Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Menjadi penari balet yang cantik, anggun, dan memukau mungkin pernah jadi salah satu impian masa kecil kita. Namun, sayang, tidak banyak yang meneruskan mimpi itu dan menjadi penari balet sungguhan. Sedikit di antaranya ialah 20 penari yang tergabung dalam Indonesian Youth Ensemble.
Mereka mewujudkan impian masa kecil hingga terpilih untuk tampil dalam pentas ballet company asal Australia, West Australian Ballet (WAB), yang bertajuk Once pada Agustus. WAB menjadi kelompok balet internasional pertama yang menggelar pentas di Indonesia.
Linea Mayo, 11, salah satu penari balet yang tergabung dalam kelompok junior dengan kriteria rentang usia 11-15 tahun. Ia penari balet termuda di Youth Ensemble. “Aku suka nonton balet di film Barbie waktu kecil. Setiap lihat balet, aku merasa terhipnotis,” kata Mayo yang belajar tari balet sejak usia 8 tahun. Ia tidak menyangka akan terpilih dari 70 penari yang diaudisi untuk tampil dalam pentas balet bersama penari internasional.
Begitu pula dengan Ida Ayu Rasthiti Adnyani, 17, yang merasa kurang maksimal saat audisi pada Juni lalu. “Padahal, aku udah latihan berhari-hari sebelumnya, pagi-pagi di hari audisi aku udah stretching dan latihan gerakan yang kira-kira bakal dinilai seperti pirouette,” cerita Thiti yang bersekolah balet di Sumber Cipta sejak berusia tiga tahun. Setelah terpilih dalam tim senior Youth Ensemble, Thiti pun bertekad menebus kekurangannya saat audisi dengan berlatih keras.
Banyak belajar dari balet
Menjelang pentas di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, pada 6 dan 7 Agustus nanti, jadwal latihan tim penari tentu semakin padat. Mayo dan Thiti yang masih bersekolah pun harus lihai mengatur waktu antara sekolah dan latihan yang akan jadi rutin setiap hari mulai akhir Juli. “Belajar balet dari kecil bikin aku jadi mandiri. Sejak SD aku sudah berangkat latihan sendiri naik angkot dan cepol rambut sendiri,” kata Thiti. Mayo belajar untuk lebih percaya diri tampil di hadapan banyak orang sejak masih kecil.
Menari balet dalam kelompok seperti yang akan ditampilkan nanti juga mengajarkan kepada Mayo dan Thiti kekompakan.
Menurut mereka, menari berkelompok jauh lebih susah karena butuh keserempakan gerakan. Tidak seperti menari sendiri yang bisa bebas berimprovisasi, dalam kelompok tari kesalahan satu orang akan merusak keseluruhan penampilan.
Seni serius
Kesenian tari balet masih belum terlalu populer di Indonesia meskipun sudah lama ada. Tidak seperti negara lain di Asia, hingga sekarang Indonesia belum punya satu pun ballet company seperti Korean National Ballet, Singapore Dance Theatre, dan Ballet Philippines.
Sebab itu, penari balet Indonesia kekurangan kesempatan dan peluang untuk berkembang menjadi profesional. Padahal, balet ialah kesenian yang serius seperti halnya seni orkestra dan teater. Hal itu disampaikan Meutia Chaerani, Co-founder Yayasan Balet Indonesia atau Ballet.id, yang menjadi mitra penyelenggara pementasan, pada Senin (18/7) di Ruang Bersama Kekini, Cikini, Jakarta Pusat.
Kolaborasi dengan WAB dalam pentas Once memang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh penari balet muda Indonesia untuk mengembangkan kemampuannya. Bagi Thiti, acara seperti itu penting untuk memotivasi dirinya menjadi penari balet profesional. Misalnya lewat ilmu-ilmu yang didapat dari pelatihan yang diberikan Jetty Maika dan Rita Rettasari dari Indonesia. Juga oleh Debora Robertson, koreografer dari WAB yang sempat beberapa hari melatih secara langsung di Jakarta. (Grace Olivia Sihombing, Jurnalistik Universitas Padjadjaran/M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved