BUKKK... suara itu terdengar lumayan keras. Karung-karung berisi tanah yang ditumpuk sedemikian rupa hingga menciptakan celah dan bidang lompatan itu (road gap) kembali menelan korban. Pendaratan yang tidak mulus atau meleset terlalu pinggir membuat sejumlah peserta lomba Cihideung Merdeka Fun Race terjatuh.
Minggu (16/8) itu, beberapa peserta lomba sepeda downhill di Cihideung, Bogor, mengalami luka hingga harus dilarikan ke unit gawat darurat (UGD) rumah sakit terdekat. Kejadian demikian memang wajar terjadi, bersepeda downhill tergolong olahraga ekstrem. Terjatuh atau terluka menjadi risiko yang sejak awal sudah harus diantisipasi.
Meskipun tahu olahraga itu tergolong ekstrem, Dini Hegarningsih, 44, tak surut untuk turut menantang diri. Ibu tiga anak tersebut menggeluti downhill sejak tahun lalu. "Sebenarnya aman saja asal jangan menyepelekan alat-alat pelindung keselamatan," komentarnya.
Dia menjadikan olahraga itu sebagai pilihan karena memang cukup mengolah fisik dan memacu adrenalin. Selain road gap dan berm corner atau tikungan buatan, ada banyak tantangan dari alam yang membuat downhill kian seru. Dengan permukaan yang dipenuhi bebatuan atau akar, butuh teknik khusus untuk melewatinya dengan lancar, apalagi dalam kecepatan tinggi.
Menunjuk tubuhnya sendiri yang masih bugar dan berat badannya terjaga di usia kepala empat, Dini menilai itu juga hasil bersepeda. Hari itu, dia berhasil mendapat urutan keempat dalam lomba kategori perempuan. Catatan waktunya untuk menaklukkan lintasan sepanjang 2,2 kilometer itu ialah 4 menit 32 detik saja. Selain latihan downhill seminggu sekali, Dini mengombinasikan latihannya dengan road bike dan cross country.
Tenang hadapi stres Di sisi lain, kebiasaan memacu adrenalin juga turut memengaruhi sikapnya terhadap stres. Kepercayaan diri yang dibangun tiap menghadapi tantangan dalam lintasan membantu orang sepertinya untuk menentukan nilai diri, tak peduli apa kata orang. Karena untuk menaklukkan rintangan seperti road gap, seseorang butuh keyakinan penuh bahwa dia bisa melakukannya. "Ini sekalian refreshing, bisa untuk mengatasi stres," ujarnya.
Belakangan ini, donwhill banyak digeluti kalangan profesional. Sejumlah perusahaan bahkan membuat komunitas downhill yang berisikan karyawan-karyawannya. Seperti Reza, 46, yang sehari-harinya bekerja sebagai konsultan. Dia ikut lomba itu bersama rekan-rekan seprofesinya yang tergabung dalam komunitas yang dibentuk perusahaan.
Reza berpandangan karena peminat downhill semakin tinggi dan pasti dilakukan di kawasan-kawasan yang mempunyai areal dengan ketinggian tertentu, ajang lomba semacam itu sebenarnya bisa menjadi pilihan program corporate social responsibility perusahaan. "Jadi kita bisa sekalian mempromosikan daerah dan menjaga kondisi lingkungannya," pikirnya.
Ketika baru saja menyelesaikan balapan, Reza tampak terengah-engah dan butuh waktu beberapa menit mengatur aliran udara ke paru-parunya hingga bisa kembali bicara. Meski kontur medan yang menurun sebenarnya bisa membuat pesepeda terus berjalan tanpa banyak menggowes, dalam balapan tentu saja peserta akan berusaha mencatat waktu tercepat karena itu menentukan kemenangan.
Dengan percaya diri, seorang peserta dari kategori peewee (bawah 13 tahun) bernama Nabil angkat suara soal kapan dia menahan kaki untuk tidak menggowes pedal. "Kalau dapat turunan lurus, jangan gowes, itu buang energi soalnya," cetus bocah berusia 8 tahun itu.
Adimanu, 53, seorang pesepeda yang kini masuk kategori veteran karena usianya, menambahkan bahwa downhill melatih kejelian. Selain bagus untuk meningkatkan stamina karena tangan dan kaki bekerja, pikiran pun tidak tinggal diam. "Saat menghadapi rintangan, pandangan sudah melihat jauh ke depan dan memprediksi gerakan yang harus dilakukan," jelasnya.
Menurutnya, kesalahan terbesar yang umum terjadi hingga membuat orang cedera dalam olahraga ini ialah ketika terlalu bernafsu dalam menghadapi rintangan. Melaju terlalu cepat tanpa perhitungan presisi itu bisa berbuah bencana. Begitu pun ketika terjatuh, ada cara untuk mengurangi risiko cedera parah.
"Jangan lawan gravitasi, kalau memang terguling, ya biarkan saja badan ikut terguling, tubuh jangan melawan," sarannya.
Pada akhirnya, meski adrenalin merupakan sesuatu yang dicari lewat olahraga ekstrem, pantang angkuh hati karena alam memiliki kekuatan yang tak selalu bisa ditebak apalagi ditantang. (Her/M-1)