Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
DALAM rangka mengurangi limbah fesyen yang dapat memperburuk kondisi Bumi, Ketua Harian Indonesian Fashion Chamber (IFC) Riri Rengganis membagikan sejumlah perbedaan antara fast fashion dengan sustainable fashion untuk menjadi acuan bagi masyarakat dalam memilih pakaian.
"Di dunia ini, produk fesyen yang mendominasi berasal dari jenama fast fashion, atau produk yang dibuat dengan skala besar," ujar Riri, dikutip Rabu (3/1).
Pakaian-pakaian fast fashion, kata Riri, biasanya menggunakan bahan-bahan yang murah. Hal tersebut terlihat dari tingginya persentase polyester yang tercantum di label pakaian.
Baca juga: Keindahan Anggrek dalam Koleksi Anyar Mayra Indonesia
Pilihan bahan yang murah tersebut berdampak pada murahnya harga pakaian dari industri fast fashion.
Selain itu, lanjut Riri, pakaian fast fashion biasanya mengikuti tren terkini.
"Pakai dua sampai tiga kali, bosen, lalu dibuang. Ini yang namanya limbah fesyen," ujar Riri.
Baca juga: Zaskia Mecca Bebaskan Anak Pilih Pakaian Sendiri, Apa Manfaatnya?
Riri menjelaskan pakaian dengan bahan plastik, polyester, serta turunannya akan sangat sulit diurai oleh Bumi. Hal inilah yang selanjutnya berdampak buruk pada lingkungan.
"Karena bahan dasarnya bukan bahan alam, itu pasti akan menjadi sampah yang menumpuk," ucap Riri.
Di sisi lain, pakaian-pakaian sustainable fashion biasanya terbuat dari bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan sehingga mudah terurai. Bahan-bahan tersebut meliputi katun, linen, sutera, serta rayon.
"Dia masa pakainya lama," kata Riri.
Terkait desain, sustainable fashion mengedepankan desain yang lebih kreatif, unik, dan cenderung buatan tangan atau handcrafted, sehingga memiliki nilai yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pakaian fast fashion.
"Jadi, pakaiannya akan bertahan lebih lama di lemari kita. Bisa dipakai berkali-kali, itu sustainable living," ujar Riri. (Ant/Z-1)
Tobatenun merupakan jenama yang menaruh perhatian pada melestarikan warisan tekstil Batak sekaligus mengurangi dampak lingkungan.
Selain menampilkan koleksi sentuhan Indonesia juga diwarnai dengan berbagai kegiatan setiap hari, seperti talk show tentang kain Indonesia, batik tenun, Indonesia fesyen.
Fast fashion adalah industri fesyen yang bergerak sangat cepat, dengan koleksi baru yang diluncurkan setiap minggu dan dijual dengan harga relatif murah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved