Cangkang kemiri dimanfaatkan kelompok masyarakat di Lombok Tengah untuk menjadi sumber bahan bakar buat mengolah tembakau.
Kisah kesuksesan itu tidak dihasilkan sendiri oleh para petani Desa Batudulang.
Pengolahan hasil panen itu merupakan salah satu bentuk proyek Kanoppi (kayu dan nonkayu serta produksi dan pemasaran, terintegrasi, Indonesia).
Proyek Kanoppi dijalankan gabungan tim dari organisasi lingkungan maupun universitas, di antaranya Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (Cifor), WWF Indonesia, dan Peneliti Universitas Mataram.
"Kami jadi tahu tentang regulasi. Kami tahu sebenarnya produksi kemiri kami bisa dijual dengan harga lebih tinggi asalkan diolah terlebih dahulu," tambah Samsi.
Pengolahan panen yang dimulai sejak tiga tahun lalu itu, dikatakan Samsi, tidak dikeluhkan petani.
Hanya, mereka juga menginginkan adanya perluasan pasar.
Selama ini produk mereka hanya mampu dijual di pasar lokal.
Padahal produk mereka akan lebih menambah manfaat jika bisa dijual sampai pasar daerah lain.
"Biaya pemeliharaan sih tidak banyak. Saat panen itulah yang membutuhkan uang banyak. Kalau tidak punya waktu kan harus menyewa tenaga untuk bantu panen, tapi bagi saya persoalan modal bukan yang nomor satu. Jika sudah punya pasar, modal akan mengikuti dan bisa didapat," tutur pemilik lahan 3 hektare itu yang juga seorang sekretaris desa.
Penjarangan pohon jati
Proyek Kanoppi juga berjalan di Desa Pelat.
Di desa yang juga terletak di Sumbawa itu, para petani kerap merugi karena kayu jati produksi mereka tak bisa dijual.
Kayu-kayu itu banyak yang bengkok dan memiliki diameter di bawah standar.
Akibatnya, kayu-kayu itu hanya menjadi limbah.
Muktasam, peneliti dari Lembaga Penelitian Universitas Mataram, yang datang ke daerah itu, menemukan sumber permasalahan ada pada penanaman yang terlalu rapat.
Hal itu membuat pohon-pohon jati berebut sinar matahari dan unsur hara.
"Kami memberikan masukan agar dilakukan penjarangan pohon. Sementara itu, untuk kayu bekas penjarangan, kami ajari mereka untuk mengolahnya sebagai furnitur dan pelengkap interior. Saat ini sedang digodok usulan untuk membawa mereka magang ke wilayah Yogyakarta agar hasil kayunya bisa sesuai dan menghidupi mereka," ungkap Muktasam.
Di Sumbawa, rancangan grand strategi untuk pengolahan hasil kayu dan nonkayu secara lestari sudah disetujui hingga tingkat kabupaten.
Dengan begitu, penyuluhan yang dilakukan Tim Kanoppi, mitra, serta perangkat desa sudah berdasarkan SK bupati.
Strategi serupa juga diperkenalkan pada petani di Yogyakarta.
Penerapannya menggunakan zonasi daerah aliran sungai (DAS).
Hal itu bertujuan agar petani yang memiliki lahan di sekitar DAS secara langsung bertanggung jawab untuk merawat lahannya agar lebih lestari. (Wnd/M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved