Kolaborasi Seniman Muda ASEAN

Suryani Wandari
04/9/2016 08:30
Kolaborasi Seniman Muda ASEAN
(DOK SURYANI WANDARI)

Musik dengan beat kencang, diiringi lirik-lirik teriakan hati berupa protes sosial, itu dinyanyikan di atas panggung, kadang penampilan genre musik hip-hop itu pun diselingi dengan break dance yang membuat penonton bergemuruh karena sangat terhibur. Sampai larut malam, Institut Kesenian Jakarta (IKJ) di Kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta, itu pun tak kehilangan penonton, mereka asyik melihat pertunjukan, Jumat (12/8) malam itu.

Ya, malam itu para peserta Youth Excellence on Stage (YES) Academy menunjukkan penampilan terbaik mereka. Bukan merupakan sebuah kompetisi, program itu menunjukkan hasil latihannya selama 12 hari sejak 1 Agustus silam bersama pelatih profesional dari Amerika. YES Academy merupakan suatu perayaan kerja sama di antara para seniman dan ahli dari Amerika Serikat serta pemuda ASEAN yang diadakan organisasi seni nirlaba American Voices sejak 2009.

Kolaborasi antarbangsa
Acara ini disponsori Kedutaan Besar Amerika di Indonesia dan kedutaan lainnya di seluruh ASEAN. Selain untuk memunculkan bakat pemuda, tujuan program itu pun untuk membangun ikatan antarnegara.

“Ini merupakan salah satu dari banyak cara untuk membangun ikatan antarmanusia di antara para pemuda dari berbagai negara, bukan hanya kemampuan musik, melainkan juga kemampuan wirausaha,” kata Wakil Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Brian McFeeters.

Hal senada pun diungkapkan Executive Director of American Voices John Ferguson. “Kami tidak mencari orang-orang yang hanya memikirkan diri mereka sebagai penampil atau kami menyebutnya sebagai ‘diva’. Kami mencari orang-orang yang bisa berkolaborasi dan bekerja sama dengan baik serta tertarik dalam membangun koneksi,” kata John.

Setiap tahunnya YES Academy ASEAN itu diadakan di tempat berbeda. Tahun ini giliran Indonesia yang menjadi tuan rumah, sedangkan sebelumnya diadakan di Bangkok, Thailand. Dengan mengundang lebih dari 100 anak muda berbakat di bidang seni seperti musikus, aktor, dan penari mereka berlatih dan melakukan pertunjukan kolaborasi seru.

Pilihan kursus
Melalui proses audisi daring (online) yang cukup panjang pada April-Mei, mereka harus mengumpulkan beberapa video penampilan mereka di bidang tertentu sesuai dengan minat dan bakat mereka. Mereka pun diharuskan membuat esai tentang apa yang bisa mereka lakukan sebagai artis kepada komunitasnya.

“Sebelumnya kami harus mengirimkan beberapa video secara online sebagai persyaratan, mereka (panitia) menyeleksinya,” kata Nainunis, peserta asal Aceh.

Nainunis yang mengaku pernah mengikuti YES Academy tahun sebelumnya, memilih break dance di antara empat pilihan kursus yang ada. Empat pilihan itu ialah singing/songwriting, broadway musical theatre, hip-hop performing and prodution, dan hip-hop and break dance.

YES Academy tidak memilih-milih latar belakang. Paolo Guico dari Filipina, misalnya, berasal dari latar belakang teknik industri. Namun, Guico minat terhadap musik dan lihai membuat lagu. Hal itulah yang membuatnya ikut dalam YES Academy.

Tak melulu soal seni, mereka diberi materi cultural entrepreneurship, yakni tentang kemampuan praktis untuk menyusun proposal dan mencari pendanaannya. Ya, mereka diajarkan untuk berguna untuk masyarakat.

Di sela-sela latihannya selama 12 hari ini, mereka pun telah unjuk penampilan di At America, Pacific Place Mall, beberapa kali.
Hingga Jumat malam pada Final Gla Performance mereka mempersembahkan suguhan yang istimewa. “Mereka itu adalah siswa saya, yang akan kembali ke negara mereka dan menjadi bintang besar di Asia Tenggara,” pungkas Fabian ‘Farbeon’ Saucedo, pengajar hip-hop music. (M-1)

miweekend@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya